tirto.id - Peneliti Bidang Masyarakat dan Budaya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wahyudi Akmaliah menyatakan, pemilihan presiden 2019 turut menciptakan kekhawatiran yang besar bagi kelompok minoritas dan pejuang hak asasi manusia (HAM).
Menurut Wahyudi, kandidat Pilpres tidak memperhatikan kaum minoritas, tidak hanya minoritas etnis dan agama saja, tetapi juga para pejuang dan korban kejahatan HAM. Pasalnya, kata dia, hampir tidak ada kandidat capres-cawapres yang membahas secara detail hal-hal tersebut.
"Saya melihat semua orang sangat mementingkan elektabilitas," kata Wahyudi di Palmerah, Jakarta Barat, Kamis (21/3/2019).
Jika narasi ini terus dilanjutkan dengan mempolitisasi agama mayoritas, maka Wahyudi khawatir pihak-pihak lain akan semakin tergusur. Padahal, menurut Wahyudi, kelompok minoritas juga memiliki suara yang sama.
"Yang saya khawatirkan kelompok-kelompok minoritas ini yang akan semakin tergusur," ucapnya lagi. "Hampir kelompok minoritas dan HAM itu tidak pernah mendapatkan suara."
Namun, menurut Wahyudi, hal itu cukup wajar. Pasalnya, baik Prabowo-Sandiaga dan Jokowi-Maruf Amin, punya kedekatan dengan orang-orang yang justru diduga melanggar HAM.
"Baik Prabowo maupun Jokowi memiliki beban HAM juga dalam koalisi mereka," tegasnya lagi.
Khusus untuk Prabowo, kata dia, dituduh terlibat langsung dalam aksi penculikan aktivis HAM di tahun 1998. Namun, isu ini tetap terus bergulir meskipun Prabowo sudah tiga kali bertarung di Pilpres sejak 2009, 2014 dan 2019.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Alexander Haryanto