Menuju konten utama

Kompetisi di Antara Berbagai Situsweb Islam

Di jagat maya bertebaran, sekaligus bertarung, berbagai situsweb yang bernapaskan Islam dengan langgam yang berbeda-beda.

Kompetisi di Antara Berbagai Situsweb Islam
Ilustrasi Web Islam. Foto/Istimewa

tirto.id - Mari kita mulai dari fakta sederhana: internet telah menjadi medium dakwah.

“Watak Islam, kan, dakwah. Ia (pendakwah) akan menggunakan sarana apapun sebagai media dakwah,” kata Hamzah Sahal, aktivis media Nahdlatul Ulama dan founder alif.id ketika dihubungi pada Desember lalu terkait penggunaan internet khususnya media sosial dalam berdakwah.

Media sosial merupakan salah satu platform yang populer digunakan untuk berdakwah. Beberapa nama populer antara lain Khalid Basalamah, Abdul Somad, Hanan Attaki, Yusuf Mansur hingga Mustofa Bisri alias Gus Mus, ramai-ramai memanfaatkan media sosial untuk berdakwah. Selain media sosial, yang tak kalah strategis untuk media berdakwah adalah situsweb atau website.

Savic Ali, founder dan editor Islami.co, mengatakan situsweb punya keunggulan sebagai sarana dakwah. Alasannya sederhana, pada mesin pencari, jejak pencarian situsweb lebih langgeng dibandingkan konten-konten yang disebar melalui media sosial.

Website punya keunggulan kalau di-index Google. Kapanpun orang mencari bisa ditemukan,” kata Savic kepada Tirto.

Di ranah ini, ada cukup banyak situsweb beraliran Islam yang eksis. Sederet nama yang cukup populer antara lain eramuslim.com, voa-islam.com, hingga situsweb yang dikelola organisasi keislaman terbesar di Indonesia. Nama-nama lain cukup beragam. Beberapa kategori bisa dipetakan sesuai dengan karakter dari situswebnya.

Kategorisasi Situsweb Islam

Situsweb Islam yang ada di dunia internet, bila merujuk penuturan Savic, setidaknya terbagi ke dalam empat kategori: konservatif, politik, multikultural, dan komersial.

“Saya kira [kategorisasi] ini mewakili pertarungan ideologis di tubuh Islam. Era yang terbuka semua gagasan, ideologi, bisa dimunculkan, dikampanyekan. Memang terjadi pertarungan gagasan,” ucap Savic.

Kategori pertama, adalah situsweb konservatif. Savic menuturkan, situsweb ini lebih mengikuti paham salafi atau wahabi.

“(Situsweb ultra konservatif) dicirikan (misalnya) dengan pandangannya pada musik, patung dihancurkan, di web-webnya enggak ada gambar perempuan. Dia memang mengkampanyekan pemikiran yang ortodoks,” kata Savic.

Savic mengatakan situsweb yang masuk kategori tidak mengandung unsur politis, misalnya situsweb almanhaj.or.id dan muslim.or.id. Merujuk Alexa, almanhaj.or.id berada di posisi ke-667 di Indonesia. Pada layanan SimiliarWeb, almanhaj.or.id dikatakan memiliki total kunjungan yang mencapai angka 6,76 juta kunjungan. Sementara itu, muslim.or.id berada di posisi ke-729 di Indonesia.

Pada laman almanhaj.or.id, tak tampak nomor kontak di situsweb, hanya tersedia kanal Telegram, Twitter, dan Google+. Sementara itu, muslim.or.id mencantumkan nomor kontak yang bisa dihubungi. Namun, ketika dicoba untuk dihubungi, nomor tersebut tak bisa dihubungi.

Kategori situsweb kedua, adalah Islam Politik. Pada situsweb yang masuk kategori ini, Savic mengatakan bahwa terdapat pandangan supremasi Islam yang menjadi penggerak. Ini terutama terkait dengan fakta bahwa penganut Islam di Indonesia adalah mayoritas.

“(Situsweb jenis) ini yang cenderung mengeksploitasi sentimen agama,” kata Savic.

Situsweb yang masuk kategori ini ialah eramuslim.com dan voa-islam.com. Berdasarkan pantauan dari Alexa, eramuslim.com berada di posisi ke-604 di Indonesia. Sementara voa-islam.com berada di posisi ke-1.200.

Nur Ahmad, yang bekerja untuk eramuslim.com, merespons dengan santai ihwal anggapan situsweb tempatnya bekerja dilabeli sebagai kategori Islam politik. Menurut penuturannya, situsweb eramuslim.com dikerjakan oleh jurnalis-jurnalis dari media sebelumnya seperti Sabilli. Situs ini dibuat dengan tujuan sebagai rujukan umat.

“(Kalau dianggap politis) enggak juga. (Yang pasti) keberpihakan kepada umat Islam,” ucap Nur kepada Tirto.

Dana operasional yang mereka peroleh bersumber dari umat. Menurut pengakuan Nur, sumber dana eramuslim.com “dari ikhtiar sendiri, tidak ada donasi-donasi (dari institusi).”

Ketegori ketiga, adalah situsweb bernuansa Islam yang multikultural. Pada kategori ini, situsweb-situsweb fokus mewartakan pentingnya kerukunan umat beragama. Dua situsweb dari dua organisasi Islam di Indonesia, antara lain nu.or.id dan muhammadiyah.or.id. Muhammadiyah.or.id, bila merujuk pemeringkatan Alexa, berada di posisi ke-3.252 di Indonesia.

Sementara itu, Nahdlatul Ulama (NU), organisasi kemasyarakatan yang mengklaim punya basis pendukung 40 juta orang ini, bila merujuk Alexa—layanan analisis dan statistik situsweb yang dimiliki Amazon—situsweb nu.or.id berada di posisi ke-579 di Indonesia.

Situsweb ini memang kalah jauh dibandingkan jajaran situsweb media-media utama di Indonesia, tapi situsweb yang dikelola NU ini termasuk yang memiliki ranking tertinggi untuk kategori media dengan kekhususan topik soal Islam. SimiliarWeb, layanan serupa Alexa, memperkirakan situsweb nu.or.id telah dikunjungi 4,48 juta kunjungan, dengan 95,68 persen pengunjungnya berasal dari Indonesia.

Kategori ketiga, ialah situsweb bernuansa Islam hanya sebatas kedok alias untuk mencari keuntungan komersial saja. Biasanya menampilkan kesan Islam tapi tak ada unsur dakwah.

“Web-web yang pakai judul bombastis, nyari duit,” terang Savic.

Infografik Situsweb bertema islam

Siapa yang Lebih Unggul?

Berdasarkan empat kategori situsweb Islam di Indonesia, menurut penuturan Savic, situsweb dengan muatan konservatif unggul secara lalu lintas di internet.

“(Unggul) dibilang secara traffic, iya. Mereka memenangkan pertarungan di YouTube maupun website,” kata Savic.

Sebagaimana telah disinggung di awal, nu.or.id berada di posisi ke-579 versi Alexa. Namun, nu.or.id masih kalah jauh. dibanding Almanhaj.or.id yang, merujuk data dari SimiliarWeb, sudah dikunjungi 6,7 juta kunjungan. Sedangkan, muslim.or.id, mengutip sumber yang sama, memperoleh kunjungan 5,07 juta kunjungan.

Bila digabung, kunjungan kepada almanhaj.or.id dan muslim.or.id lebih besar dari nu.or.id. Situsweb yang serupa dengan nu.or.id, yaitu muhammadiyah.or.id, berdasarkan data SimiliarWeb, bahkan hanya dikunjungi sekitar 197 ribu pengunjung.

Selain persoalan lalu lintas kunjungan, situsweb dengan karakter seperti almanhaj.or.id punya kekhususan dari sisi pengelolanya. Menurut penuturan Savic, situsweb dengan pandangan konservatif maupun politik dikerjakan bukan oleh organisasi besar atau hanya kelompok kecil. Faktor ini memungkinkan mereka bergerak lebih dinamis. Mereka tidak perlu mempertimbangkan, misalnya, sikap atau fatwa organisasi yang menaunginya.

Ini berbeda dibandingkan nu.or.id maupun muhammadiyah.or.id yang berada di bawah naungan organisasi besar. Mau tidak mau, mereka mesti menyesuaikan dengan garis kebijakan organisasi NU atau Muhammadiyah.

Namun, besar-kecilnya organisasi yang berada di balik itu tak berbanding lurus dengan keunggulan dalam lalu lintas di internet. Bila melihat data Alexa, kunci kesuksesan pengelolaan situsweb ialah konsistensi dan militansi yang tinggi. Inilah yang tampak pada almanhaj.or.id dan muslim.or.id. Elemen konsistensi dan militansi inilah yang kurang tampak dari situsweb yang berorientasi kepada keragaman.

Berdasarkan catatan Savic, kekurangan situsweb Islam bernuansa keragaman ialah tidak punya tim yang berdedikasi dan karakter-karakter orang di balik pengelolanya.

"Enggak begitu friendly dengan teknologi,” kata Savic.

Baca juga artikel terkait ISLAM atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Reporter: Ahmad Zaenudin
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra