Menuju konten utama

Klaster Secapa AD Bandung Bukti Risiko Penularan Corona di Asrama

Lebih dari 20 sekolah kemiliteran di Jawa Barat akan dites Corona sebagai buntut penularan Corona masif di Secapa AD Sukajadi.

Klaster Secapa AD Bandung Bukti Risiko Penularan Corona di Asrama
Petugas kesehatan mengambil sampel darah saat Drive Thru tes diagnostik cepat COVID-19 di Institut Teknologi Nasional (Itenas), Jawa Barat, Kamis (18/6/2020). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/nz

tirto.id - Ada sekitar 200 siswa Sekolah Calon Perwira Angkatan Darat (Secapa AD) positif COVID-19. Awal mula penularan virus SARS-CoV-2 di sekolah bintara TNI AD belum diketahui.

Penularan Corona secara masif berbasis asrama telah menjadi klaster baru di Kota Bandung, Jawa Barat. Kepastian nama klaster disampaikan Rabu, (8/7/2020). Sehari sebelumnya telah disinggung sekilas klaster institusi pendidikan kenegaraan tanpa menyebut nama tempatnya.

Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, Berli Hamdani menyatakan, 200 siswa Secapa AD Sukajadi terkonfirmasi setelah tes cepat dan uji usap. Jumlah yang disampaikan kemarin bisa bertambah karena proses identifikasi masih berjalan.

“Sebagian sudah dirujuk ke RS Dustira dan RSPAD Gatot Soebroto. Institusi sudah diisolasi dan disinfektan, dan dilakukan penelusuran epidemiologi,” kata Berli dalam konferensi pers daring, kemarin.

Imbas dari klaster ini, akan ada tes masif selama dua pekan ke depan untuk masyarakat berbasis asrama atau indekos terutama sekolah kedinasan, pondok pesantren hingga tempat karyawan pabrik. Tes massal ke depan fokus ke lebih dari 20 institusi pendidikan kemiliteran Jawa Barat.

Dampak dari klaster Secapa AD, akan ditelusuri ke warga sekitar asrama di Hegarmanah, Kecamatan Cidadap. Wali Kota Bandung, Oded M Danial meminta masyarakat sekitar ikut rapid test agar segera diketahui alur penularannya dan segera ditindaklanjuti bila hasilnya reaktif.

“Secara epidemiologi itu [klaster Secapa AD] internal, tapi perlu rapid test untuk masyarakat di sekitarnya,” kata Oded, kemarin, melansir Antara.

Bukan hanya warga sekitar, keluarga dari siswa Secapa AD juga akan diperiksa demi mencegah penularan. Kendati telah diumumkan ratusan kasus terkonfirmasi klaster Secapa AD, laporan harian COVID-19 Jawa Barat hanya bertambah 96 per 8 Juli dan tambah 82 per 7 Juli. Singkatnya kurang dari 200 dalam laporan dua hari terakhir.

Tidak hanya Secapa AD, sekolah kedinasan pembentukan pembentukan perwira Polri (Setukpa) Sukabumi pernah jadi klaster baru berbasis asrama pada April lalu. Dari tes cepat, ditemukan 300 siswa reaktif. Setelahnya para siswa Setukpa berangsur sembuh setelah menjalani isolasi.

Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyebut, ada dua klaster baru dari industri dan institusi pendidikan kenegaraan yang merujuk Secapa AD.

Klaster industri merujuk pada PT Unilever Indonesia di Kabupaten Bekasi. Kasus tersebut, menurut Ridwan Kamil, menjadi klaster lintas wilayah karena rantai penularan tahap awal di asrama karyawan di Karawang, kabupaten tetangga.

Karyawan Unilever yang positif Corona berada di bagian produksi TBB pabrik Cikarang. Semula ada 21 karyawan, kemudian bertambah 15 orang dari anggota keluarga karyawan dan 30 ODP, berdasar data Jumat, 3 Juli. Unilever menyatakan, 265 karyawan di unit tersebut telah menjalani tes usap dan untuk sementara operasional pabrik dihentikan.

Peningkatan Interaksi Memicu Penularan

Klaster baru di Jawa Barat menambah jumlah kasus Corona di Indonesia. Ada 1.863 kasus baru per 8 Juli di seluruh Indonesia. Kasus Corona di Secapa AD hingga Setukpa Polri membuktikan adanya risiko tinggi penularan Corona berbasis asrama.

Sebelumnya, Wakil Presiden RI Maaruf Amin mengklaim asrama aman dari Corona, karena sifatnya karantina. Penambahan kasus tak hanya karena penelusuran masif, tapi juga ada kaitan dengan peningkatan interaksi.

Menurut Kolaborator Saintis LaporCOVID-19, Iqbal Elyazar, peningkatan kasus karena kesempatan interaksi antara orang yang terinfeksi dengan orang yang belum terinfeksi.

"Bergerak bebasnya orang terinfeksi yang belum tertangkap oleh sistem pelacakan merupakan resep untuk bencana. Semakin sedikit tracing, semakin banyak orang baru yang terinfeksi," ungkapnya dalam keterangan tertulis, kemarin.

Ia juga menilai, ada kemungkinan berubahnya virulensi virus SARS-COV-2 menjadi lebih ganas. Tapi, katanya, perlu pembuktian dengan data klinis dan data genetik.

Untuk tahap pencegahan, katanya, tak ada salahnya memberlakukan kembali pembatasan sosial skala besar (PSBB) di daerah demi mengerem penularan.

"Pemda jangan merasa takut untuk memulai atau memperpanjang dan mengulang PSBB. Restriksi mobilitas daerah risiko tinggi sekali, justru baik di tingkat daerah," ujarnya.

Baca juga artikel terkait CORONA DI JABAR atau tulisan lainnya dari Zakki Amali

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Zakki Amali
Editor: Zakki Amali