tirto.id - Bagi mereka yang pernah atau sedang mengalami gangguan lambung, rasanya pasti sangat tidak nyaman. Bayangkan, segala macam rasa sakit berkumpul dan menyerang di saat bersamaan, mulai dari perut kembung, mulut terasa asam, ulu hati nyeri, mual-muntah, hingga sensasi terbakar di dada (heartburn).
Lambung merupakan organ vital dalam sistem pencernaan makanan. Gangguan pada fungsi lambung bisa membahayakan tubuh, karenanya kesehatan lambung mesti jadi perhatian khusus, apalagi gangguan lambung merupakan “penyakit gaya hidup”. Kesehatan lambung seseorang terkait dengan gaya hidup si empunya. Gangguan lambung jadi penyakit yang umum, misalnya, pada masyarakat perkotaan yang tak jauh dari stres dan pola makan yang berantakan.
Gangguan lambung tak cuma dispepsia atau yang lebih dikenal awam sebagai sakit maag. Ini menjadikannya cukup membingungkan di kalangan masyarakat. Tak sedikit orang memvonis dirinya sakit maag saat merasa kembung dan nyeri di ulu hati. Masih ada pula yang mengira maag dan GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) adalah gangguan lambung yang sama, padahal keduanya berbeda. Meskipun berbeda, penderita GERD bisa dipastikan mengalami sakit maag.
Beda GERD dan Dispepsia
GERD merupakan kondisi naiknya asam lambung ke kerongkongan (refluks asam atau acid reflux) sehingga muncul rasa terbakar di dada, sedangkan sakit maag adalah peradangan yang terjadi pada lapisan pelindung lambung. Banyak orang mengalami refluks asam dari waktu ke waktu. Penyebabnya beragam, tapi umumnya karena lapisan perut rusak, gaya hidup, atau akibat infeksi bakteri gastrointestinal.
Gejala yang membedakan GERD dengan sakit maag, antara lain, adanya sensasi terbakar di dada, bau mulut, mulas, kesulitan menelan atau sensasi mengganjal di tenggorokan, dan makanan atau cairan asam naik ke kerongkongan (regurgitasi).
“Ciri yang paling khas ya heartburn atau rasa panas di dada,” ungkap dr. Hasan Maulahela, SpPD-KGEH, Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterologi Hepatologi RS Pondok Indah dalam acara “Sains Talk” (11/2/2021), dikutip dari Kompas.com.
GERD atau refluks asam ringan bisa terjadi setidaknya dua kali dalam seminggu. Menurut Ari Fahrial Syam, dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan pencernaan, meski tak berbahaya, GERD bisa menurunkan kualitas hidup penderitanya. Dan bila tak ditangani dengan tepat, GERD bisa digolongkan ke dalam penyakit kronis karena berpotensi sebabkan serangan cemas yang memicu serangan jantung. Sakit maag pun bila tak diatasi bisa jadi penyebab anemia akut dan meningkatkan risiko kanker perut.
Bukan penyakit, dilansir dari Medical News Today, sakit maag atau dispepsia merupakan kumpulan gejala dari kondisi atau penyakit tertentu yang muncul di bagian perut atas. Dispepsia diakibatkan oleh dinding saluran pencernaan terlalu sensitif terhadap asam lambung, peregangan dinding saluran pencernaan, intoleransi laktosa, peradangan pada kantung empedu, juga bisa dialami oleh peminum alkohol atau kafein dan pasien yang sedang mengonsumsi obat-obatan hingga berujung pada timbulnya iritasi lambung. Gejala dispepsia pun bisa meningkat saat seseorang mengalami gangguan psikologis seperti depresi atau cemas.
Penderita akan merasakan sekumpulan gejala seperti rasa tak nyaman di perut, mudah kenyang atau nafsu makan menurun, hingga mual, kembung, dan heartburn, laiknya sakit yang dialami penderita gangguan lambung. Gejala-gejala tersebut selalu hadir berkelompok, tak ada satu pun yang mendominasi.
Kita perlu mengenali jenis gangguan lambung yang tengah dialami agar penanganannya pun tepat, juga menjaga agar tak kambuh dengan menghindari pemicunya. Apa pun jenisnya, gangguan lambung bisa dicegah dengan menerapkan gaya hidup sehat, dari membenahi pola atau kebiasaan makan; berhenti mengonsumsi makanan yang meningkatkan keasaman lambung, makanan berlemak dan minuman beralkohol; berhenti merokok; menurunkan berat badan jika kelebihan, hingga rutin mengonsumsi air mineral.
Satu langkah sederhana yang bisa segera dilakukan untuk menjaga kesehatan lambung dan pencernaan adalah mengonsumsi cukup air mineral. Hal ini karena kandungan pH dalam air mineral cenderung netral, tidak asam dan tidak basa, sehingga bisa membantu meningkatkan pH makanan yang bersifat asam.
Bahkan, dalam jurnal “Pilot Trial on the Efficacy and Safety of a Natural Mineral Water Rich in Hydrogen Carbonate on Functional Dyspepsia and Heartburn” yang dipublikasikan oleh Scientific Research, dijelaskan bahwa air kaya mineral telah digunakan sejak lama untuk menangani heartburn dan sindrom dispepsia.
Berasal dari sumber mata air pegunungan terpilih di Indonesia yang memiliki kesegaran khas, Le Minerale berkomitmen untuk menghadirkan air mineral yang mengandung mineral esensial yang baik untuk tubuh. Bahkan, agar anugerah mineral alami terlindungi dengan baik sampai ke tangan kita, Le Minerale dikemas secara khusus tanpa tersentuh tangan manusia.
Galon Le Minerale dibuat dari bahan yang berkode segitiga nomor 1 menggunakan galon yang selalu baru (bukan cuci ulang). Proteksi tutup ulir kedap udara dan tersegel rapat pun membuatnya terbebas dari kontaminasi debu atau kotoran sehingga isi di dalamnya terjamin aman, bersih, dan anti rembes.
Intinya, ingat bahwa tak semua nyeri ulu hati disebabkan oleh sakit maag, jadi tak bisa sembarang mengonsumsi obat-obatan sebelum mendeteksi jenis gangguan lambung yang dialami. Satu yang bisa dipastikan adalah pola hidup sehat dengan rutin mengonsumsi makanan bergizi dan air minum berkualitas perlu diterapkan untuk menjaga kesehatan lambung dan pencernaan.[]
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis