tirto.id -
Peneliti dari Pusat Penelitian Kependudukan LIPI, Aulia Hadi menjelaskan minimnya perhatian orang tua seperti kurangnya memberikan dukungan dan jarang berinteraksi bersama anak-anaknya menjadi salah satu penyebab anak kecanduan gawai.
"Ketika keluarga tidak menjamin adanya fungsi itu, ya anak otomatis bisa mencari pelarian dan ke gawai," ujarnya usai diskusi Peran Keluarga sebagai Pondasi Masa Depan Indonesia di Kantor LIPI, Jakarta Selatan, Selasa (15/5/2019).
Apalagi kata Aulia, jika para orang tua memberikan fasilitas kepada anak-anaknya untuk mengakses internet dibandingkan mengajak berinteraksi. Maka anak-anaknya akan semakin kecanduan gawai.
"Misal orang tua kelas menengah atas sibuk, jam 05:00 WIB harus berangkat kantor, terus malam baru balik. Otomatis anak tidak bisa melihat, berangkat belum bangun, pulang udah tidur. Kalau tidak ada asisten rumah tangga, yang nemenin paling mereka pakai media [gawai] buat nemenin," ucapnya.
"Artinya orang tua tidak memberikan waktu yang cukup untuk berdiskusi dan bercerita," tambahnya.
Jika hal tersebut dilakukan terus menerus oleh sang anak kata Aulia. Dikhawatirkan sang anak akan mengalami sakit mata, seperti juling pada bola matanya.
Kemudian, lebih dikhawatirkan lagi sang anak akan kurang aktif dalam melakukan percakapan dan berinteraksi sosial dengan lawan bicaranya.
"Seperti interaksi tatap muka, kalau melihat orang jadi fokus ke hp. Padahal sopannya ketika berinteraksi melihat mata dengan mata. Karena kebiasaan itu, bisa jadi dia ngobrol tanpa melihat muka, jawabnya sambil pegang hp. Itu tantangan besar dia," pungkasnya.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Nur Hidayah Perwitasari