tirto.id - Cawapres nomor urut 01 Ma'ruf Amin masih berkutat dengan pemilih milenial. Pada persiapan Debat Pilpres Ketiga, Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin tetap berpendapat Ma'ruf mempunyai target merangkul masyarakat generasi Y menurut Karl Mannheim atau umur 22-38 tahun.
Direktur Penggalangan Pemilih Muda TKN, Bahlil Lahadalia mengatakan meskipun Ma'ruf sudah sepuh, dia mampu meraup suara dari generasi milenial. Hal ini pula yang akan dia lakukan untuk Debat Ketiga Pilpres 2019.
"Ayat-ayat Pak Maruf biarlah dengan gayanya dia, mampu memberi pesan-pesan yang baik, yang menyejukkan, untuk kemudian bisa menjadi ilmu, dan pedoman bagi anak-anak muda ke depan," ujarnya saat di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (28/2/2019).
Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Januari 2019, jumlah pemilih di Daftar Pemilih Tetap (DPT) mencapai 192 juta lebih. Pemilih milenial setidaknya berjumlah 60 juta orang atau 31,25 persen dari total pemilih.
Jumlah pemilih milenial cukup signifikan. Namun, jumlah pemilih beragama Islam mencapai angka setidaknya 80 persen atau 150 juta lebih. Besar kemungkinan mereka memang beririsan dengan pemilih milenial.
Padahal, pemilih berdasar survei Lingkaran Survei Denny JA, PDIP sebagai partai utama pendukung Jokowi sudah unggul di kalangan milenial. Meski mereka masih unggul di kalangan pemilih beragama Islam, tetapi Gerindra terus mengekor di nomor dua.
Lembaga survei lainnya, IndoBarometer juga pernah menyebut bahwa pekerjaan rumah Jokowi tidak jauh dari pemilih Islam, yakni Islam milenial.
"Jaringan Pak Jokowi masih lemah di kalangan Islam. Kelemahan Pak Jokowi itu kalangan Islam modernis, wabilkhususon Islam modernis milenial," kata Direktur Eksekutif IndoBarometer M. Qodari di Cikini, akhir September 2018 lalu.
Untuk kalangan milenial, Jokowi sendiri sudah sangat populer. Ma'ruf bisa dikatakan tertinggal jauh. Hal ini terlihat dari jumlah pengikut Instagram mereka.
Wakil Direktur Saksi TKN Lukman Edy juga menyiratkan bahwa isu anti Islam termasuk juga para ulama belum seluruhnya mendukung Jokowi-Ma'ruf. Kehadiran Jokowi di acara Musyawarah Nasional Nahdlatul Ulama di Jawa Barat diharapkan dapat mengukuhkan dukungan kepada Jokowi-Ma'ruf.
"Implikasi tidak langsung memang isu anti PKI, isu kriminalisasi ulama, anti asing, itu bisa ditangkal oleh para ulama ini," kata Lukman kepada Tirto, Rabu (27/2/2019).
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin menilai peran Ma'ruf dikerdilkan jika Ketua Umum MUI itu hanya fokus pada masalah generasi milenial.
Sebagai mantan Rais Aam PBNU, Ujang yakin Ma'ruf bisa mempunyai peran lebih daripada itu. Seharusnya, Ma'ruf yang mengikuti acara Munas NU di Jawa Barat. Apalagi Jawa Barat memiliki penduduk hingga 46 juta lebih. Sebagian besar tentu beragama Islam.
Ujang menyatakan Jokowi dan Ma'ruf harusnya tetap berbagi peran seperti yang mereka rencanakan sebelumnya. Jika Ma'ruf memang direkrut untuk menangkal isu anti Islam kepada Jokowi, hal itu yang harus terus dilakukan.
Ma'ruf malah sempat mencoba membuat video blog bersama Raffi Ahmad dan Nagita Slavina demi mendekatkan diri ke generasi milenial.
"Ma'ruf menggaet kelompok NU dan muslim yang lain. Pemilih milenial misalnya serahkan pada Pak Erick Thohir atau Pak Jokowi yang lebih muda, mengena, dan tepat sasaran," ucap Ujang kepada Tirto, Jumat (1/3/2019).
Selama ini, Jokowi memang berusaha merangkul pemilih milenial dan cenderung berhasil. Misalnya, pada tahun 2017 ketika dia membeli motor model chopper lalu mengendarainya. Ujang menilai langkah itu sangat mencerminkan milenial dan tidak bisa ditiru Ma'ruf.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Maya Saputri