tirto.id - Semua berawal ketika direktur media sosial Gedung Putih, Dan Scavino, mengunggah video kampanye yang menampilkan cover lagu “In The End” miliknya Linkin Park. Unggahan video tersebut kemudian dibagikan ulang (retweet) oleh Donald Trump.
Namun, kemudian pihak Twitter menghapus video tersebut pada 18 Juli 2020 setelah mendapatkan pemberitahuan hak cipta. Lagu tersebut memiliki Akta Hak Cipta Milenium Digital dari Machine Shop Entertainment, perusahaan tata kelola yang dimiliki Linkin Park.
Dilaporkan The Hollywood Reporter band yang digawangi oleh Mike Shinoda itu melalui Twitternya menyatakan “Linkin Park tidak dan tidak akan mendukung Trump, atau memberi wewenang kepada organisasinya untuk menggunakan musik kami. Pemberitahuan soal penghapusan telah dikeluarkan.”
Linkin Park did not and does not endorse Trump, nor authorize his organization to use any of our music. A cease and desist has been issued.
— LINKIN PARK (@linkinpark) July 19, 2020
Lagu “In The End” terdapat dalam album Hybrid Theory yang dirilis pada 24 Oktober 2000. Album debut dari band asal California ini berhasil laku 4,8 juta keping dalam setahun dan total terjual terjual 30 juta kopi. Selain “In The End” dalam album tersebut juga terdapat lagu andalan lainnya seperti “Paper Cut”, "One Step Closer" dan “Crawling”.
Selain Linkin Park, Jung Youth x Fleurie yang vokalnya muncul dalam video tersebut mengaku sangat tidak setuju menggunakan lagu tanpa izin.
"Sebelumnya hari ini saya mengetahui bahwa Trump secara ilegal menggunakan lagu penutup yang saya ada di dalamnya pada sebuah video propaganda yang ia tweet," ujar Youth. Dia juga menyatakan bahwa dirinya menentang keras rasisme dan kefanatikan.
"Siapa pun yang mengenal saya tahu saya menentang keras kefanatikan dan rasisme. Banyak cinta untuk semua orang di komunitas Twitter yang membantu menurunkan videonya," tambah Youth.
Linkin Park dan Jung Youth bukan musisi pertama yang bermasalah dengan Trump dalam hal penggunaan musiknya tanpa persetujuan. Trump pernah bermasalah dengan Tom Petty, Neil Young, R.E.M., Rihanna, Pharrell, Guns N 'Roses, dan Steven Tyler.
Sebelumnya, pada Juni 2020, keluarga Tom Petty meminta Trump berhenti memutar lagu milik Petty dalam kampanye. Dilansir dari The Guardian lagu milik Tom Petty yang berjudul “I won’t back down” diputar dalam kampanye Trump di Tulsa.
Chester Bennington Pernah Kesal Kepada Trump
Mendiang Chester Bennington, vokalis Linkin Park, pernah mengecam Trump melalui Twitternya. Sekitar enam bulan sebelum kematiannya Bennington menyatakan bahwa Trump merupakan sebuah ancaman bagi rakyat Amerika.
"Saya ulangi; Trump adalah ancaman yang lebih besar ke AS daripada terorisme!! Kita harus mengambil kembali suara kita dan membela apa yang kita yakini," kata Chester melalui Twitternya saat itu.
Chester Bennington meninggal pada 20 Juli 2017 di usia 41 tahun. Dia ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di kediamannya di Palos Verdes Estates, Los Angeles. Pihak berwenang menyatakan bahwa Bennington meninggal karena bunuh diri. Dia meninggal di tahun yang sama dengan sahabatnya, Chris Cornell yang meninggal pada 18 Mei 2017.
Mantan vokalis Soundgarden dan Audioslave itu mengakhiri hidupnya dengan cara menggantung diri. Persahabatan antarkeduanya begitu erat, bahkan sebelum kematiannya Bennington menuliskan surat perpisahan untuk Cornell.
Editor: Yantina Debora