tirto.id - Pemaparan Cawapres Ma'ruf Amin dan Sandiaga Uno saat membahas isu ketenagakerjaan di Debat Pilpres 2019 Ketiga dikritik Peneliti Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Fathimah Fildzah.
Dia mencontohkan, program kartu Pra Kerja, yang disebut oleh Ma'ruf sebagai salah satu solusi mengatasi masalah pengangguran, menyerupai Bantuan Langsung Tunai (BLT).
"Saya pikir ke depan tidak ada bedanya dengan BLT, hanya berujung pada konsumsi," kata Fildzah di Kantor LIPI, Jakarta Pusat pada Senin (18/3/2019).
Dia menilai nawa cita jilid dua yang dikatakan oleh Jokowi-Ma'ruf difokuskan untuk pengembangan sumber daya manusia (SDM) memiliki kesalahan perspektif. Sebab, SDM hanya dipersiapkan untuk siap bekerja.
"Itu yang saya tangkap dari program pemerintah nawa cita jilid dua. Bagaimana manusia bukan sebagai individu yang berhak menerima kesehatan, tetapi sebagai pekerja yang siap dieksploitasi," kata Fildzah.
Soal Sandiaga, ia menyoroti keinginan cawapres 02 itu mendorong kelompok milenial bekerja dalam sistem fleksibel. Padahal, kata dia, sistem ketenagakerjaan fleksibel selama ini ditentang gerakan buruh.
"Karena tidak diberikan kepastian kerja, jadi perpanjangan dari kerja fleksibel dari dulu dan sekarang diperdalam lagi sampai era industri 4.0," ujar dia.
Fildzah berpendapat sebagian isu di debat cawapres sebenarnya memiliki keterkaitan erat dengan sektor ketenagakerjaan. Misalnya, layanan kesehatan selama ini susah didapatkan oleh banyak pekerja. Namun, hal ini luput dari perhatian kedua cawapres.
Padahal, dia berpendapat sistem ketenagakerjaan di Indonesia saat ini masih eksploitatif. Selain itu, jaminan terhadap keselamatan buruh saat bekerja juga masih rendah.
Oleh karena itu, dia mendesak kedua capres-cawapres perlu membenahi perspektif dalam melihat masalah ketenagakerjaan jika memenangkan Pilpres 2019.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Addi M Idhom