Menuju konten utama

Lagi-lagi Heboh Beras Plastik

Kehebohan beras plastik kembali mengguncang beberapa negara di dunia. Setelah sempat menghebohkan Asia Tenggara pertengahan tahun lalu, kini giliran Afrika merasakan “hantu” beras plastik.

Lagi-lagi Heboh Beras Plastik
Walikota Bekasi Rahmat Effendi menunjukan sample beras bercampur bahan sintetis usai memberikan keterangan pers hasil uji laboratorium beras sintetis di Bekasi, Jawa Barat (21/5/2015). ANTARA FOTO/Risky Andrianto

tirto.id - Beras plastik membuat kehebohan di Afrika baru-baru ini. Awal pekan ini, otoritas bea cukai Lagos, Nigeria menegah 102 karung yang diduga kuat sebagai beras plastik selundupan asal Cina.

Beras bermerek “Best Tomato Rice” rencananya akan didistribusikan ke wilayah Ikeja, Lagos, untuk memenuhi kebutuhan jelang Natal dan Tahun Baru. Beras kemasan 50 kg ini telah diserahkan ke otoritas pengawasan makanan Nigeria untuk diuji lebih lanjut.

“Kami telah melakukan analisa awal dari beras plastik. Setelah dididihkan, beras ini lengket dan hanya tuhan yang tahu apa yang akan terjadi bila seseorang mengonsumsinya,” kata Federal Operations Unit (FOU) Bea Cukai Ikeja, Mohammed Haruna dikutip dari laman The Guardian.

Kehebohan yang melanda Nigeria, juga pernah dirasakan warga Ghana sebelumnya. Namun, otoritas pengawasan makanan Ghana akhirnya mengumumkan secara resmi pada 15 Desember 2016 bahwa beras plastik hanyalah rumor.

“FDA (The Food and drugs Authority) tidak menemukan apa yang dikatakan sebagai 'beras plastik' di pasaran,” jelas FDA Ghana dalam keterangan resminya.

Beras plastik memang telah menjadi rumor beberapa tahun terakhir. Dalam tulisan yang berjudul Plastic Rice, an emerging risk to consumers dalam laman sebuah media Albania, agroweb.org, informasi adanya beras plastik telah menghinggapi beberapa negara pengonsumsi beras seperti India, Vietnam, Singapura, hingga Indonesia. Pada September 2013, rumor beras plastik menjadi pembahasan oleh Komisi Eropa.

Lembaga otoritas pangan di bawah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) atau The International Food Safety Authorities Network (INFOSAN) sempat mendapat pertanyaan dari para negara anggotanya soal beras plastik yang menghebohkan media. INFOSAN mencoba melakukan verifikasi ke Cina, tapi sayangnya tak ada informasi lebih lanjut.

Beras plastik menjadi bola liar di banyak negara karena keberadaannya memang “nyata” di media. Beberapa media seperti dailymail edisi 9 November 2016 sempat menampilkan video kontroversial yang menyebar di WeChat awal November lalu. Video ini membuat ketakutan publik Cina karena memuat aktivitas beberapa orang memproduksi bijih plastik yang dikaitkan dengan beras palsu. Meski sebagian ada yang percaya itu hanya untuk keperluan industri. Namun, tetap saja video ini mengundang parno, seorang netizen di Cina menyampaikan celotehan di Weibo. “Mungkin kita akan memulai menanam padi sendiri.”

Dalam beberapa kasus yang terjadi seperti di Ghana, rumor beras plastik telah dimentahkan oleh otoritas pengawasan makanan mereka, tak terkecuali oleh otoritas di Indonesia.

Infografik Beras Plastik di Dunia

Sempat Heboh di Indonesia

Pertengahan tahun lalu, nama Dewi Septiani asal Bekasi membuat geger jagat dunia maya. Ia mendadak terkenal gara-gara keluhannya setelah membeli beras di Toko Madu, Pasar Mutiara Gading, Bekasi pada 13 Mei 2015.

Beras yang dimasak adiknya terasa seperti nasi basi, setelah dimakan menyebabkan mual dan sakit perut. Ia pun mengunggah informasi beras yang diduga palsu ke Twitter, Facebook, dan Instagram. Unggahannya memicu keramaian di media massa hingga menjadi laporan ke polisi.

Pemerintah pun dibuat guncang, hingga Disperindag Kota Bekasi meminta uji sampel beras di Laboratorium Sucofindo, Cibitung, yang hasilnya menyatakan positif sebagai beras plastik. Celakanya, hasil uji Badan POM, Laboratorium Forensik, Laboratorium Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Pertanian hasilnya malah berlawanan.

Pada waktu itu, Kapolri yang masih dipegang Jenderal Badrodin Haiti menjelaskan dari hasil pengujian ulang dengan menggunakan sampel yang masih tersisa di Sucofindo hasilnya ternyata negatif.

“Nah, oleh karena itu kami semua berkesimpulan bahwa beras yang diduga plastik itu ternyata tidak ada,” kata Badrodin dikutip dari laman Setkab.go.id pada 26 Mei 2015.

BPOM sebagai pihak yang paling bertanggung jawab soal ini, juga tak mau terkesan berdiam diri. Setelah pengumuman yang menjadi antiklimaks itu, mereka menyampaikan pernyataan resminya. Salah satunya soal upaya BPOM menanyakan perihal kasus beras plastik apakah juga beredar di negara lain kepada INFOSAN pada 21 Mei 2015. Hasilnya pun negatif.

Saat kehebohan awal terjadi di Indonesia, negara-negara tetangga juga memasang bendera siaga terhadap kemungkinan persoalan sama menimpa mereka. Media Singapura Straits Times membuat laporan yang berjudul “Fake rice made of plastic reported to have reached Asian shores but not Singapore's”. Salah satu bagiannya menceritakan soal berita beras palsu yang dijual di pasar Cina, khususnya di Taiyuan, Provinsi Shaanxi yang informasinya menyebar di WhatsApp dan Facebook.

Keberadaan beras plastik di beberapa negara memang seperti ada dan tiada, seperti yang terjadi di Indonesia. Ia sudah kadung membuat masyarakat ketakutan, meski sebenarnya masih perlu bukti lanjutan untuk pembuktiannya. Apakah ini pun akan terjadi dengan Nigeria?

Baca juga artikel terkait BERAS atau tulisan lainnya dari Suhendra

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Suhendra
Penulis: Suhendra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti