tirto.id - Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan, Agung Suganda, menyatakan, kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) terus menunjukkan penurunan. Angkanya lumayan drastis, dari 2.412 kasus pada Januari 2025 menjadi 182 kasus pada Februari 2025.
“Berdasarkan data yang dimiliki Ditjen PKH, Jumlah kasus PMK yang sempat mencapai 2.412 kasus per minggu pada awal Januari 2025 kini menurun drastis menjadi hanya 182 kasus pada pekan ketiga Februari 2025,” kata Agung dalam keterangan resmi, Jumat (21/2/2025).
Meski demikian, Agung memastikan pihaknya akan terus menggenjot vaksinasi PMK. Sejak awal tahun, Kementan sudah menyalurkan 1,4 juta dosis vaksin PMK ke berbagai provinsi untuk mendukung Bulan Vaksinasi PMK Februari 2025.
“Distribusi ini menjadi langkah strategis dalam pengendalian PMK agar tidak kembali merebak,” kata Agung.
Menurutnya, Provinsi Jawa Timur yang merupakan wilayah endemis, tampak mulai bangkit. Program vaksinasi dinilai efektif dalam menekan jumlah kasus, misalnya, Lamongan yang menggelar vaksinasi serentak sebagai upaya pencegahan.
Di Kota Kediri, vaksinasi masif sejak tahun lalu berhasil menekan angka kasus, dengan target rampung sebelum April 2025.
“Perkembangannya cukup baik, tapi vaksinasi harus tetap berjalan,” ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Kediri, M. Ridwan.
Di Mojokerto, sebanyak 38 ribu dosis vaksin telah diberikan dengan target nol kasus pada saat Ramadhan nanti.
Kabar baik juga datang dari Provinsi Aceh yang telah berhasil mengendalikan PMK. Pj. Gubernur Aceh, Achmad Marzuki, mengonfirmasi bahwa sudah tidak adanya laporan kejadian baru selama tiga minggu terakhir.
Keberhasilan ini tidak lepas dari vaksinasi yang masif dan pengawasan ketat terhadap pergerakan ternak.
Tak berbeda jauh, kasus PMK Di Jawa Tengah juga terus menurun, tetapi pemerintah tetap mengingatkan peternak agar tidak lengah. Plt Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jateng, Hariyanta Nugraha, menyatakan peternak tetap harus menjalankan protokol pencegahan.
“Di Blora, pasar hewan kembali dibuka setelah sebelumnya ditutup akibat lonjakan kasus. Sementara itu, di Sragen, meskipun kasus menurun, pasar hewan setempat masih belum diizinkan beroperasi,” imbuh Hariyanta.
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Bayu Septianto