Menuju konten utama

Kisah Kinara Balita Selamat Korban Pembunuhan di Medan

Pembunuhan lima anggota keluarga di Medan meninggalkan satu korban selamat, Kinara (4), yang saat ini selesai menjalani operasi. Bagaimana kisah Kinara yang sempat akan diasuh oleh Mensos ini?

Kisah Kinara Balita Selamat Korban Pembunuhan di Medan
Wakapolda Sumut Brigjen Pol Agus Andrianto memperlihatkan foto Andi Lala tersangka kasus pembunuhan sekeluarga berdasarkan keterangan 12 orang saksi, di Mapolda Sumatera Utara, Medan, Selasa (11/4). ANTARA FOTO/Septianda Perdana/ama/17

tirto.id - Kakek Wagiman (66) yang tinggal di Jalan Kayu Putih, Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan, menangis saat bertemu dengan cucu kesayangannya Kinara (4) korban yang selamat pada peristiwa pembunuhan satu keluarga itu, saat berkunjung ke RSUP H Adam Malik, Medan.

"Saya tidak dapat menahan air mata yang terus bercucuran karena merasa senang dan dapat berjumpa dengan Kinara yang sedang terbaring di rumah sakit tersebut," kata Wagiman, saat ditemui Antara di Mabar, Senin (17/4/2017).

Setelah tiba di rumah sakit milik pemerintah pusat, Minggu (16/4/2017), menurut dia, Kinara langsung memanggil dirinya Kakek, dan air matanya terus berderai melihat cucunya yang sedang duduk di atas tempat tidur.

"Saya, merasa sedih melihat Kinara, yang tersenyum, ketika pihak keluarga datang membesuknya ke rumah sakit," ujarnya.

Wagiman menjelaskan, setelah melihat Kinara, dia terbayang dengan anak keduanya Riyanto, korban pembantaian yang sangat sadis satu keluarga di Kelurahan Mabar, Minggu (9/4/2017) pagi.

Kinara merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara, anak dari Riyanto yang tewas pada peristiwa yang cukup keji dan menggenaskan itu.

"Kinara adalah satu-satunya korban yang selamat pada peristiwa pembantaian itu, dan tidak bisa saya lupakan sampai kapanpun," ucapnya.

Wagiman menambahkan, dia belum pernah bertemu dengan Kinara sejak kejadian tersebut, hingga Kinara selesai melaksanakan operasi di bagian kepalanya.

Seluruh, keluarga yang datang membesuk Kirana, dan termasuk Neneknya Murniati (58), dan adik Ayahnya Junaidi (38) meluapkan rasa kegembiraan mereka, serta meneteskan air mata.

"Kami berterima kasih kepada pemerintah dan RSUP Adam Malik yang telah selesai mengoperasi bagian kepala Kinara dan merawatnya hingga sembuh," kata Wagiman, mandor bangunan itu.

Kinara (4) korban yang selamat dari pembunuhan sekeluarga di Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan selalu menangis jika terbangun dari tidurnya dan selalu memanggil ibunya.

Hal tersebut dikatakan Susiani (45) adik nenek Kinara yang menjaga korban beberapa waktu lalu, dalam menjalani operasi di RSUP Adam Malik, Medan.

Kinara, anak yang masih berumur di bawah lima tahun itu, menurut dia, selalu terbayang dengan ibunya Yani dan ayahnya Rianto yang menjadi korban pembunuhan.

"Biasanya, Kinara tersentak bangun dan menangis saat tengah malam, serta mengigau memanggil ibunya yang telah meninggal dunia akibat peristiwa yang sangat tragis itu," ujarnya.

Susiani menjelaskan, ia terpaksa harus membujuk Kinara agar tidak lagi mengingat ibunya.

Hal itu dilakukan untuk menenangkan puteri bungsu Rianto yang selamat dari pembunuhan tersebut.

Sebelumnya, warga di Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli dikagetkan ditemukan lima anggota keluarga tewas pada Minggu (9/4/2017) pagi.

Kelima korban tewas adalah Riyanto (40) dan istrinya Yani (35), dua anaknya Naya (14) dan Gilang Laksono (10) dan mertuanya bernama Marni (50).

Selain itu, putri bungsu korban, Kinara (4) ditemukan kritis dan dibawa untuk menjalani perawatan di RS Bhayangkara Medan.

Kemudian, Kinara dibawa ke RSUP Adam Malik Medan untuk melakukan operasi di bagian kepalanya.

Mensos Berniat Mengasuh Kinara

Menilik kondisi Kinara, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawangsa bahkan berminat ingin mengasuh Kinara (4) korban yang selamat pada peristiwa pembunuhan satu keluarga di Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Sosial (Mensos) Khofifah usai mengunjungi Kinara, yang baru selesai melaksanakan operasi di bagian kepalanya di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H Adam Malik Medan, Sabtu (15/4/2017) malam.

Keinginan yang cukup kuat untuk mengasuh Kinara, menurut dia merupakan saran disampaikan oleh anaknya yang nomor dua, dan masih berusia 22 tahun.

"Namun, hal tersebut kita serahkan saja kepada pihak keluarga Kinara, apakah bersedia untuk memberikan anak tersebut untuk dapat diasuh," katanya.

Khofifah menjelaskan kondisi Kinara usai operasi di bagian kepalanya itu, sudah menunjukkan banyak perubahan.

Kinara sudah bisa duduk, tersenyum dan raut wajahnya tampak ceria ketiga rombongan tadi melihat langsung ke kamarnya yang sedang dirawat.

Kondisi Kinara yang didampingi oleh pihak keluarganya sudah mulai membaik dan bisa berkomunikasi dengan dokter.

Menanggapi keinginan Mensos atau pihak lain yang ingin mengasuh Kinara, Muniarti (58), nenek kandung Kinara mengatakan Kinara akan diasuh oleh pihak keluarga dekat.

"Kinara itu hanya diasuh oleh keluarga dekat atau dianggap sebagai famili, dan bukan pihak lain," ujar Murniati (58) nenek kandung Kinara, saat ditemui, di Mabar, Minggu.

Murniati menyebutkan, Kinara merupakan cucu kesayangan satu-satunya yang selamat pada peristiwa pembantaian di Kelurahan Mabar tersebut.

Ia menambahkan, Kinara adalah dambaan dan tidak akan bisa dipisahkan dari keluarga, makanya dia tidak diberikan diasuh orang lain. Kinara dijadikan sebagai pengganti Riyanto yang telah tiada.

Motif Pembunuhan Keluarga di Medan Karena Dendam

Sementara itu, Andi Lala, tersangka utama kasus perampokan disertai pembunuhan satu keluarga di Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli, ditangkap di Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau.

Berdasar informasi yang berhasil dihimpun, Andi Lala ditangkap di jalan lintas Rengat-Tembilahan, di Desa Pekan Tuan, Kecamatan Kempes, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau pada pukul 05.10 WIB.

Penangkapan tersebut dilakukan tim gabungan Polda Sumut, Polda Riau, dan Polres Indragiri Hulu.

Andi Lala sedang dalam perjalanan menuju Medan untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut di Mapolda Sumut. Pihak kepolisian masih memeriksa dan mendalami motif Andi Matala alias Andi Lala, terduga otak pembunuhan satu keluarga di Medan.

Kepolisian Daerah Sumatera Utara menemukan motif dendam dalam peristiwa pembunuhan terhadap Riyanto dan keluarganya di Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli.

Dalam paparan di Mapolda Sumut di Medan, Senin (17/4/2017), Kapolda Sumut Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel menjelaskan, dendam merupakan motif utama dalam pembunuhan yang dilakukan Andi Lala tersebut.

Dari pemeriksaan yang dilakukan, Andi Lala mengaku bahwa Riyanto memiliki utang pembelian sabu-sabu sebanyak Rp5 juta yang belum dibayarkan.

Pada malam pembunuhan tersebut, Andi Lala mengaku sempat mengajak Riyanto untuk mengonsumsi sabu-sabu untuk membuat korban menjadi lengah.

"Keterangan tersangka, korban diajak (mengonsumsi) sabu-sabu sebelum dieksekusi," katanya.

Selain dendam, pihak kepolisian juga masih mendalami motif lain dalam pembunuhan berencana yang disertai perampokan tersebut.

"Akan terus diselidiki untuk mengetahui motif-motif lainnya," ujar Kapolda didampingi Direktur Reskrim Umum Polda Sumut Kombes Pol Nurfallah dan Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Rina Sari Ginting.

Menurut keterangan kepolisian, motif pembunuhan selain karena dendam, masih diselidiki motif lain, sempat dikabarkan ada motif mengarah pada persoalan uang hasil penjualan tanah milik korban. Namun, pihak kepolisian belum merinci motif lain yang dimaksud.

Andi Lala beserta dua tersangka lain yakni Roni Anggara dan Andi Saputra mendatangi rumah Riyanto di Jalan Mangaan, Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli, pada Sabtu (8/4/2017) malam.

Setelah mengonsumsi sabu-sabu, Andi Lala dan dua tersangka lain menghabisi Riyanto dan keluarga pada Minggu (9/4/2017) dinihari.

"Eksekusinya sekitar pukul 01.00 WIB hinggga 02.00 WIB dengan alat yang telah disiapkan," kata Kapolda.

Baca juga artikel terkait KASUS PEMBUNUHAN atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Hukum
Reporter: Maya Saputri
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri