tirto.id - Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan, negaranya mendapatkan ancaman dari China dan itu meningkat setiap hari. Oleh karena itu, ia menegaskan pelatihan militer Amerika Serikat di pulau yang berkonflik itu sangat penting.
Dalam sebuah wawancara ekslusifnya bersama CNN, Presiden Tsai Ing-wen mengatakan, Taiwan, yang letaknya kurang dari 200 kilometer dari pantai tenggara China adalah "mercusuar" demokrasi yang perlu dipertahankan.
"Inilah pulau berpenduduk 23 juta orang yang berusaha keras setiap hari untuk melindungi diri sendiri dan melindungi demokrasi dan memastikan bahwa rakyat memiliki kebebasan yang layak mereka dapatkan," katanya.
"Jika kita gagal, maka itu berarti orang-orang yang percaya pada nilai-nilai ini akan meragukan apakah ini adalah nilai-nilai yang (harus) mereka perjuangkan," ungkapnya.
Taiwan dan China adalah daratan yang telah berpisah dari sisi kepemerintahannya sejak kaum nasionalis mundur ke Taiwan pada akhir perang saudara China lebih dari 70 tahun lalu. Taiwan adalah negara demokrasi, sedangkan China memandang pulau itu sebagai bagian dari yang tidak terpisahkan, meskipun tidak pernah mengendalikannya.
Penyebab Konflik China-Taiwan
Konflik itu mencuat lagi baru-baru ini, tepatnya pada 1 Oktober saat memperingati hari nasional. China menerbangkan 25 jet tempur dan pesawat tempur serta mempertontonkan kekuatan militer di ujung selatan Taiwan, bahkan 56 pesawat tempur China ikut menguji pertahanan udara Taiwan.
New York Timesmelaporkan, jet Taiwan kemudian bergegas mengikuti, sedangkan Amerika Serikat memperingatkan kepada China kalau "aktivitas militer yang provokatif" itu bisa merusak "perdamaian dan stabilitas regional."
Namun China tak terlalu mengindahkan peringatan itu. Saat pengontrol lalu lintas udara tempur Taiwan mengirim radio ke satu pesawat China, pilot menolak dan memberikan kata-kata yang tak enak di hati petugas Taiwan.
Sikap China yang mempertunjukkan kekuatan militernya itu karena melihat hubungan Taiwan dan Amerika Serikat yang semakin kuat, terlebih di era Presiden Donald Trump dan Joe Biden. Penjualan senjata dan kunjungan pejabat AS telah memperkuat posisi internasional Taiwan dan memusuhi China.
Dalam wawancara bersama CNN, Tsai yang menjadi Presiden Taiwan pertama dalam beberapa dekade mengakui kehadiran pasukan AS di pulau itu untuk tujuan pelatihan. Militer AS pernah memposting sebuah video yang menunjukkan Pasukan Khusus Angkatan Darat AS melatih tentara di Taiwan, kemudian video itu dihapus pada awal 2020.
Kendati demikian, pada November 2020, Kementerian Pertahanan Taiwan mengumumkan lalu membantah bahwa pasukan AS sedang melatih tentara lokal di pulau itu. Presiden Tsai tidak mengatakan dengan tepat berapa banyak personel militer AS yang berada di pulau itu saat ini, tetapi ia memastikan jumlahnya "tidak sebanyak yang diperkirakan orang."
"Kami memiliki berbagai kerja sama dengan AS yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan kami," katanya.
Respons China soal Militer AS di Taiwan
Namun, sebagaimana dilaporkan Hindustan Times, China mengatakan "dengan tegas menentang" hubungan militer antara Taiwan dan AS setelah diketahui bahwa pasukan Amerika sedang melatih tentara di pulau itu.
"Kami dengan tegas menentang segala bentuk pertukaran resmi dan kontak militer antara Amerika Serikat dan Taiwan, menentang campur tangan AS dalam urusan internal China, dan upaya untuk memprovokasi dan menimbulkan masalah," kata juru bicara kementerian luar negeri China, Wang Wenbin.
“Kemerdekaan Taiwan adalah jalan buntu, dan juga tidak akan ada jalan untuk kembali bagi mereka yang mendukungnya [...] AS seharusnya tidak meremehkan tekad kuat rakyat China untuk mempertahankan kedaulatan nasional dan integritas teritorial,” ungkapnya.
Editor: Iswara N Raditya