tirto.id - Beberapa jam sebelum roket Vostok-K 8K72K meluncur pada 12 April 1961, Sergei Korolev terlihat gugup. Kepala Program Antariksa Uni Soviet itu gugup karena negaranya dan Amerika Serikat tengah berlomba mencapai kejayaan antariksa. Waktu itu Perang Dingin sudah mulai memanas. Kegagalan akan membuat AS, yang di saat bersamaan tengah mengembangkan wahana Freedom, unggul.
Korolev jelas tak mau Uni Soviet kalah.
Sementara itu, di dalam Vostok 1, wahana yang akan dibawa Vostok-K 8K72K ke antariksa, terdapat pemuda berusia 27 yang lebih gugup. Pemuda itu adalah Yuri Alexeyevich Gagarin. Korolev tahu, Gagarin tak boleh lebih gugup darinya untuk membuat segala yang mereka lakukan berjalan sukses.
“Yuri, apakah kamu bosan menunggu persiapan peluncuran di Vostok 1?” tanya Korolev dari stasiun peluncuran melalui sambungan radio.
“Jika musik bisa diputar di sini, saya akan merasa lebih baik,” jawab Gagarin.
Sebagaimana dikisahkan Jamie Doran dan Piers Bizony dalam Starman: The Truth Behind the Legend of Yuri Gagarin (1998), Korolev berang Gagarin tidak memperoleh musik di dalam wahananya. Maka ia langsung menyuruh teknisi untuk mencarikan kaset atau rekaman musik apapun. Sayangnya, musik tak kunjung diperoleh Gagarin. Korolev pun marah sambil menghardik anak buahnya: “Musisi sialan! Orang-orang yang kusuruh mencari musik lebih cepat berbicara daripada melakukan tugasnya.”
Amarah berlalu. Di lapangan penerbangan roket Baikonur Cosmodrome, Tyuratam, Kazakhstan pada pukul 09:07 waktu Moskow, Vostok akhirnya meluncur. Keheningan terbit selepas suara roket menderu. Semua orang di Uni Soviet cemas: betapa tipis batas antara kesuksesan dan kegagalan.
Kemudian tanda kesuksesan tiba. Gagarin, dalam wahananya, berteriak “Poyekhali!"—"Berangkat!” Teriakan Gagarin itu menghancurkan keheningan seluruh Uni Soviet. Setelah sembilan menit berlalu, Gagarin sah berada di orbit, 30 kilometer lebih tinggi dibandingkan tempat parkir International Space Station (ISS) di angkasa.
Gagarin pun jadi manusia pertama yang menggapai luar angkasa.
Sebagaimana dilaporkan New York Times, wahana antariksa yang membawa Gagarin terbang paling minim 175 kilometer di atas Bumi dan terjauh berada di titik 302 kilometer di atas Bumi. Melalui Vostok, Gagarin mengelilingi Bumi selama 89,1 menit dengan kecepatan 28.000 kilometer per jam dan total ia menghabiskan waktu di angkasa hingga mendarat sepanjang 108 menit.
New York Times menyebut suksesnya Gagarin jadi manusia pertama yang tiba di luar angkasa bukanlah hal aneh. Yang menakjubkan adalah kenyataan bahwa Gagarin bisa kembali ke Bumi.
Vostok 1 tidak dirancang untuk dapat mendarat kembali ke Bumi. Jika seorang kosmonaut yang menaikinya ingin selamat, ketika kembali ke Bumi dan telah memasuki atmosfer, ia harus sesegera mungkin keluar dari wahana dan mendarat dengan parasut.
Gagarin sukses melakukan misi itu. Perdana Menteri Nikita Khrushchev menyebut Gagarin bak Christopher Columbus. Gagarin lalu jadi selebritas—bintang yang benar-benar jatuh dari angkasa.
Kesuksesan Gagarin tak hanya dirayakan Uni Soviet. Dua bulan berlalu, Presiden Sukarno yang melawat ke Moskow mendaulat Gagarin sebagai pahlawan Indonesia. “Pada kesempatan inilah, Gagarin dianugerahi Bintang Mahaputra, penghargaan dari Indonesia yang paling prestisius, oleh Soekarno,” kata Alexander A. Ivanov, Duta Besar Rusia untuk Indonesia, dalam acara perayaan 50 tahun keberhasilan Gagarin ke luar angkasa, sebagaimana dikutip Historia.
Sayang, di balik kesuksesannya, Gagarin menyimpan amarah hingga akhir hayat. Amarah kepada Uni Soviet, negerinya sendiri.
Soyuz yang Gagal Mengalahkan Apollo
Sebagaimana dikisahkan Jamie Doran dan Piers Bizony, selepas Yuri Gagarin sukses menjadi manusia pertama di antariksa, Uni Soviet adalah kandidat terkuat pemenang pertarungan luar angkasa.
Sebelum Gagarin, pada 1957, Uni Soviet menahbiskan diri sebagai negara pertama yang sukses meluncurkan wahana nirawak, Sputnik 1. Karena itu Uni Soviet percaya diri melangkah ke jenjang berikut untuk menjadi negara pertama yang mengirimkan manusia ke bulan. Mereka pun kemudian mengembangkan Soyuz.
Di musim semi 1967, Soyuz siap terbang ke Bulan. Keterangan yang dipublikasikan United Press International (UPI), Biro Program Antariksa Uni Soviet, menyebut, “misi selanjutnya akan menjadi yang paling spektakuler dalam dunia penjelajahan luar angkasa Soviet.” Kosmonaut bernama Vladimir Komarov akan menjadi nakhodanya dan Yuri Gagarin didaulat sebagai cadangan.
Rencananya, Soyuz akan terbang ke bulan di sekitar May Day 1967, bertepatan dengan ulang tahun ke-50 Revolusi Rusia.
Sayang, menjelang tenggat peluncuran, Soyuz belum siap. Jamie Doran dan Piers Bizony menyebut bahwa Soyuz memiliki 203 kesalahan teknis yang membuat perencanaan peluncuran di sekitar May Day tidak dapat dilakukan. Bahkan, pada 9 Maret 1967, teknisi-teknisi Soyuz menulis dokumen setebal 10 halaman merinci masalah-masalah teknis yang ada pada wahana itu dan meminta Kremlin membatalkan rencana peluncuran.
Dari berbagai tingkatan, sedikitnya ada 50 teknisi senior yang paham betul masalah yang melingkupi wahana mereka. Namun, bagi Kremlin, mengabarkan masalah yang terjadi pada program andalan pemerintah adalah malapetaka.
Tak ingin berakibat buruk pada diri masing-masing kosmonaut dan teknisi, dokumen tersebut dikirimkan kepada Venyamin Russayev, salah seorang anggota KGB yang dikenal nonpartisan. Russayev kemudian menyerahkan dokumen itu kepada petinggi Kremlin atas nama “Venyamin Russayev, sahabatnya Yuri Gagarin.” Nama Gagarin dicatut karena Russayev tahu ia adalah anak emas Uni Soviet.
Sayang, Kremlin tidak menanggapi sepatah kata pun.
Russayev tak patah arang. Ia kemudian menemui Mayor Jenderal Konstantin Makhrov, anggota senior KGB yang sangat dihormati di Uni Soviet. “Saya akan melakukan sesuatu untukmu, jangan pergi sebelum saya kembali,” tutur Makhrov, sebagaimana diutarakan Russayev.
Lagi-lagi usaha Russayev gagal. Sesuai jadwal, Soyuz harus terbang.
Vladimir Komarov tahu masalah yang dihadapi wahananya. Pada Russayev, Komarov mengatakan bahwa ia “tidak bisa menghindari penerbangan Soyuz ini.”
“Jika kamu yakin akan mati konyol dalam misi ini, mengapa kamu tidak menolaknya?” tanya Russayev pada Kamarov.
“Jika saya tidak melakukan penerbangan ini, mereka akan mengirim pilot cadangan. Yuri Gagarin. Dia akan mati, bukan aku. Kita harus menjaganya,” tegas Komarov sambil menangis tersedu-sedu.
Pada 23 April 1967 Soyuz akhirnya diluncurkan. Sebagaimana diprediksi, wahana itu mengalami kegagalan teknis dan harus kembali ke Bumi. Nahas, Komarov tewas ketika Soyuz menghantam Bumi akibat kegagalan sistem parasut.
Di hari peluncuran, wartawan-wartawan yang meliput menyebut bahwa Gagarin bertingkah aneh. Meski berstatus sebagai cadangan, ia ngotot mengenakan pakaian kosmonaut. Diduga, Gagarin pun tahu keadaan Soyuz dan ingin mengorbankan dirinya, bukan Komarov.
Selepas kejadian itu, “Gagarin adalah sosok yang berbeda dibandingkan tahun 1961,” tulis Doran dan Bizony. “Kematian Komarov telah menempatkan beban rasa bersalah yang sangat besar di pundaknya.”
Beban itu ditanggung hingga 27 Maret 1968, tepat hari ini 52 tahun silam, kala Gagarin tewas dalam kecelakaan uji coba pesawat MiG-15.
Editor: Ivan Aulia Ahsan