Menuju konten utama

Kontrasepsi Bukan Tanggung Jawab Perempuan

Saban tahun, ada 4,2 juta hingga 4,8 juta bayi lahir di Indonesia

Kontrasepsi Bukan Tanggung Jawab Perempuan
Ilustrasi alat kontrasepsi. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Kontrasepsi bukanlah tanggung jawab, melainkan hak perempuan. Meski demikian, penggunaannya justru masih dibebankan kepada perempuan.

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 menyatakan jumlah laki-laki yang berkontribusi langsung dalam program Keluarga Berencana (KB) sangat rendah. Penggunaan kondom baru sekitar 2,5% dan vasektomi 0,2%. Beberapa faktor penyebabnya adalah kondisi sosial dan budaya, juga akses dan informasi tentang KB maupun kesehatan reproduksi yang terbatas.

“[…] Padahal kontrasepsi yang berarti cara mencegah kehamilan akibat pertemuan sel telur dan sperma ini bisa dilakukan oleh kedua belah pihak, tak melulu urusan perempuan,” kata kolumnis Uly Siregar. Ia berpendapat, edukasi dan imbauan bagi kaum laki-laki agar mengakrabkan diri dengan alat kontrasepsi perlu terus-menerus digalakkan. "Sudah saatnya kaum laki-laki Indonesia berperan aktif dalam mencegah kehamilan tak direncanakan. Dalam keluarga, perencanaan jumlah anak sangat penting.”

Menurut data SDKI 2017 (PDF), rata-rata ibu melahirkan 2–3 anak. Hingga akhir 2018, Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Indonesia berada di posisi 1,39%, dan itu tergolong tinggi. Dengan kata lain, jumlah bayi yang lahir setiap tahun mencapai 4,2 juta hingga mendekati 4,8 juta.

Mantan Kepala BKKPN Sugiri Syarief menyebut jumlah penduduk Indonesia naik lima kali lipat tiap 100 tahun. "Pada tahun 1900 jumlah penduduk mencapai 40 juta, sedangkan pada tahun 2000 mencapai 200 juta,” ungkapnya, dilansir dari Antara. Berdasarkan perhitungan ini, maka penduduk Indonesia pada 2100 bisa mencapai satu miliar.

Penduduk yang terus bertambah rawan menimbulkan beragam masalah, mulai dari kualitas kesehatan, lingkungan, hingga ketersediaan pangan. Semakin tinggi jumlah penduduk, meningkat pula kebutuhan akan pangan padahal lahan produksi berkurang seiring pembangunan. Sementara dari sisi kesehatan, tingkat kelahiran yang tinggi memengaruhi jumlah kematian ibu dan bayi. Itulah mengapa mengendalikan jumlah penduduk melalui penurunan Total Fertility Rate (TFR) atau Angka Kelahiran Total menjadi sangat penting.

Keluarga Sehat & Sejahtera

Salah satu solusi untuk menekan ledakan jumlah penduduk adalah Keluarga Berencana (KB)—program ini digalakan pemerintah sejak 1970—yang memungkinkan tiap pasangan mengatur angka dan jarak kelahiran anak. Dan dalam KB, alat kontrasepsi merupakan investasi kesehatan paling sederhana. Alat kontrasepsi digunakan untuk memastikan kehamilan aman sehingga menekan angka kecacatan hingga kematian terkait komplikasi kehamilan dan persalinan, juga mengurangi potensi aborsi akibat kehamilan tak diinginkan.

Infografik Advertorial DKT Indonesia

Infografik Advertorial Lelaki Malas Kontrasepsi. tirto.id/Mojo

Sejak 1996, DKT Indonesia—pionir pemasaran sosial kontrasepsi di Indonesia sekaligus mitra Kemenkes RI dan Komisi Penanggulangan AIDS—telah berkontribusi menyumbang Modern Contraceptive Pravelance Rate di Indonesia sebesar 20,4% dari sektor swasta.

Hingga 2018, Organisasi nirlaba ini pun telah melindungi 8,5 juta pasangan dalam program KB serta mencegah 3,2 juta kehamilan tidak direncanakan, 1.300 kematian ibu, dan 7.500 kematian bayi setiap tahunnya melalui berbagai pilihan metode kontrasepsi modern, seperti IUD, implan, Pil KB, KB Suntik dan Postpil atau Pil Kontrasepsi Darurat. Beberapa produk kontrasepsi DKT Indonesia juga dapat dengan mudah ditemukan di pasaran, antara lain, Kondom Sutra, Kondom Fiesta, Supreme Premium Condoms, dan Kontrasepsi Andalan.

Bertepatan dengan perayaan World Contraception Day (WCD) atau Hari Kontrasepsi Sedunia pada 26 September ini, DKT Indonesia mengajak masyarakat lebih aktif mencari tahu tentang kontrasepsi dan kesehatan reproduksi sehingga keputusan KB tak lagi sepenuhnya dibebankan kepada perempuan. Laki-laki sangat mungkin turut aktif menggunakan kondom, sementara perempuan bisa lebih berani mengambil keputusan terhadap tubuhnya sendiri, terutama terkait dengan kesehatan reproduksi—seperti kapan ingin punya anak, berapa jumlahnya, dan berapa jarak usianya.

Pemilihan kontrasepsi sebaiknya tak lepas dari saran dokter maupun bidan untuk memastikan agar sesuai dengan tubuh atau kondisi kesehatan masing-masing. Selama ini, kenyamanan dan privasi sering kali menjadi pertimbangan seseorang maupun pasangan yang ingin berkonsultasi seputar reproduksi, baik perencanaan keluarga, penggunaan alat kontrasepsi, maupun pencegahan Infeksi Menular Seksual (IMS) hingga HIV/AIDS.

Sebagai solusi, DKT Indonesia memberikan layanan konsultasi gratis Halo DKT yang dapat diakses melalui nomor telepon 0800-1-326459 (bebas pulsa). Medical Representatives andal siap memberikan informasi lengkap seputar kesehatan reproduksi mulai dari Senin hingga Jumat, mulai pukul 08.00 hingga 17.00 WIB. Satu hal yang terpenting, semua informasi yang disampaikan terjamin kerahasiaannya, sehingga aman dan terpercaya. Informasi lebih lanjut, silakan klik.

Berdasarkan laporan United Nations Population Fund (sebelumnya UNFPA), perencanaan kelahiran anak berdampak positif, terutama bagi perempuan. Bisa menuntaskan pendidikan sebelum fokus mengurus anak merupakan hak perempuan. Terkait dengan pekerjaan, perempuan pun memiliki hak untuk merencanakan karier dan kehamilan secara lebih fleksibel.

KB membantu terciptanya kehamilan yang sehat, memastikan ibu lebih fokus mendampingi tumbuh-kembang anak dan tetap memiliki ruang untuk diri sendiri maupun bersosialisasi. Singkatnya, KB membantu perempuan Indonesia menjalani kehidupan yang seimbang. PBB pun meyakini, kualitas perempuan yang lebih baik membuat ekonomi keluarga semakin kuat, kemiskinan berkurang, dan pada akhirnya berdampak positif terhadap pembangunan.

Namun KB tak bisa diusahakan sendiri, ia merupakan wujud komitmen bersama—antara laki-laki dan perempuan—menuju keluarga Indonesia yang sehat dan sejahtera.

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis