tirto.id - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengungkapkan dua hal yang harus dimiliki seseorang agar bisa menjadi penerusnya mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) di 2019. Kedua syarat yang harus dipenuhi adalah kemampuan untuk meningkatkan elektabilitas Jokowi dan bekerja sebagai Kepala Pemerintahan.
Saran itu disampaikan JK setelah dirinya mengklaim tak akan kembali menjadi calon wapres mendampingi Jokowi pada pemilu 2019. JK enggan menjadi cawapres karena faktor usia. Saat ini, JK telah berusia 75 tahun.
"Mesti dua hal ini (dipenuhi bakal cawapres) dan di samping itu juga ya tentu yang bisa memperluas jangkauan keterpilihan," ujar JK di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (13/2/2018).
Meski enggan menjadi cawapres Jokowi lagi di pemilu mendatang, JK mengaku akan tetap memberi dukungan ke Presiden ketujuh Indonesia itu. Meskipun ia enggan mengungkap dukungan seperti apa yang hendak diberikan untuk Jokowi.
Saat disinggung mengenai tak ada sosok yang bisa mengimbangi kemampuannya mendampingi Jokowi, JK berkata bahwa setiap orang memiliki pengalaman berbeda-beda. Ia pun berkata, yang terpenting bagi cawapres adalah kemampuan dirinya untuk melengkapi kekurangan capres pasangannya.
"Saya kira memang semua tokoh itu berbeda-beda dia punya pengalaman, caranya," ujarnya.
Pada survei terakhir yang diselenggarakan LSI Denny JA, ada klasifikasi lima jenis bursa calon wakil presiden potensial di pemilu 2019. Bursa cawapres potensial disusun berdasarkan latar belakang militer, islam, partai, kepala daerah wilayah strategis, dan profesional.
Dari Cak Imin, AHY hingga Anies Baswedan
Pada bursa cawapres potensial dari latar belakang militer, tiga nama terkuat muncul ke permukaan yaitu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Gatot Nurmantyo dan Moeldoko. AHY dikenal 71,2 persen responden, disusul Gatot dengan tingkat pengenalan 56,5 persen dan Moeldoko dikenali 18 persen masyarakat.
Kemudian, untuk latar belakang Islam muncul dua nama potensial yakni Cak Imin (Muhaimin Iskandar) dan Tuan Guru M. Zainul Majdi selaku Gubernur NTB. Cak Imin dikenali 32,4 persen responden, sementara Zainul Majdi memiliki tingkat popularitas 13,9 persen.
Pada bursa cawapres potensial dari latar belakang parpol muncul dua nama yaitu Airlangga Hartarto dan Budi Gunawan. Airlangga adalah Ketua Umum Golkar, sementara nama Budi Gunawan muncul karena dianggap memiliki kedekatan dengan PDI Perjuangan, meski bukan kader partai itu.
Kemudian, nama Anies Baswedan yang menempati daftar cawapres potensial dari latar belakang gubernur provinsi strategis. Anies menjadi satu-satunya penghuni daftar karena gubernur baru di daerah strategis lain (Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur) belum terpilih.
Terakhir, empat nama muncul sebagai cawapres potensial yang berlatarbelakang profesional. Mereka adalah Susi Pudjiastuti, Sri Mulyani, Chairul Tanjung, dan Aksa Mahmud.
Survei itu melibatkan 1.200 responden yang dipilih dengan metode multi stage random sampling. Wawancara tatap muka dilakukan terhadap responden di 34 provinsi pada 7-14 Januari 2018, serta memiliki tingkat margin of error kurang lebih 2,9 persen.
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Alexander Haryanto