tirto.id - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (16/5/2023) pagi, naik 10 poin atau 0,06 persen ke posisi Rp14.795 per dolar AS.
Penguatan ini dibandingkan dengan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.805 per dolar AS. Demikian dikutip Antara.
Dolar AS melemah terhadap beberapa mata uang di dunia. Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, turun 0,24 persen menjadi 102,4374 pada akhir perdagangan.
Pelemahan dolar AS terjadi usai Federal Reserve New York melaporkan indeks manufaktur negara bagian New York turun ke pembacaan negatif 31,8 pada Mei, lebih rendah dari 10,8 pada April. Para ekonom memperkirakan untuk pembacaan negatif 2,0.
"Inflasi tidak akan turun dengan sangat cepat. Dan dalam hal itu, pemotongan suku bunga tidak sesuai dengan skenario itu," kata Raphael Bostic, presiden Federal Reserve Atlanta.
Peningkatan sentimen risiko secara keseluruhan juga membebani dolar AS, menurut Monex USA, penyedia valuta asing, manajemen risiko, dan solusi pembayaran internasional.
Penurunan dolar pada Senin (15/5/2023) terjadi setelah mencapai kinerja mingguan terbaiknya sejak September tahun lalu pada Jumat (12/5/2023).
"Pasar dalam mode konsolidasi dan menunggu sinyal yang lebih jelas dari Washington tentang bagaimana mereka akan mencegah gagal bayar AS," kata Amo Sahota, direktur di perusahaan konsultan valas Klarity FX di San Francisco, seperti dikutip Reuters.
Presiden Joe Biden dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin kongres pada Selasa waktu setempat untuk pembicaraan tatap muka, sehari sebelum dia berangkat ke pertemuan negara-negara Kelompok Tujuh (G7) di Jepang.
Meskipun kedua belah pihak tampaknya tidak mencapai kesepakatan, Gedung Putih tidak mengesampingkan batas pengeluaran tahunan yang menurut Partai Republik harus menyertai setiap peningkatan batas utang negara sebesar 31,4 triliun dolar AS.
Menjelang pertemuan Selasa, Ketua DPR AS Kevin McCarthy memperingatkan pada Senin (15/5) bahwa tidak ada gerakan menuju kesepakatan untuk menaikkan plafon utang 31,4 triliun dolar AS dalam pembicaraan dengan Gedung Putih.
"Waktu hampir habis untuk mendapatkan kesepakatan melalui Kongres," tandasnya.
Editor: Anggun P Situmorang