Menuju konten utama

Kroasia vs Inggris: Memori Buruk Wembley 2007 & Senjata Bola Mati

Duel Kroasia vs Inggris di semifinal Piala Dunia 2018 pada Kamis (12/7/2018) bisa membangkitkan memori buruk kala Tiga Singa dieliminasi oleh Vatreni di Stadion Wembley pada 2007.

Kroasia vs Inggris: Memori Buruk Wembley 2007 & Senjata Bola Mati
Selebrasi Gol Harry Maguire pada pertandingan babak 8 besar Piala Dunia 2018 antara Timnas Swedia vs Timnas Inggris di Samara Arena, Samara, Rusia, Sabtu (07/07/2018). AP Photo/Frank Augstein

tirto.id - Duel Kroasia vs Inggris di semifinal Piala Dunia 2018 pada Kamis (12/7/2018) akan menjadi laga kedelapan antara kedua tim tersebut. Ditingkahi luka 'Wembley 2007', Tiga Singa yang kini memiliki skuat muda belia, menantang generasi emas Vatreni yang sama-sama mengincar tiket ke final Rusia 2018.

Luka fans Inggris pada Rabu, 21 November 2017 yang sudah kering mungkin akan terbuka lagi menjelang pertemuan Kroasia. Hari tersebut, tim kesayangan mereka, Tiga Singa menjamu Vatreni di stadion keramat, Wembley. Andai mengamankan satu angka saja di laga itu, Inggris akan lolos ke Piala Eropa 2008.

Namun, Inggris tertinggal oleh dua gol cepat Kroasia yang dicetak Niko Kranjcar dan Ivica Olic. Meski kemudian Frank Lampard dan Peter Crouch sempat menyamakan kedudukan, mimpi Tiga Singa buyar seketika 13 menit jelang bubaran, kala pemain pengganti Mladen Petric melepaskan tembakan dari jarak 25 meter yang tak bisa dihentikan Scott Carson, kiper tuan rumah.

11 tahun setelah kekalahan pedih itu, Inggris akan berjumpa Kroasia untuk memperebutkan satu tiket ke final Piala Dunia 2018. Berbeda dengan Tiga Singa yang sudah tidak memiliki satupun pemain dari laga berdarah tadi, Kroasia masih memiliki para alumni 'Wembley 2007' dalam skuat mereka sekarang.

Ada gelandang Luka Modric dan bek Vedran Corluka yang tampil 90 menit di laga itu, dan Ivan Rakitic yang masih jadi pemanis bangku cadangan.

"Kami suka bermain melawan tim seperti Inggris karena kami memiliki pemain cepat dan laga akan terbuka. Kedua tim ingin menguasai bola dan menang. Semoga (laga semifinal) ini seperti Wembley 2007, ketika kami menang 3-2," kata Corluka yang kini bermain untuk Lokomotiv Moskwa sedikit usil, dikutipGuardian.

Raja Bola Mati

Namun, Inggris tahun ini adalah Inggris yang berganti wajah sepenuhnya. Mereka datang ke Piala Dunia 2018 dengan diiringi pandangan miring. Apalagi, kemudian pelatih Gareth Southgate berani memainkan formasi tiga bek, dan mengandalkan nama-nama 'terlalu muda'.

Kiper Inggris, Jordan Pickford baru tiga kali tampil di tingkat senior. Bek Harry Maguire menyandang lima caps, lalu ada pula Kieran Trippier dengan tujuh caps. Nyatanya, mereka yang dipilih Southgate, dan mereka pula yang mengantarkan Tiga Singa sampai ke semifinal Piala Dunia, pencapaian yang terakhir kali dirasakan 28 tahun lalu di Italia 1990.

Berbicara penampilan, Inggris yang sekarang tampak 'segar'. Mereka berkaca pada banyak kegagalan. Southgate memperbaiki kekurangan Tiga Singa dalam urusan bola mati. Mereka terakhir kali mencetak gol dari skema tendangan sudut di Piala Dunia 2010 melalui Matthew Upson kala Inggris dipukul Jerman.

"Kami menemukan, set pieces adalah kunci di Piala Dunia dan kami merasa, ini adalah sesuatu yang harus kami asah," kata Southgate dikutip Marca.

Kelanjutannya memuaskan: 3 dari 11 gol Inggris di Piala Dunia kali ini berasal dari set pieces. Berbeda dengan Kroasia yang 'hanya' mencatatkan satu gol dari skema set pieces sepanjang turnamen.

Demikian berbahayanya kemampuan Inggris dari bola mati ini, sampai gelandang Kroasia, Luka Modric menaruh perhatian ekstra.

"Inggris berbahaya dalam setpiece. Mereka memiliki pemain seperti Maguire, Harry Kane dan (John) Stones, yang tangguh dan mencetak banyak (gol dari skema) set piece. Kami akan memperhatikan detail tersebut karena kami kebobolan satu gol melawan Rusia; (gol) yang seharusnya tidak kami 'izinkan'," ungkap Modric.

Bicara rekor pertemuan, sepanjang sejarah, Inggris dan Kroasia sudah pernah bertemu tujuh kali. Ini terhitung sejak persuaan perdana mereka dalam laga persahabatan internasional pada 24 April 1996 yang berakhir imbang 0-0.

Sejak saat itu, total Inggris mencatatkan empat kemenangan, satu imbang, dan dua kali kalah. Sekarang, dengan senjata 'baru' set pieces dan para pemain muda yang sedang merangkai generasi emas baru Tiga Singa, mereka mengincar final pertama setelah Piala Dunia 1966. Tidak akan mudah, karena Kroasia juga mencari final Piala Dunia pertama mereka.

Baca juga artikel terkait PIALA DUNIA 2018 atau tulisan lainnya dari Fitra Firdaus

tirto.id - Olahraga
Penulis: Fitra Firdaus
Editor: Fitra Firdaus