Menuju konten utama

Kisah-Kisah Seputar Lato-Lato

Lato-lato yang populer bukan berasal dari Indonesia. Ia muncul di Amerika. Setelah itu ia jadi populer dan dilarang karena berbahaya.

Kisah-Kisah Seputar Lato-Lato
Header Mozaik lato-lato. tirto.id/Fuad

tirto.id - Permainan anak yang sedang viral saat ini, lato-lato, dianggap sebagai penyelamat. Ia dinilai mampu mengurangi ketergantungan anak bermain gawai, meningkatkan fokus mereka, serta membantu sosialisasi dengan rekan sebaya.

Saking populernya mainan ini, bahkan kompetisinya ada di mana-mana. Pesertanya tak main-main, ada yang sampai ratusan orang.

Tapi saat ini lato-lato mulai memicu kontroversi. Tidak sedikit orang tua yang berharap lato-lato dilarang resmi. Bukan hanya karena bunyinya yang mengganggu tetapi juga risiko terluka karena bolanya.

Pada dasarnya semua permainan anak memiliki potensi bahaya jika tidak diawasi oleh orang tua. Bahaya bisa dari materialnya atau cara memainkan yang salah. Sayangnya informasi peringatan seperti ini sulit ditemukan, terutama pada mainan yang mudah diproduksi secara massal tanpa melalui pabrik resmi.

Lato-lato, yang hanya dijual dengan pembungkus plastik, termasuk di dalamnya.

Sejarah Lato-Lato di AS

Lato-lato merupakan permainan jadul yang mulanya populer di Indonesia pada tahun 1960-an, kemudian naik daun lagi di tahun 1990-an, dan kembali ramai dipermainkan akhir tahun 2022 sampai sekarang.

Meski sudah ada cukup lama dan tampak seperti permainan tradisional, lato-lato sejatinya bukan berasal dari Indonesia. Permainan ini diimpor dari Amerika Serikat (AS). Di Negeri Paman Sam, permainan ini mulai diproduksi di tahun 1960-an dan dikenal dengan nama clackers. Sebutan lainnya adalah click-clacks, knockers, ker-bangers, atau clankers.

Mainan ini diharapkan dapat membantu anak-anak melatih koordinasi tangan dengan mata.

Melansir Quartz, clackers memiliki desain yang mirip dengan boleadoras, salah satu senjata yang umum digunakan oleh gaúcho, semacam koboi asal Argentina, untuk menangkap hewan asli Amerika Selaran guanaco. Boleadoras umumnya terbuat dari kayu atau logam. Ada pula yang terbuat dari plastik akrilik keras yang dapat pecah saat terkena benturan dan menjadi pecahan peluru.

Clackers menjadi permainan yang begitu populer terutama di tahun 1970-an. Ketika itu clackers terjual jutaan keping. Tak hanya terkenal di AS, tapi juga di berbagai negara. Di Italia, permainan ini dianggap sebagai olahraga.

Sebagaimana olahraga terkenal, ada ada pula kompetisi tahunannya. New York Times edisi 14 Agustus 1971 melaporkan salah satu wilayah di Italia yakni Calcinatello bahkan mengadakan kompetisi clackers tingkat dunia. Remaja berusia 19 tahun bernama Gualtiero Panegalli menjadi juara.

Untuk diketahui, di Italia permainan ini disebut lato yang berarti sisi.

Bersamaan dengan popularitas itulah masalah lato-lato mulai tampak. New York Times edisi 12 Februari 1971 melaporkan bahwa “Komisaris Charles C. Edwards dari badan tersebut (Federasi Administrasi Makanan dan Obat-Obatan/FDA) mengatakan bola plastik clackers beberapa kali pecah menjadi pecahan tajam. Dua anak telah menerima luka di dekat mata dari pecahan yang berterbangan, dan luka serupa diderita oleh dua orang dewasa.”

FDA kemudian mengumumkan peringatan untuk mainan ini. Masih merujuk koran yang sama, disebutkan bahwa karena peringatan itu seseorang bernama Irvin Stephens berisiko membuang sekitar 47 ton clackers yang dimilikinya.

Menanggapi peringatan tersebut, para produsen kemudian mulai memproduksi clackers dengan material yang dianggap lebih aman. Akan tetapi, faktanya masih ada bahaya terselubung. Mainan tetap bisa berubah menjadi proyektil dan berpotensi mengakibatkan kebutaan.

FDA kemudian mengembangkan standar kebijakan keselamatan yang baru untuk produksi dan mensyaratkan pencatatan rinci serta pengujian.

Clackers bahkan menjadi salah satu katalis terbentuknya Consumer Product Safety Commission AS pada 1972. Lembaga ini kemudian memutuskan melarang penjualan clackers pada 1976 dengan alasan resmi “bahaya mekanis”.

Lebih dari itu, artikel yang sama juga menyebutkan bahwa di tahun 1970-an muncul gejala umum ketakutan tentang mainan anak tidak aman. Ini dialami para kanak-kanak baby boomer AS.

Karena pengalaman masa kecil ini, di masa dewasa para baby boomer cenderung memiliki gaya pengasuhan helikopter (helicopter parenting). Pola asuh helikopter mengacu pada sikap yang terlalu protektif dan sangat terlibat. Kerap kali mereka mengatur jadwal anak-anak secara sangat rinci. Tujuannya tidak lain untuk memastikan segala sesuatu berjalan lancar, dikutip dari Verywellfamily.

Pentingnya Label Peringatan

Meskipun hanya sebatas alat bersenang-senang, mainan anak tetap memiliki sisi negatif. Misalnya bahaya tersedak, bahaya pendengaran, bahaya penglihatan, bahaya zat kimia, bahaya terbakar, bahaya tersetrum, bahaya tergores, terjatuh, dan seterusnya.

Untuk meminimalkan risiko tersebut, orang tua sebaiknya membeli mainan dengan label kemasan yang sudah terpasang lembar atau stiker Standar Nasional Indonesia (SNI). Juga yang mencantumkan peringatan kandungan bahan baku, cara pakai, batas usia penggunaan, dan lain-lain.

Per 1 Mei 2014, pemerintah secara resmi memberlakukan SNI pada mainan anak lewat Peraturan Menteri Perindustrian No. 24/M-IND/PER/4/2013.

Infografik Mozaik lato-lato

Infografik Mozaik lato-lato. tirto.id/Fuad

Mengutip situs Badan Sertifikasi Nasional (BSN), terdapat lima SNI yang ditetapkan untuk mainan anak di bawah usia 14, yaitu:

1. SNI ISO 8124-1:2010 - aspek keamanan yang berhubungan dengan sifat fisis dan mekanis

Menerangkan kriteria struktur mainan seperti bentuk, ukuran, kontur, pengaturan jarak, dan sudut ujung minimum untuk yang dapat dinaiki. SNI juga mensyaratkan adanya peringatan yang sesuai dan instruksi penggunaan.

2. SNI ISO 8124-2:2010, keamanan mainan – bagian 2: sifat mudah terbakar

Menentukan kategori bahan mudah terbakar yang dilarang digunakan pada semua mainan dan persyaratan mudah terbakar pada mainan tertentu ketika terkena sumber api yang kecil.

3. SNI ISO 8124-3:2010, keamanan mainan – bagian 3: migrasi unsur tertentu

Tentang unsur-unsur hayati tertentu yang dihasilkan dari penggunaan mainan. Unsur itu tidak diperbolehkan melebihi tingkat/level tertentu per hari.

4. SNI ISO 8124-4:2010, keamanan mainan – bagian 4: ayunan, seluncuran, dan mainan aktivitas sejenis untuk pemakaian di dalam dan di luar lingkungan tempat tinggal

Menetapkan persyaratan dan cara uji mainan aktivitas yang dapat dimasuki anak-anak (menahan beban satu atau lebih anak).

5. SNI IEC 62115:2011, mainan elektrik – keamanan

Berkaitan dengan keamanan mainan yang memiliki setidaknya satu ketergantungan fungsi pada listrik.

Satu jenis mainan bisa memiliki kewajiban untuk memenuhi lebih dari satu SNI, tergantung pada tipenya. Catatan lain, selain yang disebutkan di atas, masih terdapat beberapa peraturan SNI tambahan.

Baca juga artikel terkait LATO-LATO atau tulisan lainnya dari Dwi Ayunintyas

tirto.id - Mild report
Kontributor: Dwi Ayunintyas
Penulis: Dwi Ayunintyas
Editor: Rio Apinino