tirto.id - Paul Florin Radu, atau dikenal Paul Radu, adalah direktur eksekutif Proyek Peliputan Korupsi dan Kejahatan Terorganisir alias OCCRP. Organisasi ini adalah konsorsium pusat investigasi yang digagas Radu dan rekannya, wartawan investigatif Drew Sullivan. OCCRP adalah satu-satunya organisasi nonprofit yang purnawaktu melakukan laporan investigasi khusus dalam isu kejahatan terorganisasi dan korupsi.
Radu adalah nama besar di dunia jurnalisme investigasi. Ia menerima sejumlah penghargaan internasional atas kerja jurnalistiknya. Sebuat saja Knight Internasional Journalism Award dan Investigative Reporters dan Editors Award pada 2004, dan Global Shining Light Award serta Tom Renner Investigative Reporters and Editors Award pada 2007.
Pengalaman Radu dalam investigasi bukan cerita satu malam. Selain aktif dalam OCCRP dalam menerbitkan laporan-laporan investigasi, Radu juga membagikan ilmunya di sejumlah seminar dan konferensi journalisme. Salah satu karya Radu yang kini digunakan oleh ruang jurnalisme dari banyak negara, terutama para jurnalis data, adalah Investigative Dashboard, sebuah basis data yang bisa membantu para investigator mencari data yang dibutuhkan.
Dua pekan lalu, reporter Tirto, Aulia Adam dan Wan Ulfa Nur Zuhra, bertemu dengan Radu dalam Global Investigative Journalism Conference di Johannesburg, Afrika Selatan. Radu membagikan wawasannya tentang kejahatan global tingkat tinggi yang melibatkan banyak sekali negara. Berikut wawancaranya di tengah konferensi tersebut.
Kenapa fokus pada kejahatan terorganisir?
Karena sejak kecil, saya sudah terbiasa keliling dunia. Saya melihat banyak sekali kriminalitas transnasional. Kejahatan terorganisir biasanya terjadi antara satu negara dan negara lainnya. Tahulah, kejahatan terorganisir tingkat tinggi memengaruhi semua pencurian tingkat tinggi, pencurian yang bernilai miliaran. Misalnya, Malaysia dengan kasus 1MDB (1Malaysia Development Berhad). Maksud saya, semuanya enggak mungkin berjalan tanpa komponen transnasional. Akan selalu ada jaringan. Melintasi batas geografi. Dan itu sesuatu yang coba saya pahami.
Pengalaman pertama Anda dulu di mana?
Perjalanan pertama saya ke luar negeri adalah ke Kolombia. Saya pergi ke bagian utara Kolombia untuk hidup dengan orang-orang lokal untuk mempelajari koka, tanaman koka. Sejenis narkoba. Dari daun koka, kau akan menghasilkan kokaina (cocaine). Tapi dari orang-orang ini, mereka cuma menanam daun koka. Mereka tidak memproduksi narkoba. Mereka bukan penjual narkoba. Tapi mereka memanennya untuk dijual ke orang lain yang memproduksinya jadi pasta, tahap pertama supaya jadi kokaina. Itu sudah termasuk narkoba. Kemudian mereka menjualnya ke orang yang memproduksinya jadi kokaina. Kolombia memproduksi lebih dari 90 persen kokaina di seluruh dunia.
Jadi, saya penasaran gimana cara kerja mereka? Karena itu adalah ekonomi narkoba bernilai miliaran. Kan, tidak semuanya berputar dan terjadi di Kolombia saja, di pegunungan mereka. Tidak mungkin ekonomi itu bergerak tanpa pasar di Amerika Serikat atau Eropa. Saya coba memahami ini. Itu yang membuat saya fokus pada korupsi terorganisir. Itu tantangan terbesar dunia saat ini, menurut saya.
Maksud saya, para kriminal terlibat dalam jaringan lintas negara. Sebagian dari mereka adalah orang-orang terpintar, mereka sering pelesir, mereka paham banyak negara, dan punya akses di banyak negara pula.
Apa yang mereka lakukan?
Sebenarnya yang mereka lakukan sangat sederhana. Faktanya, mereka memulai bisnis narkoba misalnya, di sini, di Johannesburg. Mereka memulainya kecil, lalu tumbuh. Kemudian naik ke tahap negara dan sadar kalau mereka bisa melintasi negara, mungkin ke Zimbabwe. Lalu mereka sadar bisa menembus benua, misalnya mereka pergi ke Asia Tenggara. Tapi mereka bereplesir bukan cuma sebagai turis. Mereka membawa otak kriminalnya bersama mereka.
Bagaimana cara mereka merencanakan bisnis jahatnya, bagaimana mereka menghasilkan uang, mencuri dari kartu kreditmu, atau meretas ponselmu, dan menghasilkan uang dari sana?
Jadi, yang terjadi adalah ketika mereka tumbuh secara global, saat yang bersamaan, tahulah, institusi penegakan hukum: polisi, badan intelijen, yang harusnya menghentikan mereka, justru tak bisa; karena ketika para kriminal ini bergerak global, hukum tetap ada di level nasional. Ia terhalangi batas. Karena di Indonesia, polisi digaji oleh kalian, penduduk Indonesia. Maka, mereka enggak bisa bekerja untuk Filipina, atau Malaysia. Itu memudahkan para kriminal.
Memang ada beberapa jenis kerja sama, tapi itu sangat-sangat lambat dan terbatas. Tapi enggak semua law enforcement di negara-negara ini bisa kerja sama. Dan politik bermain. Jadi kalau presiden dari negaramu enggak terlalu dekat sama presiden dari Filipina, jadi enggak ada penegakan hukum untuk menanggulangi masalah. Itu sebabnya, kriminalitas global enggak punya musuh bersama, dan itu alasan kenapa mereka aman main di global.
Satu-satunya musuh bersama mereka adalah jurnalis investigasi yang bekerja untuk menyelidiki kejahatan global yang terorganisir.
Bisa kasih contoh?
Contoh, ada kriminal yang bekerja di Afrika Selatan dan negaramu. Jadi, kalau polisi di Johannesburg misalnya butuh informasi dari polisi dari Indonesia, dari polisi di Jakarta, mereka enggak bisa cuma kirim email, atau SMS; tinggal minta data. Mereka bahkan enggak tahu kalau data yang mereka minta betulan ada atau enggak.
Hal pertama yang mesti mereka lakukan, biasanya, mendatangi kementerian luar negeri Afrika Selatan supaya menghubungkan mereka ke kementerian luar negeri negaramu, untuk dikoneksikan dengan polisi lokal, dan sebagainya. Dan ini baru bisa terjadi kalau ada perjanjian antara kedua negara tersebut, yang memungkinkan pertukaran informasi. Walaupun ada perjanjiannya, tetap saja butuh waktu berbulan-bulan untuk informasi itu sampai kemari.
Well, kriminal enggak kerja kayak gitu. Mereka cepat. So, saat kamu investigasi satu kasus, yang makan setahun atau bertahun-tahun, para kriminal justru sudah bergerak ke skema berikutnya, ke level berikutnya.
Anda benar. Biasanya jurnalis investigasi baru kerja ketika melihat ada satu kasus yang salah terjadi. Sementara tindakan kriminal itu terus berkembang. Bagaimana cara mencegahnya?
Kalau kamu paham gerak kriminalitas terorganisir, kamu akan lihat pola: Sesuatu yang mereka lakukan berulang-ulang kali. Itu sesuatu yang kalau mereka berhasil terapkan di suatu tempat, misalnya di sini, mereka juga akan pakai di Cape Town, di Jakarta, dan tempat lain. Lantas, yang kau lakukan sebagai reporter investigatif adalah menggunakan segala bentuk teknologi untuk mengumpulkan data untuk melihat pola itu.
Saya punya cerita. Kasus di negara saya, misalnya. Saya berasal dari Rumania, kami menginvestigasi sebuah kelompok kriminal—beberapa kelompok kriminal, sebenarnya. Setelah kami ekspos mereka, mereka langsung pergi dari Rumania. Beberapa dari mereka dikirim ke penjara. Beberapa tahun kemudian, saya sedang menunggu seorang kawan di bandara di Bukares, ibukota Rumania. Dia buru-buru banget jalan dari pintu kedatangan sambil teriak ke saya, “Man, kau enggak akan percaya apa yang aku lihat di pesawat?” Itu tuh pesawat kecil, karena enggak datang dari jarak yang jauh.
Dia bilang, “Dengar, tiga orang kriminal yang sedang kita investigasi ada di pesawat itu.”
Yang kami tahu, tiga-tiganya enggak punya koneksi sebenarnya, salah satu mereka pencuri bank kelas kakap—dia mencuri 60 juta Euro di bank. Yang lainnya: menipu di televisi lewat acara bingo—dia janji sebar-sebar hadiah. Dan yang ketiga terlibat masalah minyak.
Mereka datang dari daerah berbeda, tapi ketemu dalam sebuah pesawat, di kelas bisnis, minum sampanye bareng. Ini gila! Apa yang mereka lakukan? Akhirnya kami investigasi. Yang kami temukan ternyata mereka bikin perusahaan di negara itu bersama istri dari kepala badan intelijen dari negeri itu.
Jadi kami mengeksposnya: tiga orang ini terlibat di sini, sini, dan sini. Jadi, pada dasarnya, mereka melakukan pola yang sama di negara tersebut, karena tidak bisa lagi melakukannya di sini (Rumania). Jadi, tentu saja, pihak berwajib di sana tidak membiarkan mereka melakukannya lagi setelah laporan kami.
So, beginilah kurang lebih cara mencegahnya. Tapi ini hitungan beruntung, karena ada yang melihat pertemuan mereka di pesawat. Kasus lain kita tak bisa cuma menunggu.
(Kisah itu) memberi kami ide untuk membuat basis data. Kenapa cuma menunggu melihat kriminal di bandara? Kenapa enggak coba bikin daftar dan identifikasi pola mereka? Gimana mereka menipu? Mengumpulkan uang? Jadi ini semua tentang pola!
Saat kamu mengenali polanya, masukan ke dalam komputer. Kami punya sebuah software untuk memasukkan semua pola ini. Mesin akan mencampur semua pola. Jadi kita bahkan akan tahu pola kriminal yang selama ini kita tidak tahu. Menggunakan teknologi, kita bisa mendeteksi orang-orang yang membuka toko di tempat terpisah. Ini yang kami lakukan, semacam Google alert, kami menggunakan algoritma, bukan sekadar entitas.
Apa nama software-nya?
Kami akan segera meluncurkannya versi publik, segera. Tapi masih belum bisa bekerja di tahap global, masih di tahap negara. Karena kita mesti lihat data-data serupa dulu. Kami berhasil mengatasi masalah ini, tapi tetap aja masih banyak yang perlu dikerjakan. Ini sangat menarik, kayak Investigative Dashboard yang kami buat, kamu juga bisa masukan nama yang menarik perhatianmu, dan mungkin bisa berguna untukmu.
Nama-nama itu bakal disesuaikan dengan data-data yang ada di database. Bisa jadi kamu menemukan kalau nama itu ternyata punya perusahaan besar di, misalnya, Cina. Tentu saja kamu tetap butuh investigasi, karena kamu enggak bisa main asal rilis data-data itu. Meski nama itu adalah nama seorang kriminal yang sudah dihukum, tak ada jaminan kalau perusahaan yang didirikannya di luar negeri adalah perusahaan kriminal.
Tapi, kalau kamu ketemu petunjuk lain yang kuat mengarahkan ke sana, misalnya kamu ketemu data yang bilang mereka punya koneksi dengan istri dari kepala intelijen negeri itu, jadi kami bisa mengeksposnya. Tentu saja secara proper.
Dari semua cerita yang pernah Anda kerjakan, mana yang menurut Anda berdampak paling besar?
Agaknya kami memberikan dampak dalam setiap cerita yang kami kerjakan. Contohnya, organisasi tempat saya bekerja, selama 8 sampai 9 tahun terakhir, kami punya budget 10 juta dolar AS. Tapi, kontribusi laporan kami untuk pemulihan sejumlah negara di seluruh dunia sebesar 5,56 miliar dolar AS. Jadi bayangkan saja.
Saya enggak bilang, kami yang melakukan ini. Bukan organisasi kami yang mengembalikan uang-uang itu, bukan laporan investigasi kami. Kami cuma mengekspos kejahatan di baliknya. Jadi, kalau dipikir-pikir retur investigasinya, ya besar. Itu sekitar 54 ribu persen. Angka yang besar. Jadi itu dampaknya.
Semuanya tentang duit, menurut saya. Tentu saja ada jenis kejahatan lain, dan juga didasarkan karena duit. Tapi organized crime—kecurangan finansial ini yang diejawantahkan lewat kasus-kasus pencucian uang—well, semua kriminalitas pada ujungnya terjadi karena duit. Orang menipu karena duit, orang merampok juga karena duit.
Saya kira itu masalah saat ini. Salah satu sistem paling korup, menurut saya, adalah sistem perbankan global. Ia di atas semua pemerintahan, di atas semua negara, di atas kasus-kasus korupsi lokal, maksud saya. Yang terjadi di sistem perbankan sangat-sangat buruk. Ia contoh celah korupsi tingkat tinggi. Tahun ini kami bekerja sama dengan The Guardian dan lainnya merilis dua seri cerita tentang bagaimana bank terlibat dalam pencucian uang skala besar. Karena bank adalah layanan utama yang bisa mudah dipakai koruptor lokal, organized crime, kelompok teroris, dan semua orang.
Anda sering bilang tentang 'follow the money'. Bisa jelaskan lebih lagi tentang itu?
Well, biasanya kita memulai investigasi dari sebuah nama, kan? Kadang dari sebuah perusahaan. Jadi gagasan dasarnya untuk mengikuti semua kegiatan orang atau perusahaan tersebut sebanyak mungkin dan mencoba menemukan bisnis apa yang yang ia terlibat di dalamnya. Jadi, yang kami lakukan, ketika kami punya nama seseorang, kami masukan namanya ke database. Ketika sudah menemukan bisnis-bisnis tempatnya terlibat, kami coba menggambar lingkaran bisnis tersebut. Kami mencoba membaca bagaimana uangnya bergerak. Kemudian, dari sana, kamu pergi ke jaringan sosial. Ini semua tentang zoom in and zoom out.
Bagaimana cara paling awal untuk memulainya?
Pertama-tama, apa yang biasa saya lakukan adalah, saya bicara dengan para kriminal. Para kriminal dari banyak sekali negara. Bandar narkoba, penjahat perdagangan manusia, penipu, dan kriminal-kriminal lainnya. Saya duduk dengan mereka, diskusi dengan mereka, bertanya, bagaimana mereka melakukannya, kenapa mereka melakukannya. Saya mencoba mendengar dan memahami mereka sedikit banyak bagaimana mereka melakukannya.
Kriminal, tentu saja, adalah sumber pertama dalam kasus kejahatan. Polisi punya informasi yang terbatas. Kalau kamu ngobrol ke polisi, belum tentu kamu dapat informasi serupa kalau kamu langsung ngobrol dengan kriminal. Kebanyakan pekerjaan kami adalah melihat jaringan kriminal ini.
Susah memang mau cari yang bicara, tapi sebagian mau bicara. Meskipun kami akan mengekspos mereka, kadang mereka tetap memberikan informasi tentang kriminal lainnya. Karena ada banyak sekali persaingan antarkriminal sendiri. Mereka tidak ramah pada sesamanya. Sangat penting menggunakan hal ini, untuk kepentingan publik. Kriminal yang ditangkap tentu saja bakal kasih informasi tentang kriminal lain yang masih belum ditangkap, dan seterusnya, dan seterusnya.
Apa ada transaksi tukar informasi dengan mereka?
Enggak. Yang kami lakukan adalah mempublikasikannya, tentu dicek lebih dulu. Jadi kami mengekspos kriminal lain. Tapi di saat lain, kami juga mengekspos kriminal yang bicara kepada kami. Yang penting untuk dilihat para kriminal ini adalah sikap adilmu. Kami tidak sedang memainkan sebuah permainan (tipu-tipu).
Contohnya, kami enggak pernah menulis tentang keluarga mereka. Kalau ada seorang kriminal, belum tentu adik atau abangnya juga kriminal. Atau anaknya. Jadi, itu juga penting.
Ketika seorang kriminal sadar kalau kau jujur dalam pekerjaanmu, risiko untukmu juga menurun. Selama kau selalu jujur pada mereka, dan sejak awal bilang kalau (wawancara) itu adalah sesuatu yang akan kau publikasikan, itu yang penting. Caramu menjelaskan ke pembaca juga penting. Mereka juga harus tahu bagaimana caramu mendapatkan informasi.
Pekerjaan ini pasti sangat bahaya dan mengancam nyawa?
Kalau kau seorang jurnalis investigasi untuk topik organized crime, pasti kau akan dapat banyak masalah dalam hidupmu. Teman saya di organisasi ini diancam. Saya diancam. Teman saya punya masalah, saya punya masalah. Tapi, sekali lagi, yang coba kami lakukan adalah berusaha sejujur mungkin. Dan tentu saja harus punya asuransi jiwa. Ini sangat, sangat penting, khususnya kalau kau menginvestigasi kejahatan tingkat tinggi. Orang-orang ini jelas punya duit dan punya pengacara. Jadi, mereka bisa menuntutmu, dan mengambil semua yang kau punya.
Kami juga punya dua firma hukum yang membela kami. Satu di AS, satu Inggris. Ketika kami dapat ancaman dari pengacara orang yang kami investigasi, pengacara kami merespons mereka. Selama sepuluh tahun ini, kami cuma punya satu kasus pengadilan yang cukup serius. Waktu itu diplomat Rusia yang menuntut. Satu risiko yang tak terelakkan ketika kau mempublikasikan (laporanmu) di situs, kau bisa kena tuntut dari banyak sekali negara. Mereka cuma perlu lihat dari mana alamat IP situs itu menerbitkan laporannya.
Dari mana saja pernah kena tuntut?
Dari Latvia, bagian dari Uni-Eropa. Di AS, dari Maryland. Dan Rusia. Tapi kami menang. Jadi, tahulah, sangat penting untuk punya pertahanan macam ini. Di samping kau pasang sekuriti berjaga-jaga untuk semua jaringanmu, pengamanan siber, dan juga jangan lupakan pengamanan legal. Karena ini bukan zona bebas risiko. Kau juga harus membuat situasi di mana orang-orang yang bekerja denganmu juga aman.
Anda menghadapi banyak perusahaan besar dan permasalahan legal bila secara sembarangan menerbitkan laporan. Bukankah jadi susah ketika meminta konfirmasi pada perusahaan-perusahaan besar ini, terutama langsung dari para bos?
Well, sebelum ke sana, kami harus mengumpulkan data sebanyak mungkin. Ketika kau bertemu orang-orang ini, pertama-tama, karena kau punya sangat banyak informasi tentang mereka, mereka pasti mau bertemu.
Kedua, yang kau lakukan adalah bukan mencari pembenaran. Karena mereka bisa saja berbohong. Untuk mencegah itu, maka kau harus punya data yang lengkap. Sehingga ketika bertanya, “Kamu punya perusahaan ya di sana?” dan dia menjawab, “oh, tidak,” kita bisa menunjukkan rekaman resminya dan dia tidak bisa mengelak.
Jangan bertemu orang-orang ini kalau cuma untuk memancing. Jadi, kau enggak benar-benar perlu mereka untuk menjawab pertanyaan-pertanyaanmu, karena kau sudah punya semua jawabannya. Tapi ingat: tetap berlaku adil. Dan kau perlu menunjukkan kepada pembaca: orang seperti apa mereka sebenarnya.
Penulis: Aulia Adam
Editor: Fahri Salam