tirto.id - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira optimistis Indonesia bisa meredam ancaman krisis keuangan yang disebabkan oleh kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS). Caranya melalui kebijakan fiskal secara menyeluruh.
"Pertama perlu disiapkan adalah bagaimana pemerintah all out dengan berbagai cara menjaga agar fiskal menjadi bantalan dengan menggelontorkan subsidi secara masif," kata Bima saat dihubungi reporter Tirto, Rabu (8/6/2022).
Pemerintah kata Bhima perlu menambah alokasi subsidi. Mulai dari energi, pangan, bahkan bantuan pupuk untuk para petani. Diharapkan, inflasi energi maupun dari pangan bisa terjaga sampai pemulihan daya beli masyarakat indonesia pulih seperti pra pendemi.
Bhima menyarankan pemerintah perlu mengurangi ketergantungan terhadap impor. Karena transisi ekonomi di AS akan menjalar ke nilai tukar rupiah, membuat barang barang impor pangan menjadi lebih tinggi.
"Jadi ini adalah kesempatan mendorong produktivitas pangan di dalam negeri sehingga ketergantungan impor bisa ditekan," ujarnya.
Selanjutnya pemerintah perlu memberikan stimulus kepada pelaku usaha khususnya usaha Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Seperti mendorong Kredit Usaha Rakyat (KUR), program pendampingan UMKM go digital, dan memperluas pasar UMKM sehingga bisa mendorong ekspor dan pemenuhan domestik.
"Sehingga UMKM bisa pulih lebih cepat dan siap menghadapi tekanan eksternal," ungkapnya.
Bhima menuturkan para pekerja harus dilindungi ketika terjadi resesi ekonomi. Caranya dengan memberikan jaminan sosial kepada para pekerja yang jatuh miskin.
"Jadi bantuan subsidi upah perlu dilanjutkan karena masih dibutuhkan. Bantuan-bantuan jaminan sosial selama masa pandemi sebaiknya dilanjutkan sampai 2023," pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mewanti-wanti terjadinya ancaman krisis keuangan dunia seiring dengan kenaikan tren suku bunga di Amerika Serikat (AS). Kenaikan suku bunga sendiri dipicu oleh tekanan inflasi yang tinggi di negeri Paman Sam tersebut.
“Kita harus sangat hati-hati. Dengan tren suku bunga yang naik, berarti potensi terjadinya krisis keuangan di berbagai negara di dunia kita lihat akan mungkin terjadi," kata dia dalam rapat dengan Komite IV DPD, di Jakarta, Selasa (7/6/2022).
Sri Mulyani mengatakan, dalam 40 tahun ke belakang ada beberapa krisis keuangan yang ditimbulkan karena kenaikan suku bunga AS. Untuk itu, ia meminta semua pihak berhati-hati dalam melihat potensi terjadinya krisis yang sama dalam waktu dekat.
“Jadi sekarang ini kita harus sangat hati-hati," imbuhnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin