tirto.id - Salah satu cara sederhana mengucapkan tahun baru 2023 adalah dengan berkirim puisi soal suka cita penyambutan tahun baru atau tentang Januari sebagai bulan yang mengawali tahun baru.
Puisi kerap digunakan untuk menyampaikan isi perasaan indah seperti rasa syukur, suka cita, hingga harapan akan sesuatu.
Puisi sendiri merupakan salah satu bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata, irama dan rima sebagai media penyampaian untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran penyair, menciptakan ilusi dan imajinasi serta dapat diubah dalam bentuk bahasa yang memiliki kesan yang mendalam.
Dengan puisi tahun baru, kita bisa menyampaikan rasa syukur dan harapan-harapan tahun baru 2023 yang akan datang.
Kumpulan Contoh Puisi Tahun Baru
Berikut ini adalah beberapa contoh puisi tahun baru 2023 tentang Januari dan juga soal penyambutan suka cita tahun baru:
Januari karya Joko Pinurbo
Januari yang lusuh datang padaku
dengan wajah putih kelabu.
"Beri aku tempat perlindungan.
Musim begitu rusuh.
Bahaya mengancam dari segala jurusan."
Hujan yang basah kuyup tubuhnya
kuungsikan ke dalam botol bersama kilat,
guruh dan ledakan-ledakan petirnya.
Angin yang menggigil kedinginan
kusembunyikan ke dalam gelas
bersama desah, desau dan desirnya.
Semoga sekalian kata dan makna
yang kuziarahi bertahun-tahun lamanya
ikhlas menerima cobaan yang tiada putusnya
sebab memang begitu jauh
jarak perjalanan di antara mereka.
Semoga sekalian luka dan sembilu
yang tak henti-henti meruyaknya
tidak saling sayat dan sakit hati
justru karena demikian dalam percintaan
di antara keduanya.
Januari yang lusuh datang padaku
seperti doa yang rela bersekutu
dengan sekalian kata dan ucapan
yang sering gagap dan gagu.
Januari yang Basah karya Ozy V. Alandika
Sudah Januari tapi masih basah
Hatiku juga tengah resah
Dudukku masih sendiri dalam ingin
Menutup telinga atas ciut-ciut dingin
Sudah Januari tapi masih hujan juga
Berlumut sudah duhai si anak tangga
Kaki ini jadi melangkahkan banyak duga
Padahal aku ingin bertemu jingga
Jingga yang manis itu sudah lama tidak kukunjungi
Rinduku sudah serindu-rindu ini
Basahnya hujan sudah menghanyutkan wangi
Hanya tinggal mendung yang setia menemani
Begitulah kau Januari
Rintik-rintikmu jatuh ke ruang tamu saban hari
Padahal aku ingin keluar dan berlari
Menepuk setiap lidah dan mulut orang-orang yang iri
Januari yang basah
Rasanya gundah ini harus kujemur sendiri
Agar bukan temaram yang berdikari
Saat waktu mengajak kita untuk berpisah
Tahun Baru Kelabu karya Abdul Kadir
Angkasa malam berwarna warni
Meski itu musim hujan
Gelak tawa, ceria, kerlap kerlip lampu di malam hari Menambah indah kala itu
Jauh halnya dengan tahun baru kini Hujan deras,
terang namun sepi, pos penyekatan di tiap perbatasan antar daerah menjadi saksi pilu tahun baru
kelabu
Kerlap kerlip malam Namun sunyii tak ada insan yang tertawa
Tak ada kembang api penghias malam
Tak ada acara ataupun kumpul keluarga
Yang di perantauan tak bisa pulang
Keluarga menangis sepi mengetahui anaknya tak bisa pulang Anaknya pula menangis tak tau bagaimana
cara pulang
Tempat wisata kosong melompong
Terlebih lebih tempat ibadah
Jalanan senggang
Riuh hanya khayal
Manusia lenyap kedalam pintu rumah masing-masing
Tak ada kehidupan