tirto.id - Baru-baru ini narasi berkaitan dengan COVID-19 kembali lalu lalang di jagat maya. Di media sosial Instagram misalnya, akun dengan nama “ardhy8744” (tautan) mengunggah sebuah tangkapan layar percakapan WhatsApp disertai keterangan “Prestasi vaksin COVID-19 dalam membunuh rakyat Jepang lebih besar drpd korban mrk dlm Perang Dunia Kedua dulu…”
Dalam tangkapan layar itu nampak foto dengan kredit @ShortShort_News yang menunjukkan seorang pria mengenakan jas hitam tengah berbicara dalam suatu forum. Lalu di bagian atas dan bawahnya terdapat keterangan tertulis dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, bahwa Pemerintah Jepang didesak untuk mengatakan yang sebenarnya tentang banyaknya cedera dan kematian akibat vaksin.
Disebutkan pula, kematian pada orang yang divaksin COVID 38 kali lebih tinggi dibanding setelah divaksin flu.
Unggahan yang tersebar sejak 14 Maret 2023 ini telah mendapatkan 14 likes dan satu komentar per Kamis (30/3/2023). Meski tak banyak memperoleh reaksi, unggahan ini penting untuk diperiksa lantaran dapat menciptakan skeptisisme publik terhadap vaksin COVID-19 dan oleh karenanya berpotensi menyesatkan.
Lantas, benarkah angka kematian akibat vaksin COVID-19 di Jepang lebih besar ketimbang korban jiwa di negara tersebut saat Perang Dunia II?
Penelusuran Fakta
Pertama yang Tim Riset Tirto lakukan yakni menelusuri keterangan dalam gambar dengan memasukkan kata kunci yang tertera ke mesin pencari Google. Nampaknya, tangkapan layar dalam unggahan itu berasal dari cuitan akun Twitter @BernieSpofforth pada tanggal 14 Maret 2023.
Dalam cuitan tersebut akun @BernieSpofforth turut menyertakan sumber aslinya, yaitu cuitan twitter dari akun @ShortShort_News. Pada tanggal yang sama, akun Twitter @ShortShort_News mengunggah video beserta keterangan bahwa anggota parlemen Jepang Hirofumi Yanagase menyatakan ada sebanyak 2.001 kasus dugaan kematian akibat vaksin.
Lebih lanjut dikatakan, sebanyak satu dari 52 korban meninggal yang dilakukan otopsi oleh ahli patologi ditemukan memiliki hubungan kausal dengan vaksin COVID-19.
Video yang disertakan dalam cuitan akun Twitter @ShortShort_News sendiri memiliki durasi sekira 3 menit 55 detik. Dalam video itu Yanagase juga menyampaikan dalam Bahasa Jepang yang diberi translasi Bahasa Inggris, pada tahun 2022 jumlah kematian di Jepang melebihi 1,58 juta, angka tertinggi sejak berakhirnya Perang Dunia II.
“Covid tidak menyebabkan lebih banyak kematian. Pasti ada faktor (seperti vaksin). Saya bertanya-tanya bagaimana pemerintah menganalisis masalah ini? Sebenarnya Jepang sudah kebanjiran orang yang mengeluh sakit setelah menerima vaksin Covid,” mengutip keterangan dalam video akun Twitter @ShortShort_News.
Namun, dikarenakan takarir video telah diterjemahkan dalam Bahasa Inggris, Tirto mencoba melakukan cross-check dengan menelusuri nama Hirofumi Yanagase lewat pencarian Google. Penelusuran itu lantas membawa kami pada kanal YouTube "Yanagase Channel," di mana tertulis dalam informasi kanalnya bahwa saluran itu milik anggota House of Councillors dari Japan Innovation Party (Nippon Ishin No Kai), Hirofumi Yanagase.
Pada tanggal 13 Maret 2022, kanal Yanagase mengunggah video pidato dirinya dengan versi durasi lebih panjang, yakni 24 menit 35 detik. Tirto pun menyaksikan video utuhnya yang diberi judul “Menilai secara akurat risiko vaksin” itu dengan mengaktifkan fitur caption Bahasa Inggris dari YouTube.
Dalam video aslinya, Yanagase sebenarnya tengah mempertanyakan kenaikan angka kematian secara umum di Jepang selama 3 tahun terakhir. Pandemi COVID-19 barangkali memang jadi salah satu penyebabnya, tapi kematian pada tahun 2022 yang mencapai 140 ribu lebih banyak dibanding 2021 dan 210 ribu lebih banyak ketimbang 2020 menurut Yanagase merupakan angka yang sangat tinggi.
Katsunobo Kato selaku Menteri Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang kemudian menanggapi dengan menyinggung kasus kematian baik yang berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan COVID-19. Kato menegaskan tidak ada bukti yang menemukan kaitan signifikan antara vaksinasi COVID-19 dengan risiko kematian pasca vaksinasi.
Namun demikian, menurut Kato, memang ada sekitar 2.001 kasus kematian pasca vaksinasi yang dilaporkan per 22 Januari 2023. Di antara angka itu, satu kasus tidak bisa disangkal memang memiliki hubungan sebab akibat dengan vaksin COVID-19. Dalam video, keduanya lantas tampak berdebat mengenai tingginya laporan kematian pasca vaksinasi COVID-19.
Dilansir The Japan Times, Jumat (10/3/2023), satu korban meninggal yang memiliki hubungan dengan vaksin COVID-19 tersebut merupakan seorang wanita berusia 42 tahun, yang menerima suntikan Pfizer penangkal varian Omicron pada 5 November di pusat vaksinasi massal. Dia merasa sakit tujuh menit kemudian, dan napasnya berhenti setelah sekitar 15 menit.
“Dari data yang diperoleh dari (CT) images, tidak ditemukan kelainan yang bisa menyebabkan kematian selain vaksin. Semua hal dipertimbangkan, hubungan sebab akibat langsung antara vaksinasi dan kematian tidak dapat disangkal,” menukil The Japan Times, didasarkan pada laporan Kementerian Kesehatan Jepang.
Laporan The Japan Times juga menyebut dari pemberian sekitar 382 juta dosis vaksin COVID-19 di Jepang sejak Februari 2021, per Januari 2023, ada 1.963 kematian yang dilaporkan di antara penduduk berusia 12 tahun ke atas setelah vaksinasi.
Adapun menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sejak 3 Januari 2020 hingga 29 Maret 2023, secara umum angka kematian karena COVID-19 di Jepang mencapai 73.747 jiwa, dari total kasus terkonfirmasi sejumlah 33.421.785 kasus.
Lalu, berapa kasus kematian di Jepang akibat Perang Dunia II?
Berdasarkan catatan Statista, Perang Dunia II yang berlangsung sepanjang 1939 – 1945 telah merenggut sekira 2,85 juta nyawa penduduk Jepang, yang didominasi 2,12 juta militer dan sisanya yakni warga sipil. Dengan demikian, satu kasus kematian akibat vaksin COVID-19 di Jepang, maupun 2.001 jiwa yang dilaporkan meninggal pasca vaksinasi, tidak lebih besar daripada angka kematian di negara tersebut yang disebabkan Perang Dunia II.
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran fakta yang telah dilakukan, di Jepang ada sekitar 2.001 kasus kematian pasca vaksinasi yang dilaporkan kepada otoritas per 22 Januari 2023. Namun di antara angka itu, terdapat satu kasus yang terbukti dan diakui memiliki hubungan sebab akibat dengan vaksin COVID-19.
Sementara jumlah korban jiwa di Jepang akibat Perang Dunia II menyentuh 2,85 juta nyawa. Dengan demikian angka kematian akibat vaksin COVID-19 di Jepang tidak lebih besar ketimbang jumlah nyawa yang hilang akibat Perang Dunia II di negara tersebut.
Oleh karenanya, unggahan akun Instagram bernama “ardhy8744” yang menyebut vaksin COVID-19 membunuh rakyat Jepang lebih besar daripada korban mereka dalam Perang Dunia Kedua bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).
Editor: Farida Susanty