tirto.id - Lagu Burung Kakak Tua merupakan salah satu lagu daerah yang paling populer di Indonesia. Lagu yang sering dinyanyikan kepada anak-anak di masa TK atau SD ini berasal dari daerah Maluku.
Lagu Burung Kakak Tua memiliki melodi atau nada yang sama dengan lagu anak lainnya yaitu Topi Saya Bundar.
Pencipta lagu ini tidak diketahui namanya, tetapi asal usul lagu ini diyakini berasal dari pengaruh Portugis di Maluku pada masa kolonialisme.
Lagu ini tidak hanya populer di kalangan anak-anak dan orang Maluku saja tetapi juga seluruh masyarakat Indonesia.
Musisi Bing Slamet, Nien Lesmana, Rita Zahara, dan Titiek Puspa pernah membawakan lagu ini di album "Mari Bersuka Ria" dengan Irama Lenso pada tahun 1965.
Berikut ini adalah lirik lagu daerah Burung Kakak Tua dari Maluku
Lirik Lagu Daerah Burung Kakak Tua
Burung kakatua
Hinggap di jendela
Nenek sudah tua
Giginya tinggal dua
Trek dung Trek dung Trek dung la la la
Trek dung Trek dung Trek dung la la la
Trek dung Trek dung Trek dung la la la
Burung kakatua
Lirik lagu ini merupakan bentuk puisi lama sederhana (pantun) dengan rima a-a-a-a. Pada dua baris pertama liriknya menceritakan seekor burung kakatua yang hinggap di jendela.
Burung Kakatua sendiri merupakan hewan endemik yang persebarannya terbatas di sekitar Maluku.
Hal ini menunjukkan ciri lagu daerah yang menonjolkan unsur kedaerahan yang khas dari tempat lagu tersebut berasal.
Kemudian di dua baris selanjutnya, lirik tersebut menceritakan seorang nenek yang sudah tua dan sudah mulai tanggal gigi-giginya.
Menurut Banoe (2011), Lagu daerah di Indonesia yakni lagu dari daerah tertentu atau wilayah budaya tertentu, lazimnya dinyatakan dalam syair atau lirik bahasa wilayah (daerah) tersebut baik lagu rakyat maupun lagu-lagu ciptaan baru.
Sementara menurut Ali (2010) lagu daerah memiliki beberapa ciri khas, antara lain sebagai berikut:
1. Menceritakan tentang keadaan lingkungan ataupun budaya masyarakat setempat yang sangat dipengaruhi oleh adat istiadat setempat.
2. Bersifat sederhana sehingga untuk mempelajari lagu daerah tidak membutuhkan pengetahuan musik yang cukup mendalam seperti membaca dan menulis not balok.
3. Jarang diketahui pengarangnya.
4. Mengandung nilai-nilai kehidupan, unsur-unsur kebersamaan sosial, serta keserasian dengan lingkungan hidup sekitar.
5. Sulit dinyanyikan oleh seseorang yang berasal dari daerah lain, karena kurangnya penguasaan dialek atau bahasa setempat sehingga penghayatannya kurang maksimal.
6. Mengandung nilai-nilai kehidupan yang unik dan khas.
Penulis: Muhammad Iqbal Iskandar
Editor: Dhita Koesno