Menuju konten utama

Kemenpora Dukung Gerakan Start-up Lewat Sociopreneur

Kemenpora mendukung penuh gerakan start-up wirausaha muda, terutama mereka yang turut memperjuangkan kesejahteraan masyarakat.

Kemenpora Dukung Gerakan Start-up Lewat Sociopreneur
Ilsutrasi. Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Silva Eliana (kanan) menunjukkan aplikasi COASS yang menghubungkan koas dan pasien gigi saat jumpa pers di UGM, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (24/3). Aplikasi COASS dikembangakan sejak awal Januari 2017 oleh sejumlah mahasiswa UGM telah menerima sejumlah penghargaan seperti Best Social Start-up Ide dalam Asia Social Inovation Award 2016. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko.

tirto.id - Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) mendukung gerakan start-up melalui sociopreneur atau wirausahawan sosial dengan usaha yang memiliki dampak pemberdayaan masyarakat. Asisten Deputi Kewirausahaan Pemuda Ponijan, mengatakan dukungan ini sudah menjadi kewajiban bagi lembaganya dan dijamin undang-undang.

"Pemerintah dan pemda wajib memfasilitasi pengusaha-pengusaha muda, bisa dengan pelatihan, kemitraan, pendampingan, pembimbingan, dan promosi. Hal itu dijamin oleh undang-undang, dalam Pasal 27 UU Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan," kata Ponidjan dalam keterangan pers Soprema 2017 di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Senin (9/10/2017).

Bahkan, menurut Ponijan, gerakan start-up sociopreneur yang digagas UGM ini sejalan dengan program Dana Desa dari pemerintah pusat.

"Biasanya sociopreneur ini datang dari desa-desa jadi alangkah baiknya pemerintah desa juga ikut menyukseskan sociopreneur ini, apalagi saat ini pemerintah sedang gencar memberikan dana untuk desa," kata Ponijan.

Ponijan berharap, start-up ini juga bisa menyentuh pemuda-pemuda difabel atau yang memiliki keterbatasan fisik.

Gerakan start-up lewat sociopreneur ini digagas oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM melalui kompetisi Soprema (Sociopreneur Muda Indonesia) 2017. Sebanyak 90 peserta dari 29 provinsi di Indonesia akan mengikuti tahapan semifinal dan final pada 10-12 Oktober 2017 di Yogyakarta.

Ke-90 peserta ini terdiri dari dua kategori kick off (usaha yang baru berusia 0-1 tahun) dan start-up (usaha yang berusia 1-3 tahun) dengan jenis usaha di bidang ketahanan pangan dan industri kreatif. Tahun ini merupakan tahun kedua kompetisi ini diadakan.

"Peserta paling banyak datang dari Provinsi Jabar, Jateng, dan DIY. Namun kami tidak membatasi jumlah peserta, dari provinsi mana saja boleh daftar. Ada lima provinsi yang belum ikut tahun ini, yaitu NTT, Sumut, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, dan Papua Barat. Itu jadi target kami tahun depan supaya ikut," kata Direktur Pelaksana Soprema 2017, Hempri Suyatna.

Peserta akan diseleksi untuk meraih gelar Jawara Soprema 2017 dan meraih hadiah salah satunya uang tunai. Pemenang tahun lalu meriah uang tunai senilai Rp50 juta. Para pemenang yang mendapat peringkat enam terbaik tahun lalu juga diundang untuk menjadi peserta Soprema tahun ini.

Hempri mengatakan, pihaknya tidak ingin ini hanya jadi kompetisi. Mereka mengklaim pemenang selalu mendapat pendampingan dan bimbingan, tidak dilepas begitu saja. Peserta yang tidak lolos semifinal juga mendapat pengetahuan baru lewat workshop yang digelar.

"Peserta yang tidak lolos tahun lalu, tahun ini boleh daftar lagi, asal masih masuk kategori," katanya.

Baca juga artikel terkait START-UP atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Bisnis
Reporter: Dipna Videlia Putsanra
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra