tirto.id - Ada berbagai mitos dan fakta seputar ADHD. ADHD sendiri adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau gangguan perkembangan saraf kompleks yang berdampak pada kemampuan seseorang dalam melakukan kontrol diri.
Melansir Kids Health, ada perbedaan dalam perkembangan otak dan aktivitas otak seseorang yang memiliki ADHD. Perbedaan ini mempengaruhi perhatian, kemampuan seseorang untuk duduk diam, utamanya dalam hal pengendalian diri.
ADHD adalah gangguan medis yang dapat mempengaruhi aktivitas anak di sekolah, di rumah, dan dalam lingkungan pergaulan sosial.
Apa Saja Gejala ADHD?
Melansir laman CDC, hal wajar bila anak-anak pada suatu waktu mengalami kesulitan fokus dan kesulitan untuk mengontrol perilaku. Namun, anak-anak dengan ADHD memiliki perilaku dan kesulitan fokus yang lebih parah.
Gejala-gejala semacam ini, bagi anak dengan ADHD akan terus berlanjut, bisa semakin parah, dan pada akhirnya dapat menyebabkan kesulitan di sekolah, di rumah, atau dengan teman-teman.
Beberapa gejala yang mungkin dimiliki oleh anak dengan ADHD di antaranya adalah:
- Banyak melamun
- Sering lupa atau kehilangan sesuatu
- Sering menggeliat atau kelihatan gelisah
- Berbicara terlalu banyak
- Sering membuat kesalahan yang ceroboh atau mengambil risiko yang tidak perlu
- Sulit sekali untuk menahan godaan
- Sangat sulit untuk antri, atau menunggu giliran
- Mengalami kesulitan bergaul dengan orang lain
Bagaimana Pengobatan ADHD?
ADHD dapat diobati dengan beberapa hal, di antaranya,
1. Obat-obatan
Obat-obatan akan mengaktifkan kemampuan otak untuk memerhatikan atau kemampuan fokus, memperlambat perilaku, serta mengaktifkan lebih banyak kontrol diri.
2. Terapi perilaku
Terapi perilaku bisa membantu seseorang dengan ADHD mengembangkan keterampilan sosial, emosional, serta berlatih merencanakan sesuatu.
3. Pembinaan orang tua
Melalui pelatihan, orang tua dapat mempelajari cara terbaik untuk menanggapi masalah perilaku yang merupakan bagian dari ADHD.
4. Dukungan sekolah
Guru dapat membantu anak-anak dengan ADHD meningkatkan prestasi, serta membantu anak-anak lebih menikmati sekolah.
Mitos dan Fakta Tentang ADHD
Melansir laman Understood, berikut adalah mitos dan fakta tentang ADHD:
Mitos 1: ADHD bukanlah kondisi yang "nyata".
Fakta: Institut Kesehatan Nasional (The National Institutes of Health), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (the Centers for Disease Control and Prevention), dan Asosiasi Psikiatri Amerika (American Psychiatric Association) semuanya mengakui, ADHD membuat cara otak seseorang berkembang berbeda.
ADHD merupakan kondisi paling umum yang terjadi pada masa kanak-kanak. Penelitian menunjukkan, ADHD bersifat turun-temurun, setidaknya satu dari empat orang dengan ADHD memiliki orang tua yang menderita ADHD.
Selain itu, studi pencitraan menunjukkan adanya perbedaan dalam perkembangan otak antara orang dengan ADHD dan orang yang tidak mengidap ADHD.
Mitos 2: Penderita ADHD perlu berusaha lebih keras.
Fakta: ADHD bukanlah masalah motivasi atau kemalasan. Anak-anak dan orang dewasa yang mengidapnya sering kali sudah berusaha sekeras mungkin untuk lebih fokus dan memerhatikan.
Alasan orang dengan ADHD kesulitan untuk memperhatikan tidak ada hubungannya dengan sikap. Ini karena ada perbedaan dalam cara otak berfungsi, termasuk dengan struktur otaknya.
Mitos 3: Orang dengan ADHD tidak akan pernah bisa fokus.
Fakta: Memang benar bahwa orang dengan ADHD biasanya mengalami kesulitan untuk fokus. Tetapi jika orang dengan ADHD sangat tertarik pada sesuatu, makai ia akan sangat fokus pada hal tersebut. Inilah yang disebut hiperfokus.
Mitos 4: Semua anak dengan ADHD adalah hiperaktif.
Fakta: Ada stereotip bahwa anak dengan ADHD tidak bisa berhenti bergerak. Tetapi tidak semua anak dengan ADHD hiperaktif. Selain itu, bagi anak yang hiperaktif, maka gejala ini akan hilang atau berkurang seiring bertambahnya usia.
Mitos 5: Hanya anak laki-laki yang menderita ADHD.
Fakta: Anak laki-laki dua kali lebih mungkin didiagnosis menderita ADHD dibandingkan anak perempuan. Tetapi bukan berarti anak perempuan tidak mengalaminya. Mereka hanya lebih cenderung diabaikan dan tetap tidak terdiagnosis.
Mitos 6: ADHD adalah ketidakmampuan belajar.
Fakta: ADHD bukanlah ketidakmampuan belajar. Gejala ADHD dapat mengganggu proses belajar, tetapi tidak menyebabkan kesulitan belajar, seperti membaca, menulis, dan matematika. Namun, beberapa ketidakmampuan belajar sering terjadi bersamaan dengan ADHD.
Mitos 7: Anak-anak dengan ADHD akan sembuh.
Fakta: Sebagian besar anak tidak sepenuhnya sembuh dari ADHD, meskipun beberapa gejala dapat berkurang atau hilang seiring bertambahnya usia. Gejala-gejala juga dapat berubah seiring bertambahnya usia. Sebagian besar orang dengan ADHD terus memiliki gejala hingga dewasa.
Mitos 8: ADHD adalah hasil dari pola asuh yang buruk.
Fakta: ADHD disebabkan oleh perbedaan otak, bukan karena pola asuh yang buruk. Banyak orang tua tidak menyadari bahwa berbagai gejala ADHD yang terlihat (impulsif hiperaktif, sulit bergaul, tidak fokus, dll) adalah tanda-tanda dari kondisi medis, dan bukan hasil dari pola asuh.
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Nur Hidayah Perwitasari