tirto.id - Lato-lato bukan mainan asli negeri ini. Mainan tersebut sudah dikenal di Amerika Serikat dari akhir tahun 1960-an sampai awal 1970-an.
Lato-lato dikenal dengan sebutan clackers saat itu, yaitu berupa mainan yang membenturkan dua buah bola yang diayun bersamaan.
Orang Barat menyamakan suaranya dengan pengucapan kata "clack, clack, clack". Selanjutnya, nama mainan ini disebut clackers.
Tak hanya itu, clackers atau lato-lato sempat mampu dalam cerita anime JoJo's Bizarre Adventure. Mainan ini justru dijadikan senjata oleh tokoh bernama Joseph Joestar dalam melawan musuhnya. Dari clacker muncullah kemudian jurus Hamon Clacker Volley.
Kepopuleran clackers atau lato-lato sampai pernah dibuatkan kompetisinya. Kejuaran dunia clackers sempat dihelat pada Agustus 1971 di Desa Calcinatello, dekat Brescia, Italia.
Pesertanya bahkan dari Belanda, Belgia, Swiss, hingga Kanada yang bersaing dalam mengayunkan mainan tersebut.
Viralnya lato-lato saat ini ibarat pengulangan tren masa lalu. Seperti halnya mode busana, mode baju lawas kadang akan kembali booming di masa depan.
Begitu pula lato-lato, kembali muncul sebagai mainan anak-anak viral karena mereka memang belum pernah mengalami masa jayanya permainan ini.
Manfaat main lato-lato
Bermain lato-lato seperti menimbulkan efek "candu" bagi sebagian orang. Mengayunkan bola-bola lato memberikan kesenangan tersendiri.
Apalagi jika belum menguasainya, seseorang akan berjuang sampai benar-benar bisa membenturkan bola di atas dan bawah bersudut 180 derajat.
Bola lato-lato bisa membentur atas-bawah selama mendapatkan gerakan tangan yang tepat dan senar tetap lurus.
Gerakan teratur inilah yang lantas memunculkan suara bentukan "tak,tak,tak". Umumnya, jika dilakukan adu main lato-lato, pemenangnya adalah dia yang bisa mempertahankan bunyi tersebut paling lama.
Mengutip laman Unpad, anak-anak yang bermain lato-lato bisa mencegah mereka dari ketergantungan penggunaan gawai.
Selama ini banyak anak terbuai dengan pemakaian ponsel, tablet, hingga televisi. Lewat mainan lato-lato, anak- anak setidaknya bisa sedikit kembali untuk beraktivitas fisik dan menghindarkan mereka dari potensi dampak negatif gawai.
Saat anak mulai menggemari lato-lato, ada momentum dalam membangun growth mindset. Anak-anak diajarkan bahwa untuk mampu sukses memainkannya, diperlukan upaya keras dalam menguasai permainan. Semua hasil tersebut tidak diperoleh secara instan.
Selain itu, lato-lato juga melatih interaksi sosial anak. Anak dapat kembali bermain dengan teman-temannya, sembari memainkan lato-lato. Dan, mainan ini memang lebih menyenangkan dilakukan bersama-sama.
Di saat kebersamaan itu, mereka akan saling unjuk gigi memamerkan kemampuannya. Inilah bentuk membangun identitas sosial dan konsep diri yang positif. Mereka memiliki sarana untuk menunjukkan kemampuannya yang mungkin belum atau tidak dimiliki orang lain.
Risiko bermain lato-lato
Di balik beragam manfaat lato-lato bagi anak, tersimpan pula risikonya. Memainkan lato-lato bisa memunculkan dampak negatif jika sampai tidak terkendali.
Misalnya anak menjadi malas belajar atau menunaikan berbagai kewajibannya gara-gara mengejar kemampuan agar mahir menggunakan lato-lato.
Risiko selanjutnya yaitu lato-lato tidak sepenuhnya aman untuk dimainkan. Dalam laporan terdahulu seperti diungkap New York Times, pada Februari 1971, Komisioner FDA Charles C. Edwards menemukan ada empat orang mengalami luka-luka sewaktu memainkan clackers atau lato-lato.
FDA telah melakukan pengukuran kecepatan dan potensi pecahnya mainan tersebut saat terbentur pada suatu tes laboratorium.
Akhirnya, dari situ diambil kebijakan pada tahun yang sama untuk melarang pemakaian clackers. Bahkan, Consumer Product Safet Commission menyatakan clackers berbahaya.
Pecahnya bola clackers atau lato-lato inilah yang membuat seorang anak dari Kubu Raya, Kalimantan Barat, harus terluka di bagian matanya pada Selasa (27/12/2022) lalu. Dia terkena serpihan pecahan bola. Akibatnya, bola mata si anak mesti dioperasi
Menanggapi risiko lato-lato ini, psikolog UGM Profesor Koentjoro menegaskan, sekolah perlu memfasilitasi siswa berkenaan dengan hobi memainkan lato-lato dengan aman. Sekolah turut memberikan pengertian pada anak mengenai aturan, cara bermain yang aman, mengingatkan bahayanya, dan tidak mengganggu lingkungan.
Selain sekolah, orang tua juga mesti ambil bagian dalam memberikan berbagai pemahaman tentang permainan lato-lato. Dengan begitu, anak-anak bisa mawas diri saat menggunakannya.
"Peran orang tua harus ada, bermain dengan aman haru diajarkan kepada anak. Aturan kapan main juga dijelaskan seperti saat memakai handphone, agar tidak mengganggu lingkungan", tutur Koentjoro seperti dikutip Antara.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Yandri Daniel Damaledo