tirto.id - Kucing atau "anabul" alias anak bulu sering kali terlihat lebih gemuk usai menjalani proses sterilisasi.
Proses sterilisasi, kebiri atau memandulkan kucing harus dilakukan oleh dokter hewan untuk mengoperasi dan membuat kucing mandul agar anabul tak bisa berkembang biak.
Dokter hewan Kurnia Suanda menjelaskan, kucing menjadi lebih gemuk setelah steril karena faktor hormon. Setelah melewati proses sterilisasi, kucing tak lagi terdorong untuk berkembang biak.
"Hormon stres dan kawinnya stop, fokusnya hanya makan, tidur dan main saja, jadi semakin gemuk dan jadi makin lapar," kata Kurnia seperti dilansir dari Antara.
Sementara itu, dilansir dari laman versele-laga setelah memandulkan atau mengebiri, kucing biasanya akan tiga kali lebih mungkin menjadi gemuk. Hal ini karena kucing usai dikebiri hanya membutuhkan energi 10 hingga 20% lebih sedikit, tetapi nafsu makannya meningkat.
Sedangkan menurut laman Pet MD, dalam penelitian yang melibatkan kucing betina, anak kucing yang dimandulkan makan lebih banyak empat minggu setelah operasi (selama mereka sembuh); efek ini memuncak 10 minggu setelahnya.
Lalu pada 18 minggu pasca operasi, betina yang dimandulkan dan tidak dimandulkan makan dalam jumlah yang sama. Sementara studi pada kucing jantan menunjukkan peningkatan dramatis dalam asupan makanan pada beberapa kucing selama minggu pertama pasca operasi, dengan beberapa kucing mengalami peningkatan 10 persen dalam berat badan.
Cara mengatasi kelebihan berat badan usai kucing disterilisasi
Kurnia mengatakan, bila kucing terlalu gemuk usai disterilisasi, maka pemilik anabul bisa memilih makanan yang memang dibuat khusus untuk binatang yang sudah disteril.
Sesuaikan porsinya dengan kebutuhan kucing, takar sesuai dengan berat badannya. Informasi tentang takaran yang tepat pada umumnya tertera di setiap kemasan makanan kucing. Lantas, bagaimana bila kucing masih terlihat kelaparan meski takaran makan yang diberikan sudah sesuai dengan berat badannya?
"Kalau terlihat tetap kelaparan, sebetulnya nutrisi sudah cukup. Berikan saja snack," saran dia.
Kurnia menjelaskan, untuk pembagian porsi makan kucing, ia menyerahkan semua kepada preferensi setiap orang. Bila terbiasa memberi makan dua kali sehari, takaran yang disarankan cukup dibagi dua.
Soal makanan, ia menyarankan untuk mencari makanan yang tak mengandung pewarna kimia dan penyedap rasa. Disarankan juga untuk mengganti sumber protein untuk kucing kesayangan setiap enam bulan sekali untuk menghindari risiko alergi. Produsen makanan kering untuk kucing pada umumnya memberikan keterangan pada kemasan mengenai sumber protein dari produknya.
"Ketika memutuskan memberi protein dari beef, kalau tidak ada reaksi selama enam bulan, rotasi dulu ke protein yang lain, misalnya ikan," katanya.
Cara ini bisa membantu menekan risiko munculnya alergi pada kucing yang sensitif. Memberikan makanan yang sama dalam jangka panjang bisa membuat kucing yang sensitif menjadi alergi, oleh karena itu dia menyarankan untuk mencari sumber protein yang berbeda untuk anabul setiap enam bulan.
"Merek yang sama enggak masalah, yang penting proteinnya berbeda."
Kualitas makanan juga patut menjadi perhatian. Makanan dengan kualitas rendah tidak mengandung nutrisi sempurna bagi kucing, hanya mengenyangkan tetapi tidak menutrisi bulu dan kulit. Makanan yang tak berkualitas juga meningkatkan risiko sakit ketika diberikan dalam jangka panjang.
"Daripada kompensasinya nanti harus berobat ke dokter hewan, lebih baik berikan nutrisi yang baik sejak awal," ujarnya.
Selain itu cara yang bisa dilakukan adalah,
1. Tetaplah bermainlah dengan kucing Anda setiap hari, meskipun Anda hanya memiliki waktu luang lima belas menit. Anda tidak hanya akan bersenang-senang bersama, latihan ekstra ini juga bermanfaat bagi kesehatan dan kebugaran anabul Anda.
2. Selalu sediakan air minum yang segar dan sebaiknya di tempat yang berbeda. Itu akan menarik minat kucing Anda dan mendorongnya untuk minum lebih sering.
Manfaat sterilisasi pada kucing
Sterilisasi memberikan berbagai manfaat untuk anabul. Ketika kucing tak lagi birahi, kecenderungan untuk berkeliaran ke luar rumah jadi berkurang, risiko untuk menghadapi hal-hal berbahaya juga menipis. Sterilisasi kucing juga membantu meningkatkan kesejahteraan hidup anabul karena tujuannya mengendalikan populasi kucing, mengurangi jumlah hewan liar yang terlantar di alam liar.
Perilaku seperti menyemprotkan kencing di sembarang tempat (spraying) juga disebut bakal berhenti setelah kucing disteril, tapi ada kalanya hal ini tetap terjadi meski kucing sudah dikebiri.
"Itu karena memori, sudah kebiasaan, terutama kalau spraying-nya di tempat tertentu saja. Tetapi, kalau tiba-tiba spraying, mungkin dia merasa teritorinya sedang terancam," jelas Kurnia.
Editor: Iswara N Raditya