Menuju konten utama

Sejarah Hari Lahir Himpunan Mahasiswa Islam HMI 5 Februari 2022

Sejarah Himpunan Mahasiswa Islam HMI yang lahir 5 Februari 2022.

Sejarah Hari Lahir Himpunan Mahasiswa Islam HMI 5 Februari 2022
Aktivis mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan HMI-Wati (KOHATI) berunjuk rasa di gedung Dewan DPRK Aceh Utara, di Lhokseumawe, Aceh, Rabu (26/9/2018). ANTARA FOTO/Rahmad.

tirto.id - Himpunan Mahasiswa Islam atau yang biasa dikenal dengan sebutan HMI merupakan salah satu organisasi mahasiswa paling awal yang ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Lahirnya HMI dilatarbelakangi oleh kegelisahan yang dirasakan oleh pencetus utamanya, yaitu Lafran Pane.

Saat itu, kondisi menyedihkan terjadi di kalangan mahasiswa Islam. Banyak dari mahasiswa tersebut masih sedikit yang paham dan mampu mengamalkan ajaran agama Islam. Lafran tergerak hatinya untuk membentuk sebuah perkumpulan mahasiswa yang berfokus untuk mempelajari dan mengamalkan nilai-nilai keislaman.

Lantas, bagaimana sejarah berdirinya HMI?

Sejarah Lahirnya HMI

Himpunan Mahasiswa Islam didirikan di Yogyakarta, tepatnya di Sekolah Tinggi Islam (STI) pada 5 Februari 1947. Dikutip dari laman HMI Komisariat Sastra UM, lahirnya HMI sebagai organisasi mahasiswa Islam diprakarsai oleh Lafran Pane dan kawan-kawan.

Rencana pembentukan HMI oleh Lafran Pane sebenarnya telah ada sejak November 1946. Ia sering mengadakan rapat ataupun pertemuan dengan kawan-kawannya, namun semuanya berakhir dengan kegagalan. Tepat pada 5 Februari 1947, saat mata kuliah Tafsir Lafran Pane mengadakan rapat mendadak untuk membicarakan pembentukan HMI.

Lafran Pane pun memimpin rapat dan langsung mengatakan “Hari ini adalah pembentukan organisasi Mahasiswa Islam, karena persiapan yang diperlukan sudah beres. Yang mau menerima HMI sajalah yang diajak untuk mendirikan HMI, dan yang menentang biarlah terus menentang, toh tanpa mereka organisasi ini bisa berdiri dan berjalan."

Ucapan yang disampaikan Lafran, seketika mendapat sambutan dari 14 orang yang hadir dalam rapat tersebut. Keempatbelas orang tersebut, di antaranya Lafran Pane (Yogya), Karnoto Zarkasyi (Ambarawa), Dahlan Husein (Palembang), Siti Zainah (istri Dahlan Husein-Palembang), Maisaroh Hilal (Cucu KH.A.Dahlan-Singapura), Soewali (Jember), Yusdi Ghozali (Juga pendiri PII-Semarang), Mansyur, Anwar (Malang), Hasan Basri (Surakarta), Marwan (Bengkulu), Zulkarnaen (Bengkulu), Tayeb Razak (Jakarta), Toha Mashudi (Malang), Bidron Hadi (Yogyakarta).

Mengutip dari Agussalim Sitompul dalam Sejarah dan Perjuangan HMI 1947-1975 (2008), latar belakang lahirnya HMI ada tiga, yaitu situasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, kondisi umat Islam Indonesia, dan situasi dunia perguruan tinggi dan kemahasiswaan.

Sementara itu, menurut Budi Riyoko dalam bukunya Kumpulan Materi HMI (2008), latar belakang berdirinya HMI dipengaruhi oleh situasi dunia internasional yang sedang berkembang saat itu.

Hasil Keputusan Rapat 5 Februari 1947

Agussalim Sitompul dalam Sejarah dan Perjuangan HMI 1947-1975, menjelaskan ada beberapa keputusan yang dihasilkan saat rapat pembentukan HMI, yakni sebagai berikut:

1. Tujuan HMI terbagai menjadi dua, yaitu:

  • Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia.
  • Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam.
2. Menetapkan Anggaran Dasar Himpunan Mahasiswa Islam dan untuk Anggaran Rumah Tangga akan dibuat kemudian.

3. Sekretariat HMI dipusatkan di asrama mahasiswa, jalan Setyodiningrat 30

Susunan Awal Pengurus HMI

Dikutip dari Victor Tanja dalam Himpunan Mahasiswa Islam: Sejarah dan Kedudukannya di Tengah Gerakan-Gerakan Muslim Pembaharu di Indonesia (1991: 53), susunan awal pengurus HMI sebagai berikut:

Ketua: Lafran Pane

Wakil Ketua: Asmin Nasution

Penulis I: Anton Timoer Djailani

Penulis II: Karnoto Zarkasyi

Bendahara I: Dahlan Husein

Bendahara II: Maisaroh Hilal, Soewali

Anggota: Yusdi Gozali, Mansyur

HMI Masa Kini

Semenjak pendiriannya, HMI menjadi salah satu organisasi yang luar biasa perkembangannya. Hal ini bukan hanya, karena HMI sebagai organisasi mahasiswa Islam. Tetapi, HMI mampu menjadi organisasi yang melahirkan para kader yang dapat menjadi calon-calon pemimpin bangsa di masa depan.

Tokoh-tokoh, seperti Akbar Tanjung, Jusuf Kalla, Mahfud MD, Anies Baswedan, Egy Sudjana, Ariza Patria, maupun Arif Rosyid menjadi bukti peran HMI dalam melahirkan pemimpin bangsa.

Dalam perjalanannya HMI sempat mengalami konflik internal yang pada akhirnya menyebabkan organisasi ini terpecah menjadi dua, yakni HMI DIPO dan HMI MPO. Keadaan tersebut terjadi, pada masa Orde Baru yang menerapkan Azas Tunggal Pancasila kepada seluruh organisasi yang ada saat itu.

Hingga saat ini, HMI masih tetap terbagi menjadi DIPO dan MPO. Namun, semangat pengkaderan dan penerapan nilai-nilai keislamaan dan keindonesiaan masih tetap menjadi nafas perjuangan dari kader-kader HMI DIPO maupun MPO.

Baca juga artikel terkait HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM atau tulisan lainnya dari Alhidayath Parinduri

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Alhidayath Parinduri
Penulis: Alhidayath Parinduri
Editor: Dipna Videlia Putsanra