tirto.id - Maya Bracken, 56 tahun, seorang WNI (Warga Negara Indonesia) dilaporkan meninggal dunia akibat kasus penikaman pada Kamis, 4 Januari 2024, di Inggris.
Ia ditemukan tewas dengan kondisi luka serius di dalam mobil Lexus, di Pangbourne, Berkshire, Inggris. Maya diduga ditikam remaja 18 tahun yang juga tewas di dekat rel kereta api, tak jauh dari lokasi kejadian.
Kementerian Luar Negeri melalui Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (PWNI-BHI), Judha Nugraha menyatakan KBRI London masih berkoordinasi dengan aparat setempat terkait peristiwa tersebut.
"KBRI London sedang berkoordinasi dengan pihak kepolisian setempat mengenai peristiwa pembunuhan terhadap Mayawati Bracken," tutur Judha, seperti mengutip Antaranews.
Ia menambahkan, paspor milik Maya Bracken sudah tidak berlaku sejak 16 Agustus 2023 silam dan tidak melakukan perpanjangan.
"Paspor Almarhumah tercatat telah habis masa berlaku pada 16 Agustus 2023 dan tidak mengajukan lagi perpanjangan paspor," ujarnya.
Peristiwa pembunuhan yang dialami Maya sempat menggemparkan penduduk lokal hingga menjadi berita beberapa surat kabar di Inggris.
Kronologi Penikaman: Pelaku Remaja 18 Tahun?
Berdasarkan pemberitaan media Dailymail.co.uk, Mayawati Bracken atau kerap dipanggil Maya ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa di dalam mobil Lexus.
Saat itu waktu menunjukkan pukul 17.45, hari Kamis, tanggal 4 Januari 2024. Lokasi kejadian ada di desa Pangbourne, Berkshire, Inggris.
Menurut pihak kepolisian, terdapat luka tusuk di sekujur tubuh Maya. Ia sempat menerima perawatan medis. Akan tetapi, nyawanya tidak tertolong dan dinyatakan meninggal di lokasi kejadian.
Di lain sisi, setengah jam kemudian setelah ditemukan tubuh Maya, atau sekitar pukul 18.15 waktu setempat, kantor polisi Thames Valley menerima laporan tentang kematian seseorang di rel kereta api dekat stasiun Pangbourne.
Laki-laki 18 tahun yang belum diketahui identitasnya ini tewas usai ditabrak kereta api. Aparat menilai 2 kejadian tersebut memiliki kaitan.
Juru bicara Kepolisian Transportasi Inggris menyebutkan,"Petugas dipanggil ke jalur dekat stasiun kereta api Pangbourne pada pukul 18.11 pada hari Kamis karena adanya laporan korban di rel,".
"Paramedis juga datang dan seseorang dinyatakan meninggal di tempat kejadian. Polisi Transportasi Inggris bekerja sama dengan Kepolisian Thames Valley guna memastikan akibat yang menyebabkan kematian mereka," tambahnya.
Polisi masih terus melakukan investigasi terhadap kasus kematian Maya Bracken, termasuk kaitannya dengan remaja 18 tahun yang tewas di dekat rel kereta api pada waktu yang berurutan.
"Kami masih menyelidiki tetapi kedua kematian tersebut saling berkaitan. Tidak ada ancaman yang lebih luas bagi masyarakat dari insiden yang menyedihkan dan tragis ini," ucap Kevin Brown, Kepala Unit Kejahatan Utama kantor polisi di Inggris.
Maya Bracken meninggalkan rumah mewah senilai £2,5 juta di Flowers Hill dengan dilengkapi 7 kamar.
Tetangga dan teman dekat Maya sontak mendatangi kediamannya untuk menyatakan bela sungkawa sembari membawa karangan bunga sebagai tanda penghormatan.
"Dia adalah wanita yang sangat baik, dia tinggal di sini untuk sementara waktu. Kami [tetangga] menyapa saat keluar rumah untuk membeli koran di pagi hari," ujar salah seorang tetangga.
"RIP Maya. Saya sangat terkejut, dia adalah orang yang sangat baik," tutur yang lainnya.
Menurut tetangga lainnya lagi, Maya memiliki 3 orang anak. Mereka terdiri dari anak kembar laki-laki dan perempuan. Lainnya adalah seorang anak laki-laki.
Suami Maya bernama Michael. Ia selama ini bekerja di sektor perbankan.
"Dia berasal dari Indonesia, namun bertemu dengan suaminya, Michael, di Hong Kong. Dia bekerja di sektor perbankan," kata orang tersebut, via MailOnline.
"Michael mengelola proyek pembangunan rumah di Pangbourne. Saya tidak yakin dia pernah tinggal di sana, karena dia dan Maya berpisah setelah rumah itu selesai dibangun," lanjutnya.