tirto.id - Virus corona menyebabkan 108 orang meninggal dalam sehari pada Senin (11/2/2020). Diwartakan CNN.com, ini pertama kalinya 108 orang meninggal dalam sehari di Cina, sejak virus corona mulai diidentifikasi. Menurut Komisi Kesehatan Nasional Cina (NHC), baru pertama ini jumlah korban tewas melewati angka tiga digit.
Jumlah kematian per hari di daratan Cina terus meningkat selama beberapa minggu terakhir, sejak pemerintah Cina mulai mengeluarkan pembaruan harian. Berikut rincian dari NHC:
- 10 Februari: 108 kematian
- 9 Februari: 97 kematian
- 8 Februari: 89 kematian
- 7 Februari: 86 kematian
- 6 Februari: 73 kematian
- 5 Februari: 73 kematian
- 4 Februari: 65 kematian
- 3 Februari: 64 kematian
- 2 Februari: 57 kematian
- 1 Februari: 45 kematian
- 31 Januari: 46 kematian
- 30 Januari: 43 kematian
- 29 Januari: 38 kematian
- 28 Januari 26 kematian
- 27 Januari 26 kematian
- 26 Januari 24 kematian
- 25 Januari 15 kematian
- 24 Januari 16 kematian
- 23 Januari 8 kematian
Jumlah yang sembuh juga bertambah. Pada Senin, (10/2/2020) dilaporkan sebanyak 3.300 orang berhasil melawan virus ini dan dinyatakan sembuh. Pada hari ini, jumlah yang sembuh bertambah menjadi 4.046 orang.
Dibandingkan dengan angka kematian SARS yang mencapai 10 persen, coronavirus lebih rendah 2 persen. Namun, virus corona telah menyebar dengan lebih cepat. Selama wabah tahun 2002-2003, yang juga dimulai di Cina, SARS menyebabkan 774 kematian, yang berarti kematian akibat virus corona telah melampaui jumlah kematian yang disebabkan SARS, kurang dari dua bulan.
Anthony S. Fauci, kepala Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular Nasional AS, mengatakan kepada Bloomberg, ia "tidak dapat menjamin" Cina telah melaporkan jumlah kasus yang akurat. Dia juga mengatakan para pejabat AS berharap untuk dapat mengirim tim mereka sendiri ke Cina untuk memantau dan mempelajari wabah itu sendiri.
Setelah 17.000 pasien dianalisis, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan 82 persen memiliki kasus "ringan". Lebih dari 6.400 kasus dianggap "parah."
Adam Kucharski, seorang profesor epidemiologi penyakit menular di London School of Hygiene & Tropical Medicine, mengatakan puncak virus diperkirakan terjadi sekitar pertengahan hingga akhir Februari. Dia mengatakan pada puncaknya, virus apat menyerang 1 dari 20 orang di Wuhan, atau 500.000 orang di dalam kota yang dikarantina.
Pendiri AccuWeather, Dr. Joel N. Myers, mengatakan penyebaran virus yang cepat mungkin berkaitan dengan cuaca.
"Sekarang dan selama beberapa bulan ke depan, karena matahari yang lemah dan suhu yang lebih dingin di belahan bumi utara, cuaca mungkin membantu menyebarkan virus," kata Myers pekan lalu sambil menunjukkan peneliti masih belum tahu apakah cuaca berdampak langsung pada penyebaran coronavirus.
"Namun, berdasarkan apa yang telah kita lihat dari flu dan virus masa lalu, termasuk virus SARS dan lainnya, penyebaran virus lebih sedikit ketika matahari muncul dan suhu hangat dari Mei hingga September. Mungkin intensitas sinar matahari, periode siang yang lebih lama dan cuaca yang lebih hangat dapat menekan virus di bulan-bulan musim panas, "tambahnya.
"Namun, coronavirus ini mungkin sangat berbeda - dan kita baru belajar tentang hal itu. Kemungkinannya adalah virus ini tidak berperilaku seperti virus lain dan itu tidak menurun begitu matahari semakin kuat dan suhu meningkat sepanjang musim semi dan musim panas, " kata Myers.
"Sebaliknya, jika terus bertambah sepanjang musim semi dan musim panas, virus dapat menginfeksi jutaan orang dan menjadi wabah," ujarnya.
Editor: Agung DH