tirto.id - Ketua DPRD DKI Prasetyo Edi Marsudi mengaku akan mengadukan keluhan perajin tahu tempe ke Presiden Jokowi terkait kenaikan harga kedelai. Tindakan itu diambil karena tidak satu frekuensi dengan Gubernur DKI Anies Baswedan.
"Saya akan bawa, karena kalau saya bicara dengan Pak Gubernur [Anies Baswedan] tidak nyambung lagi. Saya nggak nyambung dengan gubernur soalnya," katanya saat menerima perwakilan Pusat Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Puskopti) di Gedung DPRD DKI, Jakarta, Rabu (23/2/2022).
Pras mengatakan, seharusnya Anies bisa langsung turun ke lapangan untuk melihat kenaikan harga kedelai yang berimbas pada perajin tahu tempe. Apalagi, harga minyak juga sempat mengalami kenaikan. Namun, tampaknya kurang direspons oleh Anies.
Selain itu, Politikus PDI Perjuangan ini juga mengkritik Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi yang tidak melihat kondisi para pedagang.
"Mudah-mudahan keluh kesah bapak kita tampung. Fraksi [PDIP] nanti kalau saya ada kesempatan, saya harus meminta waktu kepada presiden, di mana menterinya ini loh. Di mana menterinya, menterinya ini jangan menteri yang melihatnya ke atas terus, harus melihat ke bawah," tandasnya.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI melalui PD Pasar Jaya mengatakan akan berkomunikasi dengan sejumlah pihak terkait perajin tahu tempe yang mogok produksi selama tiga hari imbas kenaikan harga kedelai.
Aksi mogok dimulai sejak Senin (21/2/2022) hingga Rabu (23/2/2022).
"Pasar Jaya akan membuka komunikasi dengan instansi terkait untuk dapat bersama-sama mencari solusi yang terbaik," kata Manager Bidang Umum dan Humas PD Pasar Jaya, Gatra Vaganza.
Dia mengaku tidak mengetahui berapa banyak persediaan tahu dan tempe yang ada di DKI Jakarta untuk beberapa waktu ke depan. "Stok yang ada ini di pedagang kami tidak dapat memastikan berapa," tuturnya.
Mendag Muhammad Lutfi mengungkapkan, harga kedelai dunia melonjak disebabkan terjadinya elnina yang sangat basah di Argentina dan Amerika Selatan. Kondisi itu menyebabkan suplai kedelai menjadi sangat terbatas, sehingga harga menjadi naik.
Selain itu, terdapat restrukturisasi dari peternakan binatang di Cina yang mendapatkan lima miliar babi yang dulu makannya tidak diatur, namun saat ini diberi makan kedelai.
Kenaikan harga kedelai internasional juga pernah terjadi di awal 2021 lalu. Dampaknya pun sama: produsen tahu tempe memilih mogok sehingga membuat barangnya langka. Indonesia hingga saat ini masih mengandalkan impor kedelai untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Fahreza Rizky