Menuju konten utama

Clackers, Permainan Lato Lato Asal AS Senjata Joseph Joestar

Permainan Lato Lato Asal Amerika Serikat, Clackers mendunia pada 1960-an hingga 1970-an. Clackers jadi senjata Josep Joestar dalam Jojo's Bizarre Adventure.

Clackers, Permainan Lato Lato Asal AS Senjata Joseph Joestar
Joseph Joestar. (FOTO/Dok. David Production/JoJo's Bizarre Adventure)

tirto.id - Di Indonesia, clackers atau permainan lato-lato belakangan tengah digandrungi anak-anak. Clackers ini dijadikan senjata oleh Joseph Joestar dalam serial anime JoJo's Bizarre Adventure, dan diramu untuk menciptakan jurus Hamon Clacker Volley.

Lato-lato adalah alat permainan yang terdiri dari dua bola disambungkan melalui tali atau benang nilon. Selain itu ada pegangan khusus seperti cincin jari yang digunakan oleh pemain lato-lato untuk menggerakkan mainan tersebut.

Dalam berbagai video di Tik-Tok, cara memainkan alat ini adalah dengan mengayun lato-lato tadi sehingga kedua bola yang digerakkan beradu dan menciptakan bunyi khas. Dari bunyi tersebutlah, permainan ini dikenal dengan berbagai nama.

Lato-lato pernah jadi tren di beberapa daerah Indonesia pada sekitar 1970-an dan 1980-an. Kini, permaian ini yang juga dikenal dengan nama katto-katto, tek-tek, ethek-ethek, hingga kletokan, jadi hits kembali untuk anak-anak generasi 2020-an dengan ciri dua bola yang berwarna mencolok, benang nilon, dan berbagai aksi yang diedarkan di media sosial.

Permainan Lato Lato di Amerika Serikat, Clackers

Di Amerika Serikat, ragam lato-lato, clackers, pernak digandrungi pada akhir 1960-an hingga awal 1970-an. Nama 'clackers' berasal dari suara benturan antara dua bola yang diayun dalam permainan ini, yang oleh orang Barat terdengar seperti "clack", "clack", "clack".

Kegandrungan anak-anak terhadap clackers menyebar ke berbagai penjuru dunia. Nama yang disematkan untuk permainan ini pun jadi lebih beragam, tidak hanya clackers, tetapi juga click-clacks, knockers, dan clankers.

Dalam laporan New York Times pada Agustus 1971, di Italia pernah diadakan kejuaraan dunia clackers, tepatnya di desa Calcinatello, dekat Brescia. Dalam kejuaraan ini, berbagai peserta dari Belanda, Belgia, Swiss, Inggris, hingga Kanada datang untuk menguji kemampuan mengayunkan clackers.

Mengayunkan clackers bisa menjadi kesenangan tersendiri. Pemain clackers pertama-tama perlu memastikan dua bola yang diayunkannya bergerak berlawanan arah, saling membentur di bawah tangannya. Setelah itu, usai momentum terbentuk, ayunan bisa dibuat hingga 180 derajat, sehingga bola tersebut berbenturan pula di atas tangan.

Kunci dalam memainkan clackers terletak pada gerakan tangan yang tepat untuk memastikan senar tetap lurus, sehingga bola tetap berbenturan dengan gerakan teratur di atas dan bawah tangah. Tujuannya adalah mempertahankan bunyi clack-clack-clak selama mungkin.

Pada era 1960-an hingga 1970-an tersebut, clackers dibuat dari kaca atau plastik akrilik yang menyebabkan alat bisa pecah ketika bola-bolanya berbenturan, sehingga membahayakan anak-anak. Selain itu, jika kedua bola diayunkan dengan cara berlebihan, alat ini juga bisa menyebabkan cedera.

Seiring dengan kegandrungan terhadap clackers, mulai muncul laporan soal adanya cedera atau korban permainan ini. Dalam laporan New York Times, di Amerika Serikat, ini bermula pada Februari 1971, ketika Komisioner FDA, Charles C. Edwards menyebutkan ada 4 orang yang mengalami luka karena penggunaan alat tersebut, 2 anak-anak dan 2 orang dewasa.

FDA yang melakukan tes terhadap clacker di laboratorium untuk mengukur kecepatan dan potensi pecah alat tersebut, akhirnya melarang penggunaannya pada tahun yang sama. Ini diperkuat dengan pernyataan Consumer Product Safety Commission bahwa clackers tergolong 'berbahaya'.

Clackers di Budaya Pop: Jadi Senjata Joseph Joestar

Memori kegandrungan anak-anak di berbagai penjuru dunia terhadap clackers kemudian diserap dalam berbagai produk budaya pop.

Salah satunya adalah manga dan anime JoJo's Bizarre Adventure (dalam bahasa Jepang disebut JoJo no Kimyō na Bōken). Manganya adalah hasil karya Hirohiko Araki yang diterbitkan oleh Weekly Shonen Jump sejak 1987.

Tokoh pengguna clackers dalam JoJo's Bizarre Adventure adalah Joseph Joestar, cucu Jonathan Joestar, yang berlatar waktu jelang Perang Dunia II pada 1938.

Joseph Joestar bertarung dengan menggunakan clackers sebagai senjatanya. Ia menyalurkan hamon (riak), yaitu energi khusus yang dapat diproduksi manusia dalam semesta JoJo's Bizarre Adventure, ke dalam clackers tersebut, sehingga senjatanya bukan lagi clackers biasa, melainkan clackers mematikan yang dapat melukai lawan.

Dua jurus Joseph Joestar yang digunakannya melalui clackers ini adalah Clacker Volley dan Clacker Boomerang. Joseph menggunakan jurus ini ketika berhadapan dengan Wamuu, salah satu dari Hashira no Otoko dalam Arc Battle Tendency.

Keahlian Joseph Joestar dalam mengayunkan clackersnya ini juga viral di media sosial Tik Tok. Ia mampu menggerakkan clackers sedemikian rupa sehingga juga jadi 'rujukan' anak-anak dalam bermain lato-lato.

Baca juga artikel terkait RAGAM DAN HIBURAN atau tulisan lainnya dari Fitra Firdaus

tirto.id - Film
Penulis: Fitra Firdaus
Editor: Iswara N Raditya