tirto.id - Salah satu tokoh senior Muhammadiyah, Profesor Abdul Malik Fadjar meninggal dunia pada Senin malam, 7 September 2020 di RS Mayapada Jakarta.
Kabar wafatnya Eks Menteri Pendidikan Nasional (2001-2004) itu telah dikonfirmasi oleh pengurus PP Muhammadiyah.
"Beliau wafat pukul 19.00 WIB," kata Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti pada Senin (7/9/2020), seperti dilansir Antara.
Malik Fadjar penah terpilih menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2005-2010 dan 2010-2015. Dia pun memiliki karier akademik yang panjang. Malik pernah menjabat Rektor Universitas Muhammadiyah Malang dan Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Selain itu, Malik pernah memimpin sejumlah kementerian. Semasa hidupnya, Malik Fadjar pernah menjabat sebagai Dirjen Pendidikan Islam di Departemen Agama hingga menjadi Menteri Agama (1998-1999) pada masa Presiden BJ Habibie.
Kemudian, dia menduduki posisi Menteri Pendidikan Nasional (2001-2004) atau di masa Presiden Megawati Soekarnoputri. Malik lalu ditunjuk sebagai Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (ad-interim) pada 2004.
Sedangkan pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, Malik sempat menjabat anggota Dewan Pertimbangan Presiden (2015-2019).
Menurut Mu'ti, Malik Fadjar adalah sosok yang sangat mencintai ilmu pengetahuan. Dia menilai Malik sebagai tokoh Muhammadiyah yang gigih dan hidup sederhana.
"Beliau seorang teladan bagi warga persyarikatan, umat dan bangsa. Muhammadiyah sangat kehilangan," kata Mu'ti.
Semasa hidupnya, kata Mu'ti, almarhum kerap menekankan motivasi kepada orang di sekitarnya agar sungguh-sungguh bekerja dan beragama secara luas dan luwes.
"Muhammadiyah itu besar, jangan dibawa ke gang dan jalan yang sempit," kata Mu'ti mengutip pesan Malik.
Sementara Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyatakan Malik merupakan tokoh Muhammadiyah yang selama ini mengayomi generasi tua maupun muda.
"Sebagai orang yang lebih muda dan banyak berinteraksi dengan Prof Malik, saya banyak belajar dari beliau. Beliau tokoh Muhammadiyah, umat Islam, dan bangsa yang bersahaja, gigih, penuh prestasi di bidang pendidikan, berpikiran maju, inklusif, dan diterima banyak pihak," ujar Haedar, seperti dikutip laman resmi Muhammadiyah.
"Kita kehilangan tokoh besar yang dimiliki bangsa ini. Beliau lebih banyak bekerja bangun pusat keunggulan dan membawa umat untuk maju ketimbang banyak bicara. Pengabdiannya untuk bangsa sangat besar tanpa mengeluh, radius pergaulan dan pemikirannya pun melintasi," Haedar menambahkan.
Adapun Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas mengatakan Malik Fadjar adalah inspirasi bagi para penggerak kampus Muhammadiyah dalam membangun pendidikan.
"Saya berani berkata bahwa sebagian besar dari pendiri dan pengelola perguruan tinggi di lingkungan Muhammadiyah adalah banyak terinspirasi oleh karya agung dari beliau berupa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang beliau tinggalkan," kata Buya Anwar.
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin juga menilai Malik Fadjar adalah seorang tokoh yang akrab dengan aktivis muda. Selain itu, menurut Din, Malik merupakan salah satu kader terbaik Muhammadiyah.
"Walaupun usianya di atas rata-rata anggota pimpinan yang lain, namun beliau menaruh takzim kepada yang lain, termasuk cukup menyantuni para aktivis muda," kata Din di Jakarta, Senin.
Din menambahkan, sebagian besar hidup Malik diabdikan untuk Muhammadiyah, mulai dari bawah hingga menjadi salah seorang Ketua PP Muhammadiyah.
"Selama di PP Muhammadiyah, almarhum sangat aktif. Pikiran-pikirannya banyak mewarnai langkah-langkah Muhammadiyah, khususnya dalam bidang pendidikan," katanya.
Menurut Din, selama menjadi pejabat negara, Malik Fadjar juga telah berperan dengan baik saat menjabat Menteri Agama, Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat maupun anggota Wantimpres.
"Kepergiannya ke hadirat Sang Pencipta adalah kehilangan besar bagi Muhammadiyah dan tentu bagi umat Islam dan bangsa Indonesia," kata Din.
Editor: Agung DH