Menuju konten utama
Pendidikan Agama Islam

Kisah Thalhah bin Ubaidillah: Sahabat Syahid & Dijamin Masuk Surga

Kisah Thalhah bin Ubaidillah, sahabat syahid yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah SAW.

Kisah Thalhah bin Ubaidillah: Sahabat Syahid & Dijamin Masuk Surga
Ilustrasi. tirto.id/SAbit

tirto.id - Thalhah bin Ubaidillah adalah seorang sahabat yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah SAW.

Ia tergolong bagian dari Assabiqun Al-Awwalun atau golongan orang yang pertama kali masuk Islam.

Perjuangannya dalam Islam tak diragukan lagi. Ia bahkan pernah sekarat dalam Perang Uhud demi melindungi Nabi Muhammad SAW, sampai-sampai ia memperoleh julukan sebagai orang syahid yang hidup atau orang syahid yang bangkit dari kematiannya.

Nama lengkapnya adalah Thalhah bin Ubaidillah bin Utsman bin Amru bin Ka'ab bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai.

Thalhah berasal dari Quraisy, serta menerima siksaan kejam dari kabilahnya karena memeluk Islam dan meninggalkan agama nenek moyang mereka.

Sejak kecil, Thalhah sudah belajar berniaga. Karena kecerdasan dan kecerdikannya, Thalhah sukses dalam perdagangan yang ia lakukan.

Ia bahkan bisa mengalahkan banyak pedagang-pedagang tua di tanah Arab kala itu.

Pengalaman paling penting dalam hidup Thalhah bin Ubaidillah adalah ketika ia bepergian ke Syam, tepatnya di Bushra (sekarang masuk wilayah Suriah).

Saat itu, ia tiba-tiba mendengar seorang pendeta berteriak-teriak. "Wahai para pedagang, siapakah dari kalian yang berasal dari Makkah?" tanya pedagang itu, sebagaimana diceritakan dalam buku Muslim Sukses Dunia Akhirat (2019) yang ditulis Nova Irwan Hasmy.

"Aku berasal dari Makkah," ujar Thalhah. Lalu pendeta itu melanjutkan, "Sudahkah muncul seorang nabi, penutup para nabi yang bernama Ahmad bin Abdullah dari Makkah? Bulan ini pasti akan muncul seorang nabi, kelak ia akan hijrah dari negerimu ke negeri berbatu-batu hitam yang banyak pohon kurmanya. Ia akan pindah ke negeri yang subur makmur, memancarkan air dan garam. Sebaiknya engkau segera menemuinya, Anak Muda," kata pendeta itu.

Ucapan itu sangat membekas di benak Thalhah. Ia pun pulang ke Makkah mendahului tenggat dari kafilah dagangnya dan mencari kabar mengenai nabi yang baru muncul.

Sesampainya di Makkah, orang-orang di pasar memang sedang membicarakan Muhammad bin Abdullah yang menyatakan dirinya sebagai nabi dan rasul.

Sejak itulah, hidayah Islam mengetuk hati Thalhah dan ia pun mengucapkan dua kalimat syahadat, serta langsung memeluk Islam.

Thalhah mendampingi dakwah Nabi Muhammad SAW sejak Islam masih terpuruk. Ia berkali-kali disiksa, bahkan sampai nyaris meninggal.

Kesetiaan Thalhah mendampingi Rasulullah ini dibuktikan dalam Perang Uhud. Ketika barisan kaum muslimin terpecah-belah.

Orang-orang yang berada di samping Rasulullah SAW hanyalah 11 orang Anshar dan Thalhah bin Ubaidillah dari kaum Muhajirin.

Untuk menyelamatkan diri, mereka berusaha mengantarkan Nabi Muhammad SAW ke atas bukit. Sayangnya, di tengah perjalanan ke bukit itu, mereka diadang oleh rombongan prajurit musuh.

Lalu, Rasulullah SAW berujar, "Siapa yang berani melawan mereka, dia akan menjadi temanku di surga."

"Aku, Wahai Rasulullah," kata Thalhah bin Ubaidillah. "Tidak, jangan engkau, kau harus berada di tempatmu," jawab Rasulullah.

"Aku saja, Wahai Rasulullah," kata seorang prajurit Anshar. "Ya, majulah," kata Rasulullah. Lalu, prajurit Anshar itu melangkah maju melawan prajurit-prajurit musuh. Beberapa waktu kemudian, ia pun meninggal, mati syahid.

Nabi Muhammad SAW kemudian meminta lagi para sahabat untuk melawan orang kafir. Thalhah selalu menjadi sosok pertama yang mengajukan diri.

Namun, Rasulullah SAW terus menahan Thalhah sampai 11 orang Anshar itu gugur menemui kesyahidan.

Ketika tinggal Thalhah bin Ubaidillah sendirian bersama Rasulullah, barulah beliau SAW berkata: "Sekarang giliran engkau, Wahai Thalhah."

Thalhah bin Ubaidillah pun maju dan menyerang pasukan musuh sendirian untuk menyelamatkan Rasulullah SAW. Ia mengusir orang-orang kafir yang hendak mendekati Nabi Muhammad, lalu Thalhah berusaha menaikkan Rasulullah sendirian ke atas bukit.

Selama penyerangan itu, tubuh Thalhah luka berkali-kali, namun ia berhasil membunuh banyak prajurit musuh dan menyelamatkan Rasulullah SAW.

Ketika Abu Bakar As-Siddiq dan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah menemukan Rasulullah, beliau berkata, "Tinggalkan aku, bantulah Thalhah, kawan kalian!" seru Nabi Muhammad SAW.

Abu Bakar dan Abu Ubaidah kemudian menemukan Thalhah terkapar tak sadarkan diri, ia dalam keadaan pingsan.

Seluruh tubuhnya penuh luka dan darah segar. Jika tak diperhatikan seksama, tubuhnya yang roboh di tanah dianggap sudah mati karena saking banyaknya tusukan pedang dan luka-luka yang menyabet badannya.

Ketika diobati, terdapat sekitar 79 luka bekas tebasan pedang, tusukan tombak, dan tusukan panah memenuhi tubuhnya. Pergelangan tangannya putus sebelah dan ia harus dibebat agar ia tak kehabisan darah.

Karena kesetiaan dan perjuangannya itulah, Rasulullah SAW berkata: "Siapa yang ingin melihat orang berjalan di muka bumi setelah mengalami kematian, maka lihatlah Thalhah," sabda Nabi Muhammad SAW.

Dalam buku The Great Sahabat (2018) yang ditulis Rizem Aizid dituliskan ciri-ciri fisik Thalhah bin Ubaidillah. Rambutnya ikal dan lebat, ia berkulit sawo matang, dan berhidung ramping.

Tinggi badannya sedang, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, tubuhnya kuat dan kokoh, serta wajahnya bersih dan tampan.

Di antara para sahabat, ia adalah sosok yang kaya raya nan dermawan. Salah satu julukannya adalah Thalhah Al-Khair (Thalhah yang Berbudi Baik), Thalhah Al-Fayyadh (Thalhah yang Murah Hati), dan Thalhah Al-Juud (Thalhah yang Dermawan).

Ia menyedekahkan banyak dari hartanya untuk kepentingan Islam dan fakir miskin, namun hartanya terus berkembang dan perdagangannya terus menguntungkan.

Setelah Rasulullah SAW meninggal, Thalhah terus hidup sampai di masa kepemimpinan khalifah Ali bin Abi Thalib.

Ketika terjadi perselisihan antara Aisyah dan Ali bin Abi Thalib dalam Perang Jamal, Thalhah berada di kubu Aisyah dan tidak sependapat dengan Ali bin Abi Thalib.

Di Perang Jamal itulah, Thalhah terkena panah beracun yang merenggut nyawanya di usia 60 tahun. Inilah akhir dari seorang syahid, Thalhah bin Ubaidillah yang sudah dijamin masuk surga oleh Rasulullah SAW.

"Thalhah berada di surga," sabda beliau SAW sebagaimana diriwayatkan Tirmidzi. Dalam hadis lain, Nabi Muhammad berujar, "Thalhah sudah ditentukan mati syahidnya," (H.R. Hakim).

Baca juga artikel terkait SAHABAT NABI atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Abdul Hadi
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Dhita Koesno