Menuju konten utama

LG Investasi Rp142 Triliun untuk Pabrik Baterai Listrik di RI

Bahlil mengklaim Indonesia akan segera memiliki pusat industri sel baterai kendaraan listrik terintegrasi pertama di dunia.

LG Investasi Rp142 Triliun untuk Pabrik Baterai Listrik di RI
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia (ketiga kanan) didampingi Bupati Batang Wihaji (kanan) meninjau kesiapan pembangunan Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) di Ketanggan, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Sabtu (17/10/2020). ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra/wsj.

tirto.id - Perusahaan asal Korea Selatan, LG Energy Solution resmi berinvestasi pada industri sel baterai kendaraan listrik dengan nilai US$9,8 miliar atau setara Rp142 triliun (kurs Rp14.500/dolar AS). Rencana ini diumumkan setelah penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara LG Energy Solution dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 18 Desember 2020 lalu.

“Ini tidak akan lama-lama, kemungkinan besar akan groundbreaking pada semester I 2021. Jadi bukan asal MoU. Ini 2021 semester I tahap pertama Insyallah sudah mulai pembangunan pabrik,” ucap Bahlil dalam konferensi pers virtual, Rabu (30/12/2020).

Bahlil mengatakan nilai investasi yang setara Rp142 triliun ini merupakan salah satu yang terbesar sejak era reformasi. Menurutnya nilai ini menjadi sangat signifikan lantaran berhasil disepakati di saat pandemi COVID-19 masih menghantam perekonomian dan dunia usaha.

Pembangunan pabrik baterai listrik ini bakal dilakukan secara terintegrasi dari hulu sampai ke hilir. Maksudnya fasiilitas produksi ini mencangkup pertambangan, peleburan (smelter), pemurnian (refining) serta industri prekursor dan katoda.

Dalam MoU, pemerintah RI memberi ketentuan agar 70 persen dari hasil penambangan bijih nikel harus mencapai hilirisasi dalam bentuk prekursor dan katoda serta sel baterai. Ketentuan ini sengaja diatur agar bijih nikel yang ditambang tidak berakhir sebagai bahan mentah.

Ketentuan ini juga mencangkup kerjasama LG dengan konsorsium BUMN yang terdiri dari Pertamina, Antam, PLN, dan MIND ID. Antam terlibat lantaran tambang nikel yang akan digunakan berada di wilayah perusahaan tambang itu. Sementara sisanya bakal mengurus perkara peleburan (smelter), pemurnian (refining) serta industri prekursor dan katoda.

Sebagian proyek nantinya akan berlokasi di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah. Lalu sebagian baterai yang dihasilkan dari proyek ini akan disuplai ke pabrik mobil listrik pertama di Indonesia yang sudah lebih dahulu ada seperti pabrik milik Hyundai yang sudah mulai memproduksi mobil listrik pada November 2021.

“MoU dibahas bersama BUMN. Januari 2021 sudah tanda tangan kontrak. Februari sudah action tahap pertama,” ucap Bahlil.

Baca juga artikel terkait INVESTASI atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Bayu Septianto