Menuju konten utama

Keluarga Korban Lion Air JT-610 Tolak Acara Tabur Bunga

Keluarga korban jatuhnya Lion Air JT-610 menolak acara tabur bunga di perairan Tanjung Pakis, Karawang, karena masih berharap ada jenazah yang masih bisa teridentifikasi.

Keluarga Korban Lion Air JT-610 Tolak Acara Tabur Bunga
Ilustrasi. Keluarga korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 memberikan pertanyaan saat berlangsungnya sesi konferensi pers di Jakarta, Senin (5/11/2018). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/foc.

tirto.id - Keluarga korban pesawat Lion Air JT-610 menolak acara tabur bunga yang direncanakan besok di perairan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat, lantaran mereka masih berharap ada jenazah yang masih bisa teridentifikasi.

Acara tersebut akan dilakukan dari KRI Banjarmasin dan Kristen Banda Aceh. Kedua kapal tersebut akan membawa keluarga korban ke lokasi kejadian pada pukul 08.00 WIB.

“Kami keberatan, menolak untuk tabur bunga. Kami berharap masih ada keluarga kami yang bisa diidentifikasi,” ucap salah satu anggota keluarga, di Jakarta, Senin (5/11/2018). Menurut dia, proses identifikasi lebih penting agar menimbulkan ketenangan dan menghilangkan kekhawatiran anggota keluarga.

Lainnya, seorang keluarga korban mengatakan, pemerintah perlu menambah personel forensik. “Sudah tujuh hari kami di sini, kami menghitung, proses identifikasi baru 14 jenazah. Kalau dalam sehari ada tujuh jenazah, artinya dalam 10 hari akan ada 70 jenazah. Jadi, kami minta kepada RS Polri untuk segera menambah personel,” ucap dia.

Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan acara tabur bunga sebagai pilihan. “Itu opsi saja,” ujar dia. Senada dengan Budi Karya, Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Muhammad Syaugi menyatakan kegiatan tersebut bermaksud untuk mendoakan para korban.

“Untuk mendoakan. Juga supaya keluarga korban tahu bagaimana yang kami kerjakan dan lokasi kejadian,” kata dia. Selain itu, Syaugi optimis bahwa tim SAR mampu mengevakuasi seluruh jenazah yang belum ditemukan.

Baca juga artikel terkait LION AIR JATUH atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Yandri Daniel Damaledo