tirto.id - Calon wakil presiden (cawapres) Mahfud MD menanggapi survei elektabilitas pasangan capres-cawapres versi Centre for Strategic and International Studies (CSIS). Hasil survei CSIS, elektabilitas pasangan nomor urut tiga paling rendah.
Mahfud mengaku tidak mempercayai hasil survei manapun, termasuk hasil survei CSIS. Menurut dia, survei hanya ada untuk menekan psikologis seseorang.
"Itu hanya untuk menekan psikologis saja, untuk menakut-nakuti orang. Saya ndak percaya sama sekali," ungkapnya kepada awak media, Kamis (28/12/2023).
Ia mengatakan, pihaknya memiliki hasil survei tersendiri terkait elektabilitas pasangan capres-cawapres. Namun, Mahfud dalam kesempatan itu tidak mengungkapkan hasil survei yang dimaksud.
Di satu sisi, Mahfud turut menyinggung soal survei CSIS terdahulu yang hasilnya menyatakan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan kalah saat pemilihan presiden (Pilpres) 2019.
Hasil Pilpres 2019 lantas menunjukkan hal yang berbeda dengan survei CSIS. Karena itu, Mahfud cenderung mengabaikan hasil survei CSIS.
"CSIS itu dulu kan pernah meramal Pak Jokowi kalah tuh. Dua minggu sebelum Pilpres, sudah ada berita berdasarkan hasil survei CSIS Jokowi game over," ungkap Mahfud.
"Tapi, [hasil survei CSIS pada saat itu] salah total, selalu ndak apa-apa," lanjutnya.
Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS merilis survei pada Rabu (27/12/2023). Dalam survei ini, pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menjadi paling unggul dengan elektabilitas 43,7 persen.
Kemudian disusul pasangan nomor urut 1 Anies Baswedan dan Muhaimin ISkandar 26,1 persen serta pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD menjadi paling buncit dengan elektabilitas 19,4 persen.
Penulis: Muhammad Naufal
Editor: Anggun P Situmorang