tirto.id - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menandatangani skema Kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) untuk proyek satelit multifungsi yang akan dioperasikan oleh Badan Aksessabilitas Telekomunikasi dan Informatika (Bakti).
Menteri Kominfo Rudiantara mengatakan, satelit tersebut akan mulai dikonstruksi pada akhir tahun 2019 oleh manufaktur satelit asal Perancis, Thales Alenia Space, sementara peluncurannya direncanakan pada kuartal kedua 2022.
Setelah sampai pada orbit 146 derajat Bujur Timur (BT), proyek satelit yang diberi nama Satria itu diharapkan bisa beroperasi awal tahun 2023.
"Satelit ini merupakan yang pertama di Asia dan yang terbesar untuk kelas data 150 Gbps," ujar Rudiantara di Museum Nasional, Jumat (3/4/2019).
Cakupan layanan Satria nantinya bakal mencapai 150 ribu titik layanan publik, mulai dari sarana pendidikan, fasilitas kesehatan, administrasi pertahanan dan keamanan, hingga pemerintahan daerah se-Indonesia.
"Dari sisi kebutuhan ini akan meningkatkan posisi Indonesia sebagai negara yang dilandasi oleh infrastruktur telekomunikasi terutama satelit internet. Nilai proyek kurang lebih Rp21,4 triliun. Ini adalah angka untuk membangun satelit, meluncurkan, dan mengoperasikan serta memelihara dalam 15 tahun," imbuh Rudiantara.
Satria merupakan proyek KPBU Kemenkominfo yang keempat setelah pembangunan jaringan serat optik Palapa Ring Broadband Bagian Barat, Tengah, dan Timur. Pengembalian investasi proyek ini dilakukan melalui skema ketersediaan layanan (availability payment) dengan masa konsesi 15 tahun.
Proyek tersebut akan dioperasikan oleh konsorsium yang terdiri dari PT Pintar Nusantara Sejahtera, PT Pasifik Satelit Nusantara, PT Dian Semesta Sentosa, dan PT Nusantara Satelit Sejahtera telah ditetapkan sebagai pemenang, serta telah membentuk PT Satelit Nusantara Tiga pada 26 April 2019 lalu.
Dampak proyek Satria terhadap perekonomian, kata Rudiantara, akan dirasakan melalui peningkatan online link dan jaringan komunikasi secara signifikan untuk UKM Transactional Center, proses e-Office, menurunkan biaya operasional, serta mempercepat dan memperbaiki layanan.
Selain itu, satelit juga akan dimanfaatkan untuk mendukung program pemerintah dalam memberikan jasa keuangan, informasi pasar, bisnis, dan kegiatan lainnya yang akan secara nyata mendorong perekonomian regional dan nasional.
Manfaat satelit Satria dapat dinikmati di berbagai sektor. Di bidang pendidikan, misalnya, Satria akan mendukung penyediaan layanan internet cepat di 93.400 titik sekolah SD, SMP, SMA, SMK, Madrasah, dan Pesantren.
Sementara di sektor kesehatan, Satria melayani 3.700 titik Puskesmas, Rumah Sakit, dan layanan kesehatan lainnya sehingga memiliki layanan internet cepat yang bertujuan untuk memudahkan konektivitas layanan kesehatan terutama di daerah 3T.
Di sektor Polhukam, Satria akan membantu TNI dan POLRI dalam menfasilitasi layanan internet cepat di 3.900 titik untuk memenuhi kebutuhan administrasi pertahanan dan keamanan yang dapat diandalkan.
Lalu di, sektor pemerintah daerah, Satria akan untuk mendukung 47.900 titik kantor desa/kelurahan dan kecamatan di Indonesia akan terhubung secara online sehingga pelayanan pemerintah berbasis elektronik (e-government) bisa dilaksanakan dengan cepat, efisien dan efektif.
Terakhir, Satria bakal digunakan untuk mendukung sektor keuangan, yakni dalam rangka percepatan digitalisasi penyaluran pembiayaan ultra mikro (UMi), guna mendorong percepatan realisasi keuangan inklusif di seluruh Indonesia.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Dhita Koesno