tirto.id - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bantul mencatat kenaikan kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Bumi Projotamansari. Per Rabu (15/1/2025), ada sebanyak 37 kematian dan 337 sapi terjangkit PMK di Bumi Projotamansari.
Kepala DKPP Bantul, Joko Waluyo, mengatakan, pihaknya baru menutup pasar hewan terbesar di kawasan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bagian selatan, yaitu Pasar Hewan Imogiri pada Selasa (14/1/2025).
“Pasar hewan kami tutup kemarin," ujar Joko diwawancarai di Kapanewon Srandakan, Kabupaten Bantul, DIY, pada Rabu.
Tujuan penutupan tersebut untuk memutus mata rantai penyebaran, yang kemarin jumlahnya mencapai 322 PMK dengan 32 kematian sapi. "Kami sekarang [hari ini] lagi fokus PMK, ada peningkatan yang mati 37 yang sakit 337," sebutnya.
Kendati begitu, Joko memastikan ketersediaan daging di pasar aman. Meskipun, harga pasarannya turun.
“Kami sosialisasi ke masyarakat, sehingga masyarakat tidak usah trauma. PMK bukan zoonosis dan tidak menular ke manusia," lontarnya.
Terhadap peternak, Joko berpesan agar tetap menjual sapi dengan harga layak. Di samping itu, peternak diminta menjaga kebersihan kandang dengan menyemprotkan disinfektan. Memberi obat bagi ternak yang bergejala, serta memisahkan ternak yang bergejala dan ternak yang sehat.
“Kami imbau, [peternak memvaksinasi sapi] mandiri. Tidak hanya mengandalkan dari pusat, terutama perekonomian agak tinggi,” kata dia.
Joko mengungkap, Kabupaten Bantul menerima 33.000 vaksin PMK. Namun berdasar catatannya, ada sekitar 70.000 ternak di Bantul.
Terpisah, peternak sapi di Segoroyoso, Kapanewon Pleret, Kabupaten Bantul, bernama Yuli Nuryanto mengaku waspada akan penyebaran PMK. Sebab sudah beberapa peternak di kampungnya yang mengeluhkan sapi mereka terjangkit PMK.
“Sebenarnya di area sekitar kampung saya banyak. Di kandang saya tidak, saya antisipasi,” kata dia.
Yuli menutup kandang sapi dan tidak memperkenankan adanya aktivitas. Termasuk lalu lintas manusia pun dia batasi. Agar 20 sapi yang dia pelihara terus dalam keadaan sehat.
“Super ketat, karena kalau kena menyebar. Kandang harus bersih terus. Divaksin PMK semua, sudah vitamin rutin, sapi dijemur. Tidak ada sapi yang didatangkan sementara ini,” kata dia.
Yuli pun membeberkan, sapi-sapi miliknya bukan untuk dijual harian. Tapi dijual setahun sekali.
“Saya enggak terlalu takut dengan PMK. Sapi saya enggak ada aktivitas penjualan. Saya sementara enggak beli, satu dua bulan ini," tegasnya.
Penulis: Siti Fatimah
Editor: Abdul Aziz