Menuju konten utama
Amalan Bulan Syaban

Keutamaan Bulan Syaban Menurut Sunnah, Dalil Hadis, & Amalan Nabi

Berikut ini keutamaan bulan Syaban menurut sunnah dan berdasarkan dalil hadis shahih. Apa saja contoh amalan Nabi Muhammad SAW di bulan Syaban?

Keutamaan Bulan Syaban Menurut Sunnah, Dalil Hadis, & Amalan Nabi
Ilustrasi Islam. foto/Istockphoto

tirto.id - Bulan Syaban tidak sepopuler Ramadan atau Muharram bagi umat Islam, namun sebenarnya Syaban memiliki banyak keutamaan. Pada bulan ini, Rasulullah SAW melakukan beberapa amalan yang patut dicontoh umatnya supaya mendapatkan pahala berlimpah dan rida dari Allah SWT. Berikut ini sejumlah keutamaan Syaban berdasarkan hadis-hadis sahih dari Nabi Muhammad SAW.

Pada 2022, Syaban dimulai sejak Jumat, 4 Maret 2022/1 Syaban 1443 Hijriah. Berdasarkan jadwalnya, Syaban 1443 Hijriah diperkirakan berlangsung selama 29 hari dan berakhir pada 1 April 2022.

Adapun beberapa keutamaan yang terdapat dalam bulan Syaban dan amalan yang dicontohkan Rasulullah SAW adalah sebagai berikut:

1. Bulan Syaban adalah waktu ketika Rasulullah SAW paling banyak mengerjakan puasa sunnah

Bulan Syaban merupakan bulan ketika Nabi Muhammad SAW mengerjakan puasa sunah lebih banyak dari pada bulan-bulan lainnya (kecuali Ramadan).

Rasulullah SAW bahkan hampir melaksanakan puasa sunah selama sebulan penuh di waktu Syaban.

Amalan yang ditunaikan oleh Nabi Muhammad SAW tersebut diceritakan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Salamah sebagai berikut:

Aisyah RA menceritakan kepadanya: “Rasulullah SAW tidak pernah melaksanakan shaum (puasa) lebih banyak dalam sebulan selain Syaban. Beliau [hampir] melaksanakan shaum pada Sya'ban seluruhnya,” (H.R. Bukhari No. 1834)

Agar tidak dikira sebagai kewajiban bagi umatnya, Nabi Muhammad SAW memberikan jarak atau batas satu atau dua hari (tidak berpuasa beberapa hari) sebelum menunaikan ibadah puasa Ramadan.

Rasulullah SAW menjalankan puasa sunah Syaban sampai 27 atau 28 Syaban. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah sebagai berikut:

Nabi SAW bersabda: “Janganlah kalian mendahului puasa Ramadhan satu hari atau dua hari, kecuali puasa yang biasa dilakukan oleh seseorang [qada puasa Ramadan], maka silahkan ia melakukan puasa tersebut,” (H.R. Abu Daud No. 1988)

2. Syaban menjadi bulan ketika amal dibawa naik kepada Allah

Bulan Syaban yang berada di antara Rajab dan Ramadan adalah waktu ketika Allah SWT mengangkat amal hamba-hambanya.

Hal ini yang membuat Rasulullah SAW memperbanyak puasa di bulan ini. Beliau menginginkan Allah SAW mengangkat amalnya ketika dirinya sedang dalam keadaan berpuasa.

Perkara ini dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Usamah bin Zaid sebagai berikut:

Rasulullah SAW bersabda: “Itulah bulan yang manusia lalai darinya; -ia bulan yang berada- di antara Rajab dan Ramadan, yaitu bulan yang berisikan berbagai amal, perbuatan diangkat kepada Rab semesta alam. Aku senang amalku diangkat ketika aku sedang berpuasa,” (H. R. Nasa'i No. 2317)

3. Bulan Syaban menjadi momen persiapan sebelum Ramadan

Sebagai bulan yang berada sebelum Ramadan, Syaban memiliki peran yang penting bagi umat Islam.

Ramadan diibaratkan sebagai waktu ketika umat Islam memanen tanaman (amal), mulai dari membaca Al Qur’an, berpuasa wajib, salat tahajud, dan amalan lainnya.

Pasalnya, pada Ramadan, amalan baik akan dilipatgandakan. Demikian juga sebaliknya, perbuatan buruk akan diganjar dosa berlipat-lipat.

Pada Syaban inilah, ia merupakan waktu mempersiapkan semua amalan tersebut. Syaban adalah bulan yang tepat untuk membiasakan diri melaksanakan amalan-amalan saleh.

Dengan demikian, ketika Ramadan datang, umat Islam sudah terbiasa menjalankannya.

Dilansir lamanKementerian Agama, Abu Bakar Al-Balkhi berkata: “Rajab adalah bulan menanam. Sya’ban adalah bulan menyirami tanaman dan Ramadan adalah bulan memanen hasil tanaman tersebut”.

4. Bulan terakhir untuk mengqada puasa Ramadan tahun lalu

Syaban merupakan waktu terakhir untuk mengqada puasa Ramadan setahun silam. Qada puasa Ramadan hukumnya wajib bagi umat Islam yang tidak memiliki uzur syar’i sebelum memasuki Ramadan berikutnya.

Qada adalah tindakan membayar atau mengganti ibadah puasa wajib yang belum dilaksanakan pada Ramadan tahun silam.

Aisyah RA juga melakukan qada puasa pada Syaban. Hal itu dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Salamah bin Abdurrahman sebagai berikut:

Aisyah RA berkata: “Sesungguhnya aku berkewajiban melakukan puasa Ramadan dan aku tidak mampu melakukannya hingga datang Sya'ban.”(H. R. Abu Daud No. 2047).

Seorang muslim yang tidak membayar hutang puasanya hingga datang Ramadan berikutnya tanpa uzur syar’i, maka akan mendapatkan dosa besar.

Selain itu, wajib baginya untuk menqada setelah bulan Ramadan sekaligus membayar fidyah, yakni membayar makanan sebanyak satu mud setiap hari puasa. Hal itu merupakan ganti dari kelalaiannya tidak mengqada puasa tersebut.

Imam Nawawi di dalam Al-Majmu Syarah Al Muhadzdzab (1996) menyebutkan: “Jika ia (seorang muslim) mengakhirkan puasa qada sampai datang Ramadan berikutnya tanpa uzur, ia telah berdosa, dan ia harus berpuasa Ramadan yang datang".

Sementara itu, apabila seorang muslim tidak menjalankan qada karena adanya uzur syar’i seperti sakit berkepanjangan dan sebagainya, ia diperbolehkan membayar di tahun berikutnya.

Jika benar-benar ada uzur syar'i, ia ikut melaksanakan puasa Ramadan semampunya, dan tidak membayar fidyah. Hal ini merupakan perkataan Imam Nawawi berdasarkan pendapat mazhab Syafi'i.

Baca juga artikel terkait BULAN SYABAN atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Abdul Hadi