tirto.id - Pemerintah Indonesia telah memulai rangkaian vaksinasi COVID-19 tahap pertama pada Rabu, (13/1/2021). Seluruh masyarakat Indonesia akan mendapatkan vaksinasi Sinovac secara gratis.
Vaksin yang digunakan dan diberikan gratis kepada masyarakat adalah vaksin Sinovac produksi Sinovac Biotech China Beijing, Cina. Vaksin ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi mengatasi pandemi COVID-19.
Vaksin diklaim aman dan ampuh sejak dari proses pengembangannya, sehingga memiliki manfaat yang jauh lebih besar daripada efek samping yang ditimbulkan.
Sebelumnya, beredar berbagai informasi yang menimbulkan kekhawatiran di masyarakat terkait efek samping vaksin, salah satunya yaitu dapat menyebabkan kemandulan. Namun, para pakar kesehatan telah membantah dan menyatakan bahwa informasi tersebut menyesatkan atau tidak benar.
Kebanyakan orang tidak mengalami efek samping yang serius dari vaksin. Efek samping yang paling umum seperti nyeri di tempat suntikan biasanya ringan dan cepat hilang dengan sendirinya. Demikian menurut laman Vaccines.gov.
Lalu, seperti apa efek samping yang mungkin akan timbul setelah disuntik vaksin COVID-19?
Dokter spesialis penyakit paru Jafar Abunasser, MD, kepada Clevelandclinic menceritakan pengalamannya mendapatkan vaksin COVID-19.
Dr. Abunasser mengatakan bahwa efek samping paling umum terjadi adalah nyeri di lengan setelah disuntik. Nyeri tersebut berasal dari jarum, bukan dari vaksin.
Nyeri akan hilang dalam sekitar satu hari atau lebih. Mengenai efek samping dari vaksin, dia menyatakan bahwa beberapa orang pernah mengalami sakit kepala, kelelahan, nyeri otot atau demam ringan.
“Meskipun gejala-gejala ini jelas mengganggu, sebenarnya itu adalah kabar baik karena menunjukkan bahwa sistem kekebalan Anda bekerja. Itu adalah tanda bahwa sistem kekebalan Anda diaktifkan dan memproduksi antibodi. Itu hal yang baik untuk diketahui," kata Abunasser.
Berikut ini adalah efek samping umum dari vaksinasi, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC):
Di lengan tempat Anda mendapat suntikan:
- Rasa sakit.
- Pembengkakan.
Di seluruh tubuh Anda:
- Demam.
- Panas dingin.
- Kelelahan.
- Sakit kepala.
Jika rasa nyeri yang timbul menyebabkan ketidaknyamanan, CDC merekomendasikan untuk bertanya kepada dokter Anda tentang pilihan pengobatan yang dijual bebas.
- Kemerahan atau nyeri di tempat Anda mendapatkan suntikan meningkat setelah 24 jam.
- Efek samping Anda mengkhawatirkan Anda atau sepertinya tidak akan hilang setelah beberapa hari.
Untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat demam, CDC merekomendasikan:
- Minum banyak cairan.
- Berpakaian ringan atau tipis
Dan untuk membantu mengatasi rasa sakit atau bengkak di lengan Anda akibat suntikan:
- Oleskan waslap bersih, dingin, dan basah ke area tersebut.
- Gunakan atau latih lengan Anda.
- Sebagian besar, Anda dapat menjalani hari Anda seperti biasa setelah vaksinasi COVID-19. Namun jika Anda mulai merasakan efeknya, tak ada salahnya Anda beristirahat sejenak dan merawat diri sendiri.
Apakah saya masih bisa menularkan COVID-19 kepada orang lain meski telah divaksin?
Mendapatkan vaksin tidak berarti Anda secara otomatis bebas virus. Perlu waktu agar vaksin dapat bekerja, jadi Dr. Abunasser menekankan pentingnya tetap mempraktikkan protokol kesehatan yang membuat banyak dari kita tetap aman selama pandemi.
“Setelah dosis pertama, dibutuhkan sekitar satu minggu bagi Anda untuk mengembangkan beberapa respon antibodi, dan Anda mendapatkan respons imun parsial untuk dosis pertama,” katanya.
“Jadi itu pasti kabar baik. Ini tidak berarti kekebalan penuh. Vaksin memang memberikan perlindungan, tetapi bahkan setelah dua dosis, vaksin memberi Anda sekitar 94% atau 95% tingkat perlindungan.
Dokter spesialis penyakit dalam konsultasi alergi imunologi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Iris RengganisIris mengungkapkan hal senada. Ia menyatakan, setelah vaksinasi, antibodi baru terbentuk 14 hari setelah diberikan vaksin COVID-19 yang kedua.
Selama rentang waktu ini, seseorang yang sudah divaksin masih mungkin tertular infeksi dan jatuh sakit karena belum cukup waktu untuk vaksin memberikan perlindungan.
Iris menyarankan para penerima vaksin tetap menjaga protokol kesehatan yakni memakai makser, mencuci tangan dan menjaga jarak (3M).
"Saat ini masih pandemi, belum semua orang divaksin. Herd Immunity belum 70 persen dan vaksin tidak ada yang 100 persen perlindungannya. Jadi tetap jaga protokol kesehatan hingga pandemi berakhir," kata Iris.
Dilansir dari ABC News, Internis di University of Illinois School of Public Health, Jay Bhatt dan dokter di Massachusetts, Shazia Ahmed mengungkapkan, protokol kesehatan menjadi alat utama mencegah infeksi dan penularan virus corona.
Mengenakan masker wajah misalnya, bisa mengurangi risiko infeksi hingga 70 persen. Sementara mendapatkan vaksin, mengajarkan tubuh cara berhasil melawan virus tanpa harus benar-benar sakit dan ini berbeda dengan protokol kesehatan yang mengurangi paparan virus.
Ahli epidemiologi di Boston University, Eleanor Murray seperti dikutip dari Vox mengingatkan, mendapatkan vaksin COVID-19 bukan berarti seseorang bisa langsung kembali ke kehidupan sebelum pandemi.
Editor: Agung DH