Menuju konten utama

Kroasia 2 Kali Gempa Besar di 2020, Bisakah Terjadi di Indonesia?

Indonesia juga memiliki potensi terjadinya gempa besar dan merusak seperti di Kroasia.

Kroasia 2 Kali Gempa Besar di 2020, Bisakah Terjadi di Indonesia?
Ilustrasi Gempa Bumi. FOTO/iStock

tirto.id - Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami, Daryono mengatakan, gempa kuat mengguncang Kota Petrinja, Kroasia, pada 29 Maret 2020 siang hari pukul 12.20 waktu setempat. Gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) ini menyebabkan kerusakan dan kepanikan luar biasa.

BMKG mencatat dalam setahun, Kroasia sudah dilanda 2 kali gempa merusak. Sebelumnya terjadi gempa merusak di Zagreb, berkekuatan 5,3 pada 22 Maret 2020.

Sedangkan hasil analisis parameter gempa menununjukkan bahwa gempa kuat yang terjadi pada 29 Maret 2020 memiliki magnitudo 6,4 dengan episenter terletak di koordinat 45,422° Lintang Utara 16,255° Bujur Timur, tepatnya di darat pada jarak sekitar 3 kilometer arah baratdaya kota Petrinja, Kroasia dengan kedalaman 10 kilometer.

"Berdasarkan lokasi episenter dan kedalamannya, tampak bahwa gempa Kroasia ini dipicu aktivitas sesar aktif ”Petrinja fault zone” dengan mekanisme sesar geser menganan (dextral strike-slip)," kata Daryono.

Saking kuatnya guncangan, gempa ini dirasakan di hampir seluruh wilayah Balkan. Gempa ini terjadi sehari setelah gempa pendahuluan (foreshocks) berkekuatan 5.2 melanda tepat di barat laut dari pusat gempa utama (mainhock). Pasca gempa utama diikuti puluhan gempa susulan (aftershocks).

Peta tingkat guncangan (shakemap) menunjukkan bahwa di sekitar pusat gempa tampak berwarna kuning kecoklatan yang menunjukkan dampak guncangan mencapai skala intensitas VI –VII MMI yang artinya berdampak merusak tingkat sedang hingga berat.

"Estimasi shakemap ini akurat karena gempa ini menimbulkan banyak kerusakan pada bangunan. Jalan-jalan di pusat kota dipenuhi puing kerusakan. Dalam beberapa foto tampak bongkahan tembok menimpa mobil-mobil yang sedang diparkir, pecahan-pecahan tembok terlempar hingga ke jalan-jalan. Sedikitnya 7 orang dilaporkan meninggal dan puluhan lainnya luka-luka. Kota Petrinja adalah yang terdampak paling parah menderita kerusakan," katanya.

Berdasar catatan sejarah gempa Balkan, gempa saat ini adalah yang terbesar melanda Kroasia dalam kurun waktu 140 tahun terakhir. Gempa terakhir melanda Zagreb terjadi pada 9 November 1880 dengan kekuatan 6,3. Episentrumnya terletak di gunung Medvednica menghancurkan 1.758 bangunan termasuk gereja dan bangunan milik negara.

Lantas bagaimana dengan Indonesia, apakah Indonesia juga memiliki potensi gempa besar dan merusak seperti yang terjadi di Kroasia?

Daryono menegaskan bahwa, Indonesia juga memiliki potensi terjadinya gempa besar dan merusak seperti di Kroasia.

"Sangat mungkin sumber gempa kita (Indonesia) sangat banyak ada megathrust 13 segmen dan 295 sesar aktif," tegas Daryono.

Bahkan menurut Daryono berdasarkan catatan BMKG, di Indonesia terutama Lombok pernah terjadi lima kali gempa cukup besar dalam periode dua bulan.

"Lombok saja gempanya lima kali dalam dua bulan," kata Daryono.

Berdasarkan catatan BMKG berikut daftar lima kali gempa yang terjadi di Lombok dalam dua bulan pada 2018 lalu.

1. 29 Juli 2018 pukul 05.47 WIB

magnitudo 6,4 kedalaman 13 kilometer dan berlokasi di 8,35 Lintang Selatan dan 116,50 Bujur Timur

2. 5 Agustus 2018 pukul 18.46 WIB

Magnitudo 7 kedalaman 32 kilometer dan berlokasi di 8,35 Lintang Selatan dan 116,47 Bujur Timur

3. 9 Agustus 2018 pukul 12.25 WIB

Magnitudo 5,9 kedalaman 14 kilometer dan berlokasi di 8,44 Lintang Selatan dan 116,21 Bujur Timur

4. 19 Agustus 2018 pukul 11.10 WIB

Magnitudo 6,3 kedalaman 18 kilometer dan berlokasi di 8,44 Lintang Selatan dan 116,59 Bujur Timur

5. 19 Agustus 2018 pukul 22.56 WIB

Magnitudo 6,9 kedalaman 10 kilometer dan berlokasi di 8,44 Lintang Selatan dan 116,68

Sementara itu menurut Daryono hanya ada satu solusi yang bisa dilakukan untuk meminimalisir adanya korban jiwa saat terjadi di Indonesia yaitu pembangunan rumah tahan gempa.

"Only one solution, rumah tahan gempa, jika tidak maka sampai kapan pun akan jatuh korban luka dan meninggal," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait GEMPA atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Agung DH