tirto.id - Enam orang ditahan usai kericuhan Kongres Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) XXXI di Surabaya, Rabu (24/3) dini hari. Mereka mengacau di kongres dengan agenda utama pemilihan ketua umum ini. Akibat dari kericuhan kongres menjadi molor dan memunculkan friksi di organisasi yang lahir pada 1947 ini.
Keributan bermula dari kader HMI yang tidak terdaftar sebagai peserta kongres. Mereka berasal dari Makassar dan Sulawesi Barat total sekitar 1.300 orang tiba di Surabaya menumpang kapal. Begitu sampai Surabaya, mereka merangsek ke dalam gedung Islamic Center. Namun terhalang oleh barikade polisi dan panitia. Mereka berdemo di luar gedung.
Kapolda Jawa Timur, Irjen Nico Afinta berujar kericuhan bermula dari peserta kongres yang salah paham. Lalu terlibat saling lempar kursi dan berkejaran di dalam gedung. Polisi yang berjaga di lokasi menangkap enam orang. Di antara mereka ada yang memecahkan kaca gedung aset pemerintah daerah. Nico berharap kongres bisa selesai sesuai jadwal yakni Rabu (24/3) karena polisi juga harus fokus dengan ribuan kader HMI yang datang ke Surabaya.
"Sesuai surat hari ini harus selesai. Jika tidak selesai saya serahkan kepada panitia. Saya kira mereka sudah dewasa. Saya yakin HMI bisa menyelesaikannya," kata Nico, kemarin.
Seorang kandidat ketua umum PB HMI, Hasan Basri Baso menilai masuknya pihak eksternal ke arena kongres memicu kerusuhan dan bisa melanggengkan dua kubu HMI. Dualisme terjadi di tubuh HMI sejak 2019. Ada sejumlah kader bikin mosi tidak bercaya dan bentuk kepengurusan sendiri. Mereka sudah selesai menggelar Sidang Pleno III di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara pekan lalu.
"Kalau kami tegas menginginkan tidak ada perpecahan apalagi sampai terjadi dualisme di dalam organisasi HMI," kata Hasan melansir Antara Jatim, Rabu (24/3/2021).
Dua kandidat ketua HMI lainnya juga menginginkan Kongres ke-31 bisa mengakhiri dualisme, sehingga ketua yang terpilih bisa menyatukan dua kubu.
Kongres HMI dibuka oleh Presiden Joko Widodo pada Rabu (17/3) secara virtual dari Istana Negara Jakarta. Jokowi menyinggung tokoh HMI banyak menjadi menteri kabinet di periode keduanya. Ada Menkopolhukam Mahfud MD; Menko PMK Muhadjir Effendy; Menpora Zainudin Amali, Kepala Bappenas Suharso Monoarfa; Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil; Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo; hingga Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia.
Kendati demikian, kongres yang masih berjalan hingga kemarin, ada 53 kader HMI yang gagal ikut karena positif COVID-19 saat dites di pelabuhan Makassar menjelang keberangkatan ke Surabaya. Mereka tertahan di pelabuhan.
Kongres PMII Diintervensi?
Sejak pekan lalu, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) juga menggelar kongres ke-20. Jokowi juga membuka kongres secara virtual dari Istana Negara Jakarta pada Rabu (17/3). Jokowi berpesan kepada organisasi yang sebagian besar diisi oleh mahasiswa dari basis Nahdlatul Ulama ini menghasilkan program untuk menjawab tantangan mahasiswa.
Hingga Rabu (24/3) kongres belum terlaksana. Padahal agenda awal kongres berlangsung 17-20 Maret. Dengan sistem zonasi terbagi ke enam wilayah, kongres dengan agenda utama pemilihan ketua umum diduga juga diintervensi pihak luar dengan cara mengulur waktu. Akibatnya selama tiga hari terakhir PMII tanpa pemimpin karena ketua periode lalu sudah demisioner.
Kader PMII Zulfahmy Wahab Kaharuddin yang mengaku ikut bursa kandidat ketum mengaku ada pihak luar organisasi yang diduga mengintervensi pemilihan.
"Sejak dinyatakan demisioner ketua umum Agus Mulyono Herlambang pada Kongres XX ini menyisakan beban, terlantar dan tak jelas forum persidangannya," kata Zulfahmy, Rabu (24/3)
Dalam pemilihan ketua PB PMII ada 16 kandidat. Muncul calon kuat seperti Muhammad Abdullah Syukri dan Muhammad Rafsanjani. Nama lain adalah Faikar Romdhon, junior dari Aminuddin Ma’ruf, Staf Khusus Milenial Presiden Jokowi.
Faikar dan Aminuddin sama-sama kader PMII Cabang Jakarta Timur. Aminuddin juga pernah duduk di kursi ketua PB PMII periode 2014-2016. Terkait adanya tudingan intervensi ke kongres, Aminuddin tidak menjawabnya permintaan konfirmasi dari reporter Tirto hingga berita ini naik.
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Zakki Amali
Editor: Rio Apinino