Presiden Joko Widodo menegaskan Indonesia tak akan mundur dalam menerapkan kebijakan hilirasi pertambangan. Salah satunya, soal pembatasan ekspor bijih nikel yang belakangan digugat Uni Eropa ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Sepanjang untuk kepentingan nasional, kata dia, pemerintah tak akan pernah grogi, gagap, ataupun takut saat digugat atau diprotes negara lain.
“Untuk kepentingan nasional kita, apapun yang diprotes negara lain akan kita hadapi. Enggak perlu ragu. Digugat Eropa, ya hadapi, siapkan lawyer terbaik sehingga bisa memenangkan gugatan itu. Jangan digugat kita keok karena tak serius, hadirkan lawyer yang terbaik yang kita punya,” ujarnya seperti dikutip Antara, Kamis (12/12/2019).
Kebijakan pembatasan dini ekspor bijih nikel diumumkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal pada akhir September lalu. Mulai 1 Januari 2020, seluruh eksportir nikel akan dilarang menjual bahan mentah, dua tahun lebih awal dari yang direncanakan.
"Karena memang kita ingin bahan mentah ini ada added value-nya. Kenapa? Karena kalau ada industri yang terjadi, lapangan pekerjaan akan terbuka luas. Larinya ke situ. Bukan ke mana-mana,” kata mantan Walikota Solo tersebut.
Selama ini Indonesia menjadi produsen bijih nikel terbesar di dunia dan telah menjadi eksportir utama baja nirkarat sejak pemerintah mengadopsi kebijakan ekspor yang lebih ketat terhadap bijih nikel. Uni Eropa mengajukan gugatan pembatasan ekspor nikel dan bahan baku lainnya untuk kepentingan industri peleburan dan baja tahan karatnya sendiri.
Meski demikian, menurut Jokowi, gugatan terhadap kebijakan dalam sebuah negara merupakan hal yang biasa. “Digugat ya hadapi. Terpenting jangan berbelok. Baru digugat saja mundur. Kalau saya enggak. Digugat tambah semangat. Tapi ya jangan kalah,” katanya.
Jokowi juga menyinggung soal rapuhnya perekonomian Indonesia karena sangat tergantung pada komoditas tertentu. Ia mencontohkan, sawit yang diekspor CPO-nya, batubara diekspor mentah, dan nikel diekspor raw material.
Hal itu, menjadikan Indonesia tidak mendapatkan nilai tambah apapun dari ekspornya.
“Kalau otomotif sudah, kita akan mengarahkan ke komoditas lain supaya ekspornya dalam bentuk setengah jadi, dan syukur-syukur ekspornya barang jadi. Inilah hilirisasi, industrialisasi dari barang mentah yang dimiliki. Nikel sudah dimulai, industrialisasi, kita setop ekspor barang mentah nikel,” katanya.