Menuju konten utama

Negara Berkembang Paling Terdampak jika Solidaritas Global Turun

Jokowi mengatakan, Indonesia siap bekerja sama dengan berbagai pihak, terutama Afrika sebagai kunci agenda pembangunan global.

Negara Berkembang Paling Terdampak jika Solidaritas Global Turun
Presiden Joko Widodo (tengah) berbincang dengan Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa (kiri) dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno (kanan) dalam Welcoming Dinner High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships and Indonesia-Africa Forum II di Jimbaran, Bali, Minggu (1/9/2024). ANTARA FOTO/Media Center IAF II-HLF MSP/Nyoman Hendra Wibowo/nym.

tirto.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali mengajak semua pihak yang hadir dalam Joint Leaders’ Session di High Level Forum on Multi-Stakeholders Partnership (HLF MSP) dan Indonesia-Africa Forum (IAF) ke-2 untuk tetap bekerja sama dalam menghadapi tantangan dunia global. Ia mengatakan, masalah seperti perlambatan ekonomi, tingkat pengangguran dan inflasi yang belum membaik, serta ketegangan geopolitik yang terus berlanjut sehingga menimbulkan korban jiwa dan mengganggu rantai pasok global masih menjadi masalah dunia saat ini.

Jokowi pun menyayangkan solidaritas dunia internasional saat ini malah menurun di tengah dinamika global yang semakin tidak menentu. Ia mengingatkan, fragmentasi yang semakin melebar di antara negara-negara berkembang akan berdampak buruk terhadap jutaan rakyat yang ada di negara tersebut.

“Namun, yang sangat disayangkan, di saat seperti ini solidaritas internasional justru menurun, semangat multilateralisme justru makin dikesampingkan, dan fragmentasi makin melebar. Pada akhirnya, negara-negara berkembang adalah yang paling terdampak, jutaan rakyat negara-negara berkembang adalah yang paling merasakan kesulitan,” ungkap Jokowi dalam Joint Leaders’ Session di High Level Forum on Multi-Stakeholders Partnership (HLF MSP) dan Indonesia-Africa Forum (IAF) ke-2 di Bali, Senin (02/09/2023).

Jokowi meyakini perlu arah, visi, strategi, dan langkah taktis baru untuk mewujudkan pembangunan yang lebih adil dan inklusif di negara-negara berkembang. Ia mengingatkan, dunia baru memenuhi 17 persen dari total target Sustainable Development Goals (SDGs) sementara waktu yang tersisa untuk memenuhi target hanya tinggal 6 tahun lagi.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mendorong pencapaian target SDGs tetap menjadi fokus utama pembangunan global, serta diselaraskan dengan prioritas pembangunan nasional dan regional, termasuk agenda Africa 2063. Selain itu, Jokowi juga mendorong peran serta kemitraan multi-pihak dengan fungsi menyokong agenda-agenda pembangunan global tersebut. Oleh karena itu, Jokowi memastikan, Indonesia dinyatakan siap bermitra dengan siapa pun demi memenuhi target tersebut.

“Indonesia siap bermitra dengan siapa pun, utamanya dengan kawasan Afrika sebagai kunci agenda pembangunan global,” tegasnya.

Jokowi menerangkan, hasil kemitraan Indonesia-Afrika membawa dampak nyata berupa peningkatan volume perdagangan di kedua kawasan selama ini. Selain itu, berbagai kesepakatan dan perjanjian perdagangan telah tercipta, termasuk di dalam IAF sendiri.

“Bahkan, Indonesia Africa Forum tahun ini telah mencatat kesepakatan bisnis yang nilainya mencapai 3,5 miliar US Dollar, hampir 6 kali lipat dari IAF pertama di tahun 2018,” beber Presiden Jokowi.

Diketahui, IAF sendiri dihadiri oleh 1.500 delegasi dari negara-negara Afrika dan negara Global South lainnya. Forum tersebut menjalin berbagai bentuk kerja sama, seperti ekspor vaksin ke 41 negara di Afrika, transfer teknologi kesehatan, ekspor bidang pertanian, pengembangan geothermal, dan pembangunan pabrik mi instan.

Baca juga artikel terkait KERJA SAMA EKONOMI INDONESIA-AFRIKA atau tulisan lainnya dari Sandra Gisela

tirto.id - Ekonomi
Kontributor: Sandra Gisela
Penulis: Sandra Gisela
Editor: Andrian Pratama Taher