tirto.id - Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, menilai program makan bergizi gratis (MBG) telah menghasilkan kontribusi signifikan bagi kesejahteraan masyarakat di sisi sosial maupun ekonomi sejak bergulir Senin (6/1/2025).
Luhut mengeklaim salah satu dampak positif program MBG adalah pergerakan ekonomi desa. Dia melihat dari partisipasi masyarakat dalam penyediaan makanan, maka menghasilkan peluang usaha baru.
“Uang yang berputar di desa meningkat. Ada kegiatan ekonomi baru, orang jadi membuat sayur, makanan, dan lainnya padahal ini baru berjalan satu minggu,” beber Luhut dalam konferensi pers di Kantor Dewan Ekonomi Nasional, Jakarta, Kamis (09/01/2025).
Mantan Menko Marves era Presiden Jokowi ini juga mengatakan program MBG dapat membantu pemerintah dalam membidik target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8 persen di tahun 2029.
“Rp1 miliar per desa roughly dari Dana Desa dan plus dengan makan tadi itu, kira-kira hampir Rp9 miliar itu berputar di desa dan itu akan men-generate ekonomi di sana,” ucap Luhut.
Selain itu, Luhut pun menyebutkan dampak positif lain dari program ini terlihat pada kesejahteraan anak-anak dan sekolah. Ia menilai, program MBG membuat anak-anak sekolah bahagia lantaran mereka mendapatkan makanan bergizi tanpa harus mengeluarkan dana sepeser pun.
“Anak-anak sangat menikmati makan bergizi ini. Mereka bilang sebelumnya hanya membawa uang jajan untuk membeli makanan yang tidak jelas gizinya. Dengan program ini, mereka bisa makan sehat dan senang,” kata Luhut.
Sementara itu, Anggota Dewan Ekonomi Nasional, Arief Anshory Yusuf, mengatakan bahwa program MBG akan membantu meminimalisir beban konsumsi rumah tangga. Diketahui, per anak mendapatkan makanan senilai Rp10 ribu per hari. Apabila dihitung untuk dua anak dalam satu keluarga selama 20 hari, maka akan mencapai Rp400 ribu.
Arief juga menilai bahwa program makan bergizi gratis ini memiliki dampak jangka menengah yang signifikan.
“Dalam satu tahun ke depan, program ini dapat membantu rumah tangga yang mengalami kesulitan ekonomi. Rp400 ribu per bulan itu besar, hampir setara dengan satu kali garis kemiskinan,” ucap Arief.
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Andrian Pratama Taher