tirto.id - Saat peringatan 1 Desember rakyat Papua, massa aksi dari Aliansi Mahasiswa Papua dan Front Rakyat Indonesia untuk West Papua (FRI-WP) dengan ormas Patriot Garuda Nusantara (PGN) di Bali sempat terjadi kericuhan.
Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol Syamsi menyatakan sempat terjadi keributan dua kubu. "Mereka saling berorasi namun ditengahi oleh personel pengamanan. Namun terjadi kericuhan di antara mereka," kata dia ketika dihubungi Tirto, Kamis (1/12/2021).
Aliansi Mahasiswa Papua dan FRI-WP di Bali berdemonstrasi soal deklarasi 60 tahun kemerdekaan Papua Barat. Sekitar 54 massa aksi berkumpul di Asrama Putra Mahasiswa Papua, mereka akan beraksi di sekitar gedung Konsulat Jenderal Amerika Serikat, Rabu (1/12/2021).
Pukul 05.44 WITA, massa tiba di lokasi demonstrasi. Mereka membawa pamflet kampanye aksi. Sekira 15 menit kemudian, Koordinator Lapangan I membuka aksi damai dengan menyampaikan status politik Papua Barat, Otonomi Khusus Papua, pelanggaran HAM dan Kejahatan Kemanusiaan di tanah Papua.
Di tengah orasi pertama, polisi datang. Lantas giliran FRI-WP yang berorasi soal solidaritas terhadap Papua. “Kemudian beberapa intel berpakaian preman hadir di lokasi aksi. Kemudian beberapa personel polisi muncul mengadang massa,” kata Yesaya Gobay, Ketua AMP Bali, kepada Tirto, hari ini.
Polisi mulai bereaksi terhadap massa, pasukan itu mencoba mengamankan aksi. Pukul 06.59, Panglima Komando Patriot Garuda Nusantara (PGN) Provinsi Bali, Gus Yadi, menghampiri massa dengan menaiki motor dan ingin menabrak demonstran.
“Kemudian (Yadi) turun dan menendang massa yang melakukan aksi damai. Ormas PGN memukul massa, mengucapkan kata-kata rasis ke mahasiswa West Papua dan menarik paksa spanduk kami,” ujar Yesaya.
PGN pun melempari massa dan mobil komando aksi dengan botol-botol dan batu. Pukul 08.13, AMP Bali dan FRI-WP membacakan pernyataan sikap, namun konsentrasi mereka diganggu dengan lagu dan Orasi dari PGN. 17 menit kemudian, massa mundur ke Jalan Puputan karena dihalau PGN. 13 demonstran luka ringan karena pukulan dan lemparan.
Peringatan 1 Desember bagi orang Papua merupakan tarikh penting dalam perjuangan Papua Barat yang diperingati setiap tahun. Kala itu, pada 1961, Parlemen Papua Barat, di bawah administrasi Belanda, mengibarkan bendera Bintang Kejora di kantor-kantor Hoofd van Plaatselijk Bestuur (HPB) alias pemerintahan daerah.
Bintang Kejora simbol pengakuan status berdirinya negara Papua Barat. Dalam hal ini, Papua Barat bukanlah provinsi yang ada sekarang, melainkan wilayah yang meliputi Papua Barat dan Papua saat ini. Jelang 1 Desember, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) mengimbau kepada 34 Komando Daerah Pertahanan perihal perayaan hari kemerdekaan Papua Barat.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Maya Saputri