tirto.id - Julukan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa sering disematkan oleh para guru di Indonesia. Sebutan ini nyaris selalu muncul dalam setiap isu-isu yang membahas guru dan pendidikan di Indonesia.
Jenama ini juga disebut dalam penggalan lirik lagu nasional "Hymne Guru". Ada alasan tersendiri kenapa guru disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.
Julukan tersebut menggambarkan bahwa guru merupakan karena jasanya yang sangat besar. Jasa-jasa guru termasuk membentuk pendidikan berkualitas, membantu siswa mengembangkan potensi, serta menciptakan lingkungan belajar yang sehat.
Meskipun jasa-jasanya sangat besar, guru tidak diberikan tanda jasa seperti para pahlawan nasional. Oleh karena itulah frasa 'pahlawan tanpa tanda jasa' dipakai sebagai julukan bagi orang-orang yang berprofesi sebagai guru.
Alasan Guru Disebut Pahlawan Tanpa Tanda Jasa?
Alasan guru disebut sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa adalah karena guru memberikan kontribusi besar bagi bangsa sehingga layak disebut pahlawan. Namun, guru tidak pernah memperoleh tanda jasa seperti pahlawan-pahlawan nasional. Bahkan hingga saat ini masih banyak guru yang memperoleh imbal jasa tidak layak
Menurut Anas Basaruddin dalam Secangkir Kopi untuk Sang Guru (2023), julukan guru sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa diperkirakan sudah ada sejak 1970 hingga 1980-an.
Pada saat itu, menjadi guru adalah profesi yang luar biasa berat. Guru-guru zaman dahulu dituntut mengajar para siswa di tengah segala keterbatasan akses, fasilitas, dan jaminan keamanan.
Mereka juga dituntut untuk bersekolah hingga jenjang tinggi, memiliki banyak pengetahuan, mengorbankan waktu dan tenaga. Namun, bayarannya sangat rendah. Bahkan, banyak fenomena yang terlihat di masyarakat ketika guru terpaksa harus menjalani pekerjaan tambahan untuk menambah penghasilannya.
Hal inilah yang menjadi latar belakang julukan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Tidak seperti pahlawan yang bertempur di medan perang, guru tidak mendapat tanda jasa atau gelar kehormatan meskipun jasanya sangat besar.
Setelah meninggal dunia, para guru juga tidak dimakamkan di taman makam pahlawan. Basaruddin menyimpulkan bahwa julukan tersebut diberikan untuk menggambarkan bahwa guru adalah orang yang berjasa untuk negara tetapi tidak mendapatkan penghargaan sepadan.
Menurut Indra Gunawan dalam studinya yang diterbitkan di Pedagogia: Jurnal Ilmu Pendidikan (2018), julukan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa menyebabkan hambatan sosial, kultural, dan psikologis bagi guru.
Pasalnya, julukan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa menimbulkan kesan stereotipe di masyarakat bahwa guru adalah sosok yang harus selalu bekerja tanpa pamrih. Lambat laun, muncul sikap yang menormalisasi pendapatan guru yang tak layak dengan beban kerja sangat berat.
Julukan ini juga menyebabkan guru-guru jadi kesulitan memprotes atau mengkritik segala sesuatu yang berkaitan dengan penghasilannya. Apabila protes, mereka dianggap menyimpang oleh masyarakat.
Hal ini kemudian memicu hambatan psikologis. Guru-guru merasa rendah diri, bahkan menganggap dirinya layak dibayar murah. Ini kemudian memicu masalah lainnya yang berkaitan dengan kesenjangan sosial dan kemiskinan.
Apa Jasa Guru untuk Kita?
Julukan guru sebagai "pahlawan" muncul karena jasa yang mereka berikan untuk kita sangat besar. Jasa guru tidak hanya sebatas di pendidikan formal, tetapi juga untuk perkembangan holistis siswa.
Menurut Ottu dan Tamonob dalam Profesi Guru adalah Misi Hidup (2021), guru bukan hanya mengajar tetapi juga memberi kasih sayang pada peserta didik. Berikut ini beberapa jasa guru untuk kita:
1. Meningkatkan kualitas pendidikan
Guru sangat berjasa membangun kualitas pendidikan di Indonesia. Menurut M. Muhardi dalam Jurnal Mimbar Vol.XX (2004), pendidikan merupakan kunci utama dalam meningkatkan kualitas suatu bangsa.Kualitas pendidikan yang baik berbanding lurus dengan tingginya kualitas suatu bangsa. Begitu pula sebaliknya.
2. Mencetak generasi penerus yang berkarakter mulia
Guru-guru juga berperan dalam mencetak generasi penerus yang berkarakter mulia. Guru-guru tidak sekadar mengajarkan teori-teori di ruang kelas, tetapi juga menunjukkan dan membantu mengembangkan karakter peserta didik selama proses belajar.Para peserta didik berkarakter mulia yang lahir lewat pendidikan dari guru akan membawa perubahan positif bagi negara.
3. Mengembangkan keterampilan
Guru membantu siswa mengembangkan keterampilan akademis dan praktis. Mereka memberikan bimbingan untuk meningkatkan keterampilan dasar yang dibutuhkan setiap manusia untuk hidup.Ini termasuk keterampilan membaca, menulis, berhitung, serta keterampilan sosial, kreativitas, dan pemecahan masalah.
4. Memberikan pengetahuan
Guru merupakan salah satu sumber pengetahuan bagi siswa. Mereka menyampaikan informasi, konsep, dan fakta, yang membentuk dasar pengetahuan siswa di berbagai bidang.Pengetahuan inilah yang nantinya dibutuhkan para siswa untuk hidup bermasyarakat di masa depan.
5. Menjadi panutan dalam bersikap
Masih menurut Ottu dan Tamonob, guru adalah cermin keteladanan bagi peserta didiknya. Oleh karena itu, guru-guru selalu dituntut untuk memiliki kecerdasan, kerendahan hati, kebijaksanaan, dan sikap-sikap positif lainnya. Berkat adanya sosok guru, peserta didik punya panutan.6. Meningkatkan taraf hidup peserta didik
Guru merupakan penggerak utama pendidikan. Sementara itu, pendidikan adalah tangga untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Artinya, guru banyak berkontribusi dalam meningkatkan taraf hidup banyak orang lewat pendidikan.7. Memberi motivasi dan inspirasi
Guru juga berjasa dalam memberi memotivasi siswa untuk belajar dan meraih prestasi. Mereka memberikan dorongan positif, memberi pujian, dan memberikan inspirasi, agar siswa bersemangat mencapai cita-cita.Penulis: Yonada Nancy
Editor: Fadli Nasrudin