Menuju konten utama

Kekeringan dan Kelaparan Parah di Somalia

Somalia sedang dilanda kekeringan dan kelaparan parah. Dalam 48 jam terakhir, 110 orang tewas akibat bencana tersebut. Pemerintah Somalia mengumumkan bencana nasional. Bantuan dunia internasional sangat dinantikan.

Kekeringan dan Kelaparan Parah di Somalia
Seorang pria melihat bangkai hewan yang mati karena kekeringan El Niño di kota Hargeysa selatan di wilayah Somalia utara. FOTO/Reuters

tirto.id - Kekeringan di Somalia berdampak parah. Kelaparan, penyakit, merajalela di negara yang berbatasan dengan Ethiopia di sebelah barat, Djibouti di barat laut dan Kenya di baratdaya ini.

Seperti dilansir dari Aljazeera, Presiden Somalia pada Selasa (28/2/2017) telah mengumumkan bencana nasional akibat darurat kekeringan. Lebih dari 6,2 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan darurat, termasuk juga hampir 3 juta orang terancam kelaparan.

Secara terbuka, Presiden Mohamed Abdullahi Mohamed meminta bantuan dunia internasional untuk ikut turun tangan membantu rakyat Somalia. Beberapa hari setelahnya, korban jiwa mulai berjatuhan akibat kelaparan dan penyakit akibat kekurangan air lainnya sebagai dampak terdekat dari keringnya tanah mereka. Sekitar 110 orang dilaporkan tewas di wilayah Somalia selatan.

"Ini adalah situasi yang sulit bagi penggembala dan ternak mereka. Beberapa orang telah terkena bencana kelaparan dan diare pada saat yang sama. Dalam 48 jam terakhir 110 orang meninggal karena kelaparan dan diare di wilayah Bay," ungkap Perdana Menteri Hassan Ali Khaire di kantornya seperti dilansir dari Reuters.

Bay sendiri merupakan wilayah administrasi di Somalia selatan dengan terdapat empat kota.

Kekeringan juga menyebabkan penyakit akut lainnya seperti diare, kolera dan campak. Pejabat setempat menyebut, wabah kolera telah menewaskan sedikitnya 69 orang sejak Jumat (3/2/2017). Lebih dari 70 orang lainnya dirawat di rumah sakit dan banyak yang bermigrasi ke Mogadishu, ibukota Somalia.

Bayang-bayang kekeringan besar yang pernah melanda tahun 2011 membuntuti. Kala itu, antara bulan Juli 2011 hingga pertengahan 2012 wilayah Tanduk Afrika yang meliputi Djibuoti, Ethiopia, Somalia dan Eriterea dilanda kekeringan hebat. Karena lamanya musim kemarau hingga tidak menyisakan air di tanah, banyak korban tewas berjatuhan.

Somalia menjadi daerah yang paling merah dari kekeringan dan kelaparan atau dikenal dengan istilah famine akibat cuaca El Nino. Laporan dari Famine Early Warning System Network mencatat, sekitar 260.000 orang Somalia tewas karena kelaparan.

Dalam bencana kekeringan dan kelaparan yang diklaim terburuk dalam 60 tahun terakhir itu, banyak pengungsi dari Somalia selatan melarikan diri ke negara tetangga seperti Kenya dan Ethiopia. Kondisi yang tidak sehat karena padat dan kumuh ini dibarengi dengan gizi buruk dan berujung pada kematian di kamp-kamp pengungsian.

Infografik Kelaparan di Somalia

Banyak dari para aktivis percaya, ribuan orang-orang ini meninggal sia-sia lantaran lambannya bantuan luar negeri yang datang. Tetapi hal ini juga diperburuk oleh keberadaan kelompok militan Al-Shabaab yang telah mencegah pengiriman bantuan logistik ke Somalia.

Kendati pengiriman bantuan terganggu oleh konflik bersenjata, PBB pernah berunding dengan kelompok militan Al-Shabaab untuk mendaratkan pesawat membawa berbagai bantuan logistik. Dan pada awal 2011, kelompok Al-Shabaab mencabut larangan pemberian bantuan kemanusiaan internasional dan semua organisasi bantuan diizinkan masuk menurut laporan PBB.

Sebelumnya, bencana famine pernah melanda Somalia pada tahun 1990 sampai 1992 lantaran kekeringan dan memicu perang saudara. Ó Gráda, Cormac dalam bukunya berjudul Famine: A Short History mencatat, sebanyak 300.000 meninggal dunia.

Pemerintah Somalia juga tengah dihadapkan oleh penanganan kelompok militan Al-Shabaab dan juga para perompak Somalia yang terkenal tersebut.

Sedangkan benua Afrika tercatat telah beberapa kali dilanda masa kemarau panjang yang mengakibatkan kelaparan dan sakit penyakit lainnya. Kekeringan Sahel pada 2012 lalu misalnya, membentang sekitar 1.000 kilometer dari Mauritania dan Senegal hingga Sudan. Jutaan orang di negara-negara yang dilintasi menderita kelaparan dan krisis pangan lainnya.

Sejak bencana kekeringan dan kelaparan besar tahun 2011 lalu, PBB telah menetapkan Somalia sebagai negara yang terancam risiko kelaparan ekstrem bersama dengan Nigeria, Sudan Selatan dan Yaman.

Istilah famine sendiri digunakan PBB untuk menyebut kelaparan ekstrem dengan beberapa keadaan spesifik seperti; Ketika 20% dari rumah tangga tidak dapat mengatasi kekurangan pangan, malnutrisi akut melebihi 30%, jumlah korban tewas melebihi dua orang per hari per 10.000 penduduk.

Baik Presiden dan Perdana Menteri Somalia telah menyerukan bantuan bagi warganya. Niat baik para aktivis kemanusiaan dan lembaga-lembaga dunia diharapkan mampu menekan jumlah korban akibat bencana kekeringan di Somalia agar banyaknya jumlah korban seperti bencana tahun 2011 tidak terulang kembali.

Baca juga artikel terkait SOMALIA atau tulisan lainnya dari Tony Firman

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Tony Firman
Penulis: Tony Firman
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti