Menuju konten utama

Marak Tes Calistung Masuk SD, P2G: Lemahnya Pengawasan & Sanksi

Satriwan Salim menilai masih maraknya tes calistung di sejumlah satuan pendidikan disebabkan oleh lemahnya pengawasan dan sanksi.

Marak Tes Calistung Masuk SD, P2G: Lemahnya Pengawasan & Sanksi
Sejumlah siswa mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas di SD Negeri Bhayangkari, Kota Serang, Banten, Selasa (4/1/2022). ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/wsj.

tirto.id - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim baru-baru ini menegaskan satuan pendidikan untuk meniadakan tes baca, tulis, dan hitung (calistung) dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).

Penghapusan tes calistung ini Nadiem sampaikan dalam target capaian Program Merdeka Belajar Episode ke-24, yang ditujukan untuk tingkat Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), dan sederajat.

Koordinator Nasional Perhimpunan dan Guru (P2G) Satriwan Salim menilai apa yang dilakukan Nadiem bukan hal baru, namun meneruskan kebijakan sebelumnya. Masih maraknya tes calistung di sejumlah satuan pendidikan menurut Satriwan disebabkan oleh lemahnya pengawasan.

“Praktik yang berdampak buruk bagi perkembangan mental anak demikian tumbuh subur merata di banyak sekolah, lebih parah lagi dinas pendidikan membiarkannya,” kata Satriwan dalam keterangan tertulis, Jumat (31/3/2023).

Ia menyatakan penghapusan tes calistung sudah pernah digaungkan Nadiem di awal masa jabatannya dalam Permendikbud Nomor 1 Tahun 2021 tentang PPDB, pasal 30 ayat 3. Namun Satriwan menilai Kemendikbudristek kurang mengawasi pelaksanaan PPDB di daerah sehingga tes calistung masing sering dijumpai.

Selain itu, Kemendikbudristek belum menerapkan sanksi tegas pada satuan pendidikan yang masih menggunakan tes calistung pada PPDB.

“Kemedikbudristek harus menindaklanjuti dengan membuat aturan tertulis berisi larangan berikut sanksi tegas bagi sekolah dan/atau dinas pendidikan yang tidak mengindahkannya,” lanjut Satriwan.

Sementara itu, Kepala Bidang Advokasi P2G Iman Zanatul Haeri, menilai para guru masih banyak menganggap anak kelas 1 SD sudah seharusnya mampu calistung. Padahal pemahaman ini bertentangan dengan prinsip dasar pedagogis dan psikologi perkembangan anak.

"Desain pembelajaran SD hendaknya berorientasi pada pembangunan karakter anak, penanaman dan pembentukan nilai. Sekolah adalah arena bermain dan kegiatan pembelajaran berdampak positif terhadap tumbuh kembang anak," kata Iman dalam keterangan yang sama.

Maraknya tes calistung juga disebut akibat faktor pola pikir dan pola asuh orang tua yang terobsesi dan berambisi anaknya bisa calistung sejak PAUD, bahkan mampu berbahasa asing sejak dini.

P2G mendorong agar Kemdikbudristek melakukan evaluasi komprehensif terhadap efektivitas kebijakan Transisi PAUD ke SD ini tahun depan. Hal ini bertujuan melihat keberhasilan dan efektivitas kebijakan ini.

Baca juga artikel terkait CALISTUNG atau tulisan lainnya dari Mochammad Fajar Nur

tirto.id - Pendidikan
Reporter: Mochammad Fajar Nur
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Reja Hidayat